🍁{Chapter 12}🍁

24.7K 1.1K 11
                                    

"Luka fisik yang selalu ku dapat tidak sebanding dengan luka yang ada di hatiku."

Happy Reading ❤

🍁

Aleta membuka pintu rumahnya yang kebetulan tidak terkunci. Aleta melihat Reyhan yang sedang bermain sendirian di ruang tamu.

Aleta melepaskan sepatunya lalu ia menaruh sepatunya di rak sepatu yang ada di dekatnya. Aleta menghampiri Reyhan. "Dek," panggil Aleta.

Reyhan menolehkan kepalanya saat mendengar suara Aleta. Reyhan tersenyum lebar saat mendapati Aleta yang tak jauh darinya. Reyhan berdiri lalu memeluk Aleta.

"Yeee... Ka Aleta udah pulang," ujar Reyhan senang.

Aleta mengelus pucuk kepala Reyhan. "Oma dimana Dek?" tanya Aleta.

Reyhan mendongokkan kepalanya agar bisa menatap Aleta. "Oma lagi tidur di kamar Ka," jawab Reyhan.

"Tadi pas Oma mau jualan kue di sekolah Oma malah diusir sama satpam sekolahnya Ka. Oma juga didorong sama satpamnya sampai Oma jatoh terus kue-kue yang Oma buat juga ikut jatoh ke tanah Ka, satpam itu juga nginjek-nginjek kue-kuenya Ka. Jahat banget ya Ka satpam itu," curhat Reyhan dengan nada sendu.

Aleta memeluk Reyhan dengan erat, ia merasa miris dengan kehidupannya yang seperti ini.

Aleta selalu bertanya-tanya kenapa orang-orang selalu bersikap jahat pada keluarganya. Apa karena keluarganya kurang mampu?

Aleta melepaskan pelukannya. "Kaka mau ke Oma dulu ya Dek," Reyhan mengangguki ucapan Aleta lalu ia kembali bermain sendirian di ruang tamu.

Aleta melangkah ke kamar Oma. Saat ia sudah di depan kamar Oma, Aleta menghembuskan napas pelan lalu ia membuka pintu kamar Oma. "Oma," panggil Aleta.

Oma melirik Aleta yang mendekat ke arahnya, Oma tersenyum ke arah Aleta. "Kamu udah pulang Nak," ujar Oma.

Aleta duduk di ujung kasur lalu ia memijat kaki Oma. "Oma gak papa?" tanya Aleta.

Oma tersenyum. Ia menegakan tubuhnya agar bisa duduk, Aleta membantu Oma untuk duduk. Oma mengelus rambut Aleta pelan. "Oma gak papa kok, jangan khawatir Nak," jawab Oma.

Aleta tahu senyum yang Oma perlihatkan itu adalah senyum palsu untuk menutupi luka-luka yang ada di dalam hatinya.

Aleta memeluk Oma erat, dia tidak suka jika melihat Oma dan Reyhan diperlakukan buruk oleh orang-orang, Aleta selalu ingin Oma dan Reyhan bahagia.

Oma membalas pelukan Aleta lalu ia mengelus punggung Aleta. "Reyhan pasti cerita sama kamu ya Nak, ini salah Oma karena Oma mau jualan di situ padahal udah dibilang kalau gak boleh jualan di situ," ungkap Oma.

Aleta melepaskan pelukannya, tanpa sadar air matanya menetes begitu saja. Oma menghapus air mata Aleta. "Kenapa nangis Nak? Oma gak papa, kamu jangan khawatir ya," jelas Oma tersenyum.

Hati Aleta terasa tercabik-cabik setiap kali melihat senyum palsu yang Oma perlihatkan.

Aleta ingin sekali menjadi orang kaya agar orang-orang tidak lagi menghina dan memperlakukan keluarganya dengan buruk. Aleta ingin sekali merubah takdir hidupnya.

Oma memegang erat kedua tangan Aleta sambil mengelusnya. "Oma tau apa yang kamu pikirin Nak. Maafin Oma karena gak bisa bikin kamu dan Reyhan bahagia," ujar Oma merasa bersalah.

"Kalian jadi selalu dihina sama orang-orang karena dari keluarga yang kurang mampu. maafin Oma Aleta," lanjut Oma sambil menundukkan kepalanya.

Aleta memeluk Oma. Ia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Oma. "Kenapa Oma harus minta maaf? Oma gak salah apa-apa justru Aleta yang harusnya minta maaf karena belum bisa bahagiain Oma," lirih Aleta.

"Aleta janji suatu saat nanti bakal bahagiain Oma. Sebelum Aleta sukses Oma harus tetep sama Aleta, Oma gak boleh pergi sebelum Aleta sukses," lanjut Aleta.

Oma melepaskan pelukannya lalu ia mengecup kening Aleta. "Oma yakin suatu saat nanti kamu bisa sukses Nak," ucap Oma sambil tersenyum.

Aleta membalas senyuman Oma. Sekarang ia harus cari kerja agar bisa memenuhi kebutuhan Oma dan Reyhan.

Aleta berdiri lalu ia mengecup kening Oma. "Aleta pergi sebentar ya Oma. Oma istirahat aja," ujar Aleta.

Aleta mengganti pakaian sekolahnya dengan pakaian sehari-hari yang ia kenakan. Aleta menatap dirinya di pantulan cermin lalu ia memperlihatkan senyumnya. "Aku udah siap berpura-pura kuat di depan semua orang," gumam Aleta.

Aleta mendekati Reyhan yang masih bermain di ruang tamu. Aleta mengelus rambut Reyhan. "Dek, Kaka mau keluar sebentar. Kamu jagain Oma ya," ucap Aleta.

"Kaka mau kemana? Kaka mau main sama teman-teman Kaka ya. Sekarang Kaka pasti punya banyak teman kan," tebak Reyhan tersenyum lebar.

Aleta membalas senyuman Reyhan. "Iya Dek, Kaka punya banyak teman sekarang," jelas Aleta.

Aleta tidak sepenuhnya berbohong kan? Sekarang ia punya Alvaro dan juga Kyra yang mau berteman dengannya.

Aleta berjalan kaki mencari pekerjaan. Dia sudah mendatangi toko-toko tapi tidak ada yang membutuhkan pegawai baru.

Aleta menyeka keringat yang ada di pelipisnya, cuacanya sangat terik. Aleta tersenyum lebar saat melihat ada kertas yang tertempel di depan cafe bertuliskan membutuhkan pegawai.

Aleta berniat masuk ke dalam cafe itu tapi ia malah dicegat oleh satpam. "Pak, saya mau melamar kerja di sini," jelas Aleta.

Satpam itu memperhatikan penampilan Aleta dari atas kepala sampai ujung kaki. "Maaf, sudah tidak ada lowongan pekerjaan," ujar satpam itu.

"Tapi Pa-" sebelum Aleta menyelesaikan ucapannya satpam itu lebih dulu mendorongnya sampai ia terjatuh ke tanah. Aleta melihat lututnya yang mengeluarkan darah segar.

"Silakan pergi! Saya sudah bilang tidak ada lowongan pekerjaan di sini," tegas satpam itu lalu berbalik pergi meninggalkan Aleta yang masih terduduk di tanah.

Aleta memandangi lututnya yang terus mengeluarkan darah segar. Aleta memang merasakan perih di lututnya tapi tidak seberapa dengan luka yang ada di hatinya.

Tiba-tiba ada bayangan yang menutupi pandangannya, Aleta mendongokkan kepalanya. "Sini gue bantu berdiri," ujar seseorang yang ada di depan Aleta sambil mengulurkan tangannya.

🍁

Jangan lupa tinggalkan jejak 😁❤

Sad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang