🍁{Chapter 34}🍁

21.8K 936 104
                                    

"Aku akan tetap merangkulmu untuk membuat perasaanmu lebih tenang dan aku juga akan tetap berada di sampingmu untuk menemanimu."

~Alvaro

Happy Reading ❤

Maaf kalau banyak typo

🍁

"Aku mau ke Oma Al," pinta Aleta tapi Alvaro selalu menolak permintaannya.

"Gak Ta, lo gak bisa pergi dengan keadaan lo yang kaya gini. Dokter Milka kan udah mau kesana, kita berdoa aja ya semoga Oma baik-baik aja," ucap Alvaro.

Aleta menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gak Al, aku mau ketemu Oma. Oma pasti lagi kesakitan banget, aku mohon Al aku pengen ketemu Oma," pinta Aleta lagi.

Sebenarnya Alvaro tidak tega melihat Aleta yang terus memohon padanya untuk bertemu Oma, tapi ia tidak mungkin mengijinkan Aleta karena keadaan Aleta masih belum membaik dan Aleta baru selamat dari kematian.

Aleta menutup wajahnya dengan kedua tangannya lalu ia menangis, ia mengingat saat melihat Oma ditusuk oleh seseorang. Aleta merasa tidak berguna karena tidak bisa melindungi keluarganya sendiri. "Oma pasti baik-baik aja kan Al? Aku takut Al, aku takut," ucap Aleta pelan.

Alvaro menyenderkan kepala Aleta di dada bidangnya. Alvaro mengelus-elus rambut Aleta. "Oma pasti baik-baik aja Ta," ujar Alvaro.

Aleta menangis dengan keras. Ia sangat takut kehilangan Oma, ia sangat menyayangi Oma. "Aku takut Al, aku takut. Kalau Oma pergi gimana? Aku gak mau kalau itu sampe terjadi Al. Aku udah kehilangan Ibu sama Ayah aku, aku gak mau kehilangan Oma, aku gak mau," terang Aleta.

Alvaro menghembuskan napas pelan, jujur saja ia juga khawatir dengan keadaan Oma. Aleta sudah menceritakan segalanya padanya, ia sudah menghubungi polisi untuk menangkap Mia, ia tidak menyangka Mia akan sekejam itu hanya karena mencintainya.

"Gue yakin Oma baik-baik aja, Oma pasti kuat," ucap Alvaro.

"Ya Allah, aku mohon jangan ambil Oma, aku masih butuh Oma, aku pengen bahagiain Oma. Aku pengen Oma ngeliat aku sukses," batin Aleta.

Milka sudah sampai di depan rumah Aleta. Ia memasuki rumah Aleta, Milka terkejut saat melihat Oma terbaring lemah di lantai dengan selimut yang menutupi badannya.

Milka melirik Reyhan yang sedang memeluk Oma sambil menangis. "Oma bangun dong, jangan lama-lama tidurnya," ucap Reyhan.

Niki melirik Milka. "Kamu siapa?" tanya Niki pada Milka.

"Saya Dokter yang dekat dengan keluarga ini," jawab Milka.

Reyhan mendengar jawaban Milka lalu ia berdiri mendekati Milka, Reyhan menggoyang-goyangkan lengan Milka. "Tante Dokter kan? Tolong obatin Oma Dok, Oma pasti masih kesakitan, suruh Oma bangun juga Dok," pinta Reyhan.

"Sebentar ya," Milka berlutut di samping Oma, ia melihat wajah Oma yang tampak sangat pucat. Milka memeriksa denyut nadi Oma.

Milka menghembuskan napas kasar saat tahu kalau Oma sudah tidak bernapas lagi. Milka melirik Reyhan. "Maaf... Dokter gak bisa berbuat apa-apa karena Oma kamu udah gak bisa diselamatin lagi," jelas Milka.

Reyhan menangis dengan keras. "Kalian kenapa sih?! Kenapa kalian tega bilang Oma udah meninggal, Reyhan udah bilang Oma cuma tidur aja!" kesal Reyhan.

Milka melirik Niki. "Saya boleh minta tolong siapin pemakanannya? Saya mau bicara sama Reyhan dulu," pinta Milka pada Niki.

Niki mengangguk lalu ia berbalik pergi untuk menyiapkan pemakanan Oma.

Milka menarik Reyhan kedalam pelukannya. "Ikhlasin Oma ya, Oma pasti sedih kalau ngeliat kamu nangis gini," ucap Milka pelan.

"Dokter pasti boong kan? Oma gak mungkin ninggalin Reyhan, Oma udah janji sama Reyhan bakal ngeliat Reyhan sukses, Oma gak mungkin pergi!"

"Reyhan, ini udah takdir. Allah sayang sama Oma makanya Allah ngambil Oma dari Reyhan, Reyhan doain Oma ya biar Oma masuk surga, ikhlasin Oma ya," ucap Milka.

"Reyhan gak mau kan Oma sedih gara-gara ngeliat Reyhan nangis? Udah ya jangan nangis lagi, ikhlasin Oma, kan masih ada Ka Aleta, terus ada Dokter juga yang bakal jagain Reyhan," lanjut Milka.

Milka bernapas lega karena berhasil membuat Reyhan tenang. Milka mengeluarkan ponsel dari saku bajunya, ia harus memberitahukan berita duka ini pada Alvaro dan Aleta. Milka berharap Aleta bisa menerimanya.

Alvaro mengangkat telfon dari Milka. "Gimana Dok? Oma baik-baik aja kan?" tanya Alvaro cepat.

Milka menghembuskan napas kasar. "Maaf... Nyawa Oma udah gak tertolong Al," ungkap Milka.

Alvaro membekap mulutnya tidak percaya. Alvaro melirik Aleta yang sedang menatapnya. "Oma baik-baik aja kan Al?" tanya Aleta.

Alvaro mematikan sambungannya sepihak. Ia bingung bagaimana mengatakannya pada Aleta, Aleta pasti akan sangat terpukul mendengarnya.

Alvaro menghembuskan napas pelan lalu ia memeluk Aleta. "Oma baik-baik aja kan Al?" tanya Aleta lagi.

"Lo yang sabar ya Ta," ucap Alvaro pelan.

Aleta mendorong Alvaro pelan. "Apa maksud kamu Al?!" sentak Aleta.

Alvaro menunduk. "Nyawa Oma udah gak tertolong Ta," jelas Alvaro.

Aleta menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak mungkin, Alvaro pasti salah. "Kamu ngomong apaan sih Al! Oma pasti masih hidup! Jangan bercanda deh Al, aku gak suka!"

"Gue gak bercanda Ta," ucap Alvaro.

Air mata Aleta mulai menetes. Ia tidak mempercayai perkataan Alvaro. "Oma gak mungkin ninggalin aku secepat ini, Oma pernah bilang mau ngeliat aku sukses, Oma gak mungkin pergi! Kamu pasti boongin aku!"

Alvaro kembali memeluk Aleta, ia mengelus-elus rambut Aleta. "Lampiasin semua emosi lo ke gue Ta, nangis aja sepuas hati lo sampe lo bisa tenang. Gue bakal tetep ngerangkul lo buat nenangin lo, dan gue juga bakal tetep di samping lo buat nemenin lo," terang Alvaro.

Aleta menangis dengan keras, ia memukul-mukul dada bidang Alvaro pelan, ia mengabaikan rasa sakit di kedua tangannya, ia hanya ingin melampiaskan semuanya. "Oma gak mungkin pergi Al! Oma gak mungkin pergi!"

🍁

Gimana perasaan kalian di part ini? Kok aku kaya nyesek gitu ya sempet netesin air mata juga diawal😄

Ada kata-kata buat Aleta dan Reyhan?

Kalian sedih gak Oma meninggal?

Next gak nih? Komen sebanyak-banyaknya ya biar aku semangat terus buat upnya 😁❤

Gimana kabar kalian? Semoga baik-baik aja ya, jaga kesehatannya ❤

Sad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang