"Apa kamu melupakanku dengan semudah itu?"
Happy Reading ❤
Maaf kalau banyak typo ❤
Ada yang kangen sama cerita ini? Coba komen seberapa kangen kalian sama cerita ini 😁❤
🍁
Rin masuk ke dalam ICU untuk menjenguk Alvaro. Setelah masuk Rin melirik Maria yang sedang duduk di samping brankar Alvaro. "Tante," panggil Rin.
Maria menolehkan kepalanya ke arah Rin. "Rin."
Rin mendekati Maria lalu memeluk Maria. "Tante yang sabar ya, Rin yakin Alvaro pasti bakal bangun," ucap Rin pelan.
Maria membalas pelukan Rin, ia meneteskan air matanya, rasanya berat melihat anaknya sendiri terbaring lemah di brankar rumah sakit. "Ini semua gara-gara Aleta Rin, Tante gak bakal maafin dia dan gak bakal biarin dia buat ketemu Alvaro," ujar Maria.
"Ini bukan salah Aleta Tante, ini udah takdir Allah. Tante gak boleh nyalahin Aleta gitu, dia pasti tersiksa gara-gara gak bisa ketemu Alvaro," terang Rin.
Tiba-tiba tatapan Maria berubah menjadi dingin, ia menatap tajam ke arah Rin. "Jangan belain dia!" peringat Maria.
Rin menunduk. "Maaf Tante," ucap Rin pelan.
"Kalau Alvaro sadar, Tante akan menikahkan kamu dengan Alvaro. Tante gak mau dia sama Aleta," ungkap Maria.Rin tersentak mendengar ucapan Maria. "Gak bisa Tante, Alvaro udah bener-bener mencintai Aleta. Aku harap Tante ngerti. Sekarang mending Tante pulang, biar aku yang jagain Alvaro, Tante udah di sini selama seminggu, pasti Tante cape," ujar Rin.
Maria tersenyum tipis lalu menjulurkan tangannya mengelus pipi Rin. "Makasih Rin, kamu memang calon menantu yang baik," ucap Maria.
Rin mengacak-acak rambutnya pelan, apa dia benar-benar harus menikah dengan Alvaro? Jujur saja, sebenarnya ia menyukai Alvaro. Alvaro bukan sapupunya tapi Alvaro adalah calon suaminya.
Maria dan Papa Rin sudah merencakan ini semua, mereka berniat menikahkan Rin dengan Alvaro saat Rin dan Alvaro sudah dewasa.
Maria sengaja memberitahu Alvaro kalau Rin adalah sapupu jauhnya karena ia tahu kalau Alvaro tau ia dijodohkan dengan Rin Alvaro pasti akan langsung menolak dan menjauhi Rin.
Maria tidak peduli Alvaro yang mencintai Aleta, pada akhirnya Alvaro harus menikah dengan Rin apapun yang terjadi karena ini sudah perjanjian keluarganya dengan keluarga Rin.
Setelah Maria pergi Aleta segera masuk ke dalam ICU. Aleta tersenyum mendekati Rin, ia menggenggam tangan Rin. "Makasih Rin, makasih,"
Rin mengatakan pada Aleta waktu itu kalau ia akan membantu Aleta untuk bertemu Alvaro, Rin harap saat ada Aleta di samping Alvaro, Alvaro bisa bangun dari komanya.
Aleta duduk di samping brankar Alvaro. Matanya berkaca-kaca saat melihat keadaan Alvaro, banyak alat yang terpasang di tubuh Alvaro.
Aleta menggengam tangan Alvaro yang diinfus, ia mengecup pelan punggung tangan Alvaro. "Bangun Sayang, jangan tidur terus, aku kangen kamu," ucap Aleta pelan.
Aleta menatap mata Alvaro yang masih betah terpejam, ia berharap Alvaro cepat bangun. "Jangan tinggalin aku Al, kamu tau aku gak bisa hidup tanpa kamu. Kamu alasan aku bisa bahagia, kalau kamu pergi gak ada alasan lagi bagi aku untuk bahagia, jadi jangan pergi Sayang. Aku sayang kamu Al," ucap Aleta pelan sambil mengecup punggung tangan Alvaro.
🍁
Tanpa terasa sudah sepuluh hari berlalu, hari ini Aleta mendengar kabar kalau Alvaro mendaptkan pendonor jantung yang cocok dan Alvaro sudah sadar dari komanya.
Tanpa menyia-nyiakan kesempatan Aleta langsung pergi ke rumah sakit untuk menemui Alvaro. "Makasih ya Allah, engkau telah mengabulkan doa hamba," batin Aleta merasa senang.
Milka tersenyum melihat Aleta yang tampak bahagia ketika mendengar kabar kalau Alvaro sudah bangun. "Karena Alvaro udah sadar kamu gak boleh nangis lagi, Mama gak mau lagi ngeliat anak Mama nangis setiap hari," ucap Milka sambil melirik Aleta.
Aleta mengangguk. "Iya Ma," ucap Aleta.
Aleta bertanya pada suster dimana ruang rawat inap Alvaro. Setelah tahu ia langsung berlari, ia sudah tidak sabar menemui orang yang sangat ia rindukan sejak kemarin-kemarin.
Aleta berhenti di depan ruang rawat inap Alvaro. Ia menghela napas pelan, ia mencoba mengontrol napasnya. Aleta tersenyum, hatinya berdegup dengan kencang.
Aleta membuka pintu ruang rawat inap Alvaro. Matanya melihat Rin sedang menyuapi Alvaro. "Alvaro," panggil Aleta pelan.
Aleta masuk ke dalam ruangan Alvaro. Alvaro dan Rin memandang Aleta, Rin menghembuskan napas kasar. "Hai Ta," sapa Rin.
Aleta tidak membalas sapaan Rin, kini metanya tertuju pada Alvaro yang juga sedang menatapnya. Aleta sangat senang bisa melihat Alvaro sudah sadar, ia sangat takut Alvaro akan pergi darinya.
Aleta tersenyum menatap Alvaro. "Aku kangen kamu Al," ucap Aleta, tanpa sadar air matanya menetes. Ia benar-benar sangat merindukan Alvaro.
Alvaro menyengitkan alisnya menatap Aleta. "Lo siapa? Kok tiba-tiba bilang kangen?" tanya Alvaro.
Senyum yang tadi terus mengembang di sudut bibir Aleta kini telah sirna. Ia tidak mengerti apa yang terjadi pada Alvaro. Apa Alvaro melupakannya? Atau Alvaro pura-pura tidak mengingatnya.
"Al, kamu lupa sama aku? Aku pacar kamu Al," tanya Aleta. Matanya sudah mulai berkaca-kaca dan siap meluncurkan air mata.
Alvaro menatap Aleta dengan tatapan yang tak terbaca. "Apaan sih, pacar gue itu Rin, dan sekaligus Rin itu tunangan gue, liat nih," Alvaro memamerkan cincin yang melingkar di jari manisnya.
Runtuh sudah pertahanan Aleta, ia tidak dapat membendung air matanya. "Al, jangan becanda dong. Aku gak suka," ujar Aleta sambil menangis.
"Gue gak bercanda. Rin emang pacar sekaligus tunangan gue, gue gak kenal lo siapa, jadi jangan ngaku-ngaku sebagai pacar gue," ucap Alvaro dengan tatapan yang serius, tidak ada nada bercanda sedikitpun dari ucapan Alvaro.
🍁
Gimana part ini menurut kalian? Buat kalian bingung apa yang terjadi? Coba dong komen ya, aku seneng kalau kalian komen 😁❤
Ada apa ya sama Alvaro? Ada yang bisa nebak?
Mau Alvaro sama Aleta atau sama Rin?
Pernasaran sama kelanjutannya? Spam komen ya biar aku semangat buat up cepetnya 😁
Gimana kabar kalian? Semoga baik-baik aja ya. Jaga kesehatannya ❤
Salam sayang dari author 😆❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Girl
Teen FictionAleta merupakan seorang wanita kuat yang menghadapi kejamnya kehidupan. Dia sering dihina karena miskin, sering dibully karena miskin, dan dia tidak pernah mempunyai teman karena orang-orang jijik padanya. Aleta selalu dibully bahkan disiksa karena...