"Terimakasih, karena kamu aku bisa mengenal kebahagiaan, aku berharap kebahagiaan ini akan bertahan lama."
Happy Reading ❤
Maaf ya kalau banyak typo😁❤
🍁
Aleta merasakan ketenangan saat Alvaro memeluknya. Baru kali ini ada yang sampai berani memeluknya tanpa rasa jijik. Aleta sangat bersyukur bisa bertemu orang seperti Alvaro.
Alvaro melepaskan pelukannya lalu tangannya terulur menghapus air mata yang terdapat di pipi Aleta. "Udah cukup lo nangis kaya gini, sekarang lo harus bangkit. Semangat," ujar Alvaro tersenyum.
Aleta tersenyum tipis. "Makasih udah semangatin aku buat bangkit lagi Al, makasih juga kamu udah nenangin aku. Makasih karena kamu udah mau jadi temen aku, kamu satu-satunya temen yang aku punya. Makasih udah nerima aku apa adanya Al, aku bersyukur banget bisa kenal sama kamu," ungkap Aleta.
Alvaro tersenyum lebar lalu mengacak pelan rambut Aleta. "Gue juga bersyukur bisa kenal sama lo. Udah jangan ngomong apa-apa lagi nanti gue bisa baper gara-gara omongan lo. Kalau lo lagi cape ngehadapin semuanya gue bakal selalu ada buat nyemangatin lo. Sekarang, lo punya gue. Gue bakal berusaha buat ngelindungin lo dari orang-orang yang mau nyakitin lo Ta," ujar Alvaro.
Aleta merasakan debaran hebat di jantungnya. Ia merasa tersentuh oleh ucapan Alvaro. Aleta menatap manik hitam Alvaro lekat-lekat. "Apa aku boleh minta sesuatu dari kamu Al?"
Alvaro mengernyitkan alisnya tapi ia tetap mengangguk dan tersenyum. "Boleh Ta, lo mau minta apa sama gue? Gue bakal turutin apapun mau lo," jawab Alvaro yakin.
"Aku cuma mau kamu tetap di samping aku. Jangan tinggalin aku ya Al, aku gak punya siapa-siapa lagi selain kamu. Aku gak bakal peduli walaupun semua orang benci sama aku asal bukan kamu yang benci sama aku, jangan benci aku ya Al," pinta Aleta.
"Hmm... Aku gak maksa kamu buat mau nurutin permintaan aku kok, permintaan aku pasti terlalu ngerepotin kamu ya Al? Maaf ya Al," Aleta menunduk, dia merutuki dirinya sendiri.
Dia tidak mengerti kenapa harus meminta Alvaro untuk selalu di sampingnya dan tidak membencinya padahal ia sudah terbiasa dibenci dan sendirian menghadapi kejamnya kehidupannya.
Lalu mengapa ia malah meminta Alvaro untuk terus di sampingnya dan meminta Alvaro untuk jangan membencinya? Entahlah, Aleta pun tidak tahu alasannya.
Alvaro terkekeh pelan lalu ia menjentikan jarinya di dahi Aleta. "Kenapa harus minta maaf? Lo gak salah apa-apa Ta. Jangan ngerasa bersalah gitu cuma gara-gara minta sesuatu yang pasti gue lakuin buat lo," ujar Alvaro tulus.
Tangan Alvaro terulur mengelus pipi Aleta. "Gue gak mungkin benci sama lo Ta, justru gue sayang sama lo," lirih Alvaro pelan.
Kini Alvaro menyadari perasaan bahagia saat Aleta ada di dekatnya adalah perasaan nyaman. Alvaro mengakui bahwa ia menyukai Aleta sejak saat pertama kali melihat mata Aleta.
Sorot mata yang dalam dan teduh. Ia bisa melihat dari sorot mata Aleta kalau sebenarnya gadis itu menyembunyikan kesedihan yang mendalam yang tidak pernah ia ceritakan kepada siapapun.
Alvaro berjanji pada dirinya sendiri kalau ia akan berusaha menjaga Aleta dengan baik dan ia akan berusaha membuat Aleta selalu bahagia.
Tanpa terasa bel masuk berbunyi di seluruh penjuru sekolah, siswa-siswi memasuki kelas mereka masing-masing. Banyak siswi yang terus membicarakan Aleta, mereka berharap Aleta tidak sekelas dengan mereka.
"Semoga aja cewek miskin itu gak masuk ke kelas kita, gue sih ogah sekelas sama orang miskin kaya dia. Menjijikkan banget sekelas sama orang miskin kaya dia."
"Gue juga ogah banget deh kalau si miskin itu masuk ke kelas gue. Bisa-bisa banyak kuman di kelas gue, orang miskin kan kaya sampah, mereka gak pernah perawatan kaya kita-kita."
"Lihat aja kalau dia masuk ke kelas gue, gue bakal bully dia sampai gak kuat sekolah di sini. Sumpah menjijikkan banget. Masa orang miskin kaya dia sekolah di sini sih, di sini kan tempatnya orang kaya semua, bukannya tempat sampah kaya dia."
Aleta bisa mendengar semua hinaan itu. Dia juga menyadari kalau hinaan itu untuknya. Aleta harus menyiapkan hati dan mentalnya karena ia tahu pasti akan selalu ada yang menghina dan menyakitinya selama ia masih sekolah di sini.
Alvaro mengelus rambut Aleta pelan. "Mereka lagi ngasih semangat buat lo, jadi lo harus buktiin ke mereka kalau suatu saat nanti lo bisa sukses. Yuk Ta, gue bakal nganter lo ke kantor kepala sekolah, gue harap kita bisa sekelas biar gue bisa selalu dekat sama lo dan bisa ngelindungin lo juga," ujar Alvaro.
Aleta tersenyum, entah kenapa selalu ada perasaan bahagia setiap kali Alvaro mengucapkan sesuatu padanya. Aleta memegang tangan Alvaro yang ada di kepalanya. "Kayanya kamu suka banget ya sama rambut aku sampe kamu selalu ngelus-ngelus rambut aku," canda Aleta.
Alvaro terkekeh pelan. "Iya habisnya rambut lo lembut, gue bukan cuma suka sama rambut lo doang sih tapi gue juga suka sama lo-nya," Aleta melongo, kenapa kalimat Alvaro terdengar ambigu.
Tidak mungkin kan laki-laki seperti Alvaro menyukainya? Iya, Aleta sadar diri kalau itu memang tidak mungkin.
"Ta," panggil Alvaro yang dapat membuyarkan lamunannya. Aleta melirik Alvaro.
"Lo pasti ngelamunin gue kan," tebak Alvaro terkekeh pelan.
"Ih, geer kamu Al. Siapa juga yang ngelamunin kamu," elak Aleta padahal memang benar ia tadi melamunkan Alvaro tapi Aleta malu untuk mengakuinya.
"Kalau lo gak ngelamunin gue kenapa pipi lo merah gitu," goda Alvaro.
Aleta memegangi pipinya, dia merasa malu sendiri. Apa benar pipinya merah?
Tawa Alvaro pecah saat melihat ekspresi wajah Aleta yang sangat menggemaskan.
"Ih, Al. Jangan ketawa gitu dong kan aku malu," jujur Aleta polos.
Alvaro mencubit pelan pipi Aleta. "Habisnya lo lucu banget sih Ta, udah yuk ke kantor kepala sekolah," Alvaro menggenggam tangan Aleta. Mereka berjalan beriringan dengan perasaan yang sama-sama bahagia.
🍁
Semoga kalian suka ❤
Jangan lupa tinggalkan jejak ❤
![](https://img.wattpad.com/cover/192464795-288-k102257.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Girl
Teen FictionAleta merupakan seorang wanita kuat yang menghadapi kejamnya kehidupan. Dia sering dihina karena miskin, sering dibully karena miskin, dan dia tidak pernah mempunyai teman karena orang-orang jijik padanya. Aleta selalu dibully bahkan disiksa karena...