🍁{Chapter 6}🍁

33.6K 1.6K 320
                                    

"Aku tidak ingin melihat senyumnya berubah menjadi kesedihan karena senyumnya lah yang berhasil membuatku bahagia."

Happy Reading ❤

🍁

Aleta duduk di kursi kosong itu lalu ia melirik perempuan yang duduk di sebelahnya. Ia berharap orang yang duduk di sampingnya ini orang baik.

Perempuan itu melirik Aleta lalu ia tersenyum tipis. "Nama gue Kyra. Nama lo siapa?" tanya Kyra.

Aleta merasa lega karena Kyra bersikap ramah padanya. Ia yakin kalau Kyra itu orang baik. "Nama aku Aleta, maaf ya aku jadi duduk di samping kamu," ucap Aleta merasa tidak enak.

Kyra tersenyum lebar lalu memegang tangan Aleta. "Astaga, kenapa lo harus minta maaf sih? Gue malah senang lo duduk semeja sama gue jadinya gue gak kesepian lagi deh. Semoga kita bisa berteman baik ya," ramah Kyra.

Aleta tersenyum tipis, hatinya menghangat. Dia sangat senang akhirnya bisa mempunyai teman perempuan, Aleta merasa sangat bahagia. "Emangnya aku boleh ya jadi temen kamu? Aku kan cuma orang miskin," lirih Aleta.

Kyra terkekeh pelan. "Boleh dong. Kalau lo miskin emangnya kenapa? Gue gak mandang seberapa kaya lo kok, pokoknya hari ini kita temenan," jelas Kyra.

"Kyra, nanti aja kenalan sama murid barunya. Sekarang, fokus ke pelajaran Ibu," tegur Ina.

Para siswa-siswi yang ada di kelas itu langsung melirik sinis pada Aleta. Aleta menunduk, ia sadar semua mata mengarah padanya.

"Sombong banget sih mentang-mentang dapet beasiswa nyepelein pelajaran gitu."

"Udah miskin, belagu lagi."

"Pengen banget gue tampol, miskin aja belagu banget."

"Kalau miskin tuh tau diri kali."

Kyra menatap satu persatu orang yang menghina Aleta. "Kalau kalian berani nyakitin Aleta, gue gak bakal tinggal diem," peringat Kyra tanpa suara, tapi orang-orang dapat mengerti apa yang Kyra katakan.

Aleta juga dapat mengerti apa yang Kyra ucapkan. Aleta tidak tahu harus berkata apa pada Kyra, ia sangat bahagia sampai tidak bisa berkata-kata. Baru kali ini ada teman yang mau membelanya.

"Jangan dengerin omongan mereka Ta, mulut mereka tuh emang sampah. Sekarang lo punya gue yang bakal selalu ngelindungin lo dari mereka yang mau nyakitin lo," bisik Kyra.

Aleta tersenyum lebar, ia memberanikan diri memegang tangan Kyra. "Makasih ya Ra karena kamu udah belain aku di depan mereka. Makasih juga karena kamu udah mau jadi temen aku, makasih banget Ra. Aku senang banget punya temen kaya kamu Ra," ungkap Aleta.

"Gila, jijik banget gue dengernya. Si miskin ini ngapain sih megang-megang tangan gue menjijikan banget deh," batin Kyra merasa jijik.

Kyra tersenyum tipis. "Iya sama-sama Ta, gue juga seneng banget bisa temenan sama lo Ta," jawab Kyra.

Setelah itu mereka kembali fokus kepada Ina yang sedang menjelaskan, Aleta memperhatikan Ina dengan serius sampai ia tidak sadar kalau Kyra memandanginya daritadi. "Ckck, gue benci banget sama orang miskin. Kenapa gue harus duduk semeja sama orang miskin kaya dia sih?! Apes banget deh hidup gue!" batin Kyra kesal.

Ina menyuruh salah satu dari muridnya untuk maju mengisi soal yang sudah ada di papan tulis. Tidak ada yang mau maju karena soalnya memang sulit. Mereka tidak tahu jawabannya.

Aleta mengangkat tangan kanannya. "Saya mau ngisi soalnya Bu," ujar Aleta.

Ina tersenyum tipis. "Baiklah, silahkan maju Aleta," ujar Ina.

Aleta berdiri, ia melangkah ke depan. Ina memberikan spidol pada Aleta untuk mengisi soal di papan tulis. Tanpa ragu Aleta langsung menjawab soal-soal yang ada di papan tulis. "Sudah Bu," ucap Aleta.

Ina tersenyum puas. "Ternyata kamu memang pinter Aleta, soal yang kamu jawab bener semua. Hebat kamu Aleta," puji Ina bangga.

"Caper banget sih Si miskin itu najis deh liatnya."

"Itu sih gue juga bisa jawab soalnya. Si miskin itu sok banget dah."

"Cih, menjijikan. Sok pinter banget sih najis."

Aleta menghembuskan napas kasar. Ia hanya bisa bersabar mendengar hina-hinaan itu untuknya. Tanpa diduga Kyra berdiri dari duduknya lalu ia bertepuk tangan untuk Aleta. "Lo hebat banget Ta. Gue bangga punya temen kaya lo," ujar Kyra.

Semua mata langsung tertuju pada Kyra tapi gadis itu hanya memandang ke arah Aleta.

Aleta tidak bisa menahan senyum yang ingin terbit di bibirnya. Ia sangat senang, baru kali ini ada yang mau mengatakan bangga padanya.

"Kyra, lo kesambet ya? Perasaan dulu lo paling benci banget sama yang namanya orang miskin, tapi kok lo jadi baik gini sih sama Si miskin?!"

"Kayanya Si miskin itu melet Kyra deh, makanya Kyra mau jadi temennya gitu."

"Gue sih jijik parah kalau harus temenan sama orang miskin kaya dia."

BRAK

Semua orang tersentak mendengar gebrakan meja itu. Mereka menatap ke arah Kyra, Kyra memandangi mereka satu persatu dengan tatapan membunuh. "Bacot kalian tuh gak guna tau gak! Intropeksi diri dong, jangan bisanya cuma ngehina orang doang!" murka Kyra.

Tepat saat Kyra menyelesaikan ucapannya bel istirahat berbunyi di seluruh penjuru sekolah. Semua siswa-siswi berhamburan keluar kelas untuk ke kantin. Aleta melangkah ke arah Kyra. "Makasih Ra," ucap Aleta tulus.

Kyra tersenyum tipis, ia menepuk pundak Aleta pelan. "Sama-sama Ta. Mau ke kantin bareng gue gak?" tawar Kyra.

Aleta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Maaf Ra, aku mau ke kantin bareng Alvaro," ujar Aleta merasa bersalah.

Kyra mengangguk mengerti. "Iya, gak papa kok Ta, gak usah minta maaf gitu. Kalau gitu gue duluan ke kantin ya Ta," Kyra meninggalkan Aleta sendirian di kelas.

Aleta melangkah keluar kelas lalu ia tersenyum saat ia mendapati Alvaro sudah ada di depan kelasnya. "Al," panggil Aleta.

Alvaro membalikkan badannya lalu ia tersenyum saat melihat Aleta berdiri di belakangnya. Aleta memperlihatkan senyum manisnya pada Alvaro. "Kayanya lo lagi seneng banget nih. Kenapa Ta? Cerita dong sama gue," ucap Alvaro.

"Aku seneng karena sekarang aku punya temen di kelas Al. Dia baik banget sama aku. Tadi Dia belain aku waktu aku dihina sama yang lainnya. Aku seneng banget bisa temenan sama dia Al," jelas Aleta senang.

Alvaro mengulurkan tangannya lalu ia mengusap-usap pelan pipi Aleta. "Gue seneng ngeliat lo bahagia gini Ta, jadi lo harus selalu bahagia ya. Yuk ke kantin," ajak Alvaro.

Alvaro menggenggam tangan Aleta. "Jangan dilepasin," peringat Alvaro.

Aleta hanya diam lalu ia melirik tangannya yang digenggam oleh Alvaro. "Makasih ya Al karena kamu genggam tangan aku tanpa rasa jijik sedikitpun," batin Aleta.

🍁

Satu kata buat Kyra?

Satu kata buat temen-temen sekelasnya Aleta?

Jangan lupa tinggalkan jejak ❤

Sad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang