"Aku ingin tetap tersenyum walaupun hatiku meronta-ronta ingin menangis."
Happy Reading ❤
🍁
Alvaro menunggu kehadiran Aleta di depan gang. Alvaro melirik arloji hitam di tangan kanannya, jam sudah menunjukan pukul 6:40 sebentar lagi gerbang sekolah akan ditutup oleh satpam.
Alvaro terus melirik ke arah gang tapi sayangnya tidak ada tanda-tanda kedatangan Aleta.
Alvaro turun dari motornya lalu ia melangkah memasuki gang. Di gang itu Alvaro melihat Ibu-Ibu yang sedang berkumpul di sebuah rumah yang mewah.
Alvaro mendekati para Ibu-Ibu itu. Ibu-Ibu itu juga menatap Alvaro. "Maaf Bu, kalau boleh saya tau rumah Aleta di mana ya?" tanya Alvaro.
Mereka saling menatap satu sama lain. Mereka melihat penampilan Alvaro yang tampak seperti orang kaya. Mereka bertanya-tanya kenapa Alvaro mau berteman dengan Aleta.
Alvaro merasa risih karena Ibu-Ibu itu terus menatapnya. "Kalau Ibu gak tau gak papa kok, saya permisi ya Bu," ucap Alvaro lembut.
"Itu rumahnya Aleta Nak," sahut salah seorang dari mereka, Alvaro melirik ke arah tangan Ibu itu yang menunjuk ke arah rumah yang sangat sederhana dibandingkan dengan rumah-rumah lainnya yang tampak sangat megah dan mewah.
Alvaro tersenyum. "Makasih Bu, kalau gitu saya permisi dulu ya Bu," Alvaro melangkah pergi ke rumah Aleta.
Ibu-Ibu itu terus menatap Alvaro. "Si miskin make pelet ya sampe orang kaya mau temanan sama dia gitu," cetus salah seorang dari mereka.
Alvaro mengetuk pintu rumah Aleta lalu beberapa saat kemudian pintu terbuka menampilkan wanita paruh baya yang ia yakinin kalau itu adalah Nenek Aleta.
Oma menatap Alvaro dengan kening berkerut, dia tidak pernah melihat Alvaro sebelumnya. Alvaro tersenyum manis pada Oma. "Saya temannya Aleta Oma, Aletanya mana ya Oma?" tanya Alvaro.
Alvaro tersentak saat tiba-tiba melihat Oma menangis. "Aleta belum pulang dari kemarin Nak, Oma udah cari Aleta kemana-mana tapi Aleta gak ketemu juga. Oma khawatir sama Aleta Nak, Oma takut terjadi sesuatu yang buruk sama Aleta," ungkap Oma.
Tiba-tiba perasaan Alvaro tidak enak. Dia jadi merasa takut terjadi sesuatu yang buruk pada Aleta.
Alvaro mencoba menenangkan Oma. "Oma jangan khawatir, aku bakal cari Aleta sampai Aleta ketemu. Aku pergi dulu ya Oma, doain aja semoga Aleta baik-baik aja sekarang," ucap Alvaro.
🍁
Aleta membuka matanya perlahan-lahan, ia mengerjapkan matanya beberapa kali. Aleta merasakan perih di sekujur tubuhnya.
Aleta tersentak saat melihat Kyra di depannya sedang menyayat-nyayat kakinya, Kyra tersenyum lebar saat menyadari kalau Aleta sudah bangun.
"Hai miskin, akhirnya lo bangun juga. Lo lihat kan pisau ini, pisau ini udah terbalut sama darah lo. Tangan dan kaki lo udah gue hias semuanya," jelas Kyra sambil menunjukkan pisau kecil yang ada di tangannya.
Aleta melirik ke arah kaki dan tangannya, kaki dan tangannya sudah di penuhi sayatan dan juga darah yang masih terus menetes.
Aleta tidak pernah menyangka Kyra akan melakukan hal sekeji ini padanya. "Kenapa kamu jahat banget sama aku Ra? Aku salah apa sama kamu? Kamu udah aku anggep sebagai sahabat aku tapi kamu malah lukain aku," lirih Aleta.
Kyra tertawa keras lalu ia menatap Aleta tajam. Kyra menekan kedua pipi Aleta dengan kasar. "Heh! Siapa juga yang mau sahabatan sama lo! Alergi gue sahabatan sama orang miskin kaya lo!" sinis Kyra.
"Apa salahnya kalau aku miskin Ra? Di mata Allah kita semua sama Ra, kamu gak berhak ngomong kaya gitu," balas Aleta.
Kyra menjambak rambut Aleta dengan kasar. "BERANI BANGET YA LO CERAMAHIN GUE! Lo emang pantes buat mati bangsat!" murka Kyra.
Kyra menjauhkan tangannya dari rambut Aleta lalu ia mengarahkan pisau kecilnya ke pipi Aleta. "Rasain nih," ujar Kyra sambil menggores pipi Aleta menggunakan pisau kecil itu.
Aleta meringis pelan. Ia hanya bisa berdoa bisa selamat dari Kyra.
Setelah puas melukai pipi Aleta, Kyra beralih mengarahkan pisaunya ke arah perut Aleta. "Ini balasan karena lo berani cermahin gue!"
JLEB
Kyra menusukkan pisau itu ke perut Aleta. Aleta tidak kuasa menahan isak tangisnya, ia sangat kesakitan. "Sa-kit Ra," rintih Aleta.
Kyra tertawa dengan keras saat mendengar rintihan Aleta. Kyra melirik baju Aleta yang dipenuhi darah. Kyra menggeser pisau itu ke perut kanan Aleta. "AKH...." teriak Aleta.
Aleta menangis dengan keras. Ia menatap Kyra dengan tatapan memohon. "Aku mohon stop Ra. Sakit Ra, sakit. Aku mohon jangan kaya gini Ra, aku temen kamu," lirih Aleta sambil terisak.
Kyra semakin menekankan pisau itu ke dalam perut Aleta. Ia menatap Aleta dengan tatapan murka. "GUE BUKAN TEMEN LO BANGSAT!" teriak Kyra kesal.
"Aleta!" panggil Alvaro.
Alvaro melangkah mendekati Aleta dan juga Kyra. Hati Alvaro terasa sesak saat melihat kaki, tangan, dan pipi Aleta yang terus mengeluarkan darah.
Kyra tersentak saat melihat Alvaro ada di sini. Dia bertanya-tanya bagaimana Alvaro bisa ke sini.
"Gue tau Aleta ada di sini dari teman-teman lo. Lo apa-apaan berani ngelukain Aleta kaya gini bangsat!" kesal Alvaro.
Alvaro melirik Aleta dan saat itu juga ia melihat Aleta tersenyum ke arahnya. "Aku gak papa," ucap Aleta tanpa suara.
Alvaro mengerti apa yang Aleta ucapkan, hatinya semakin terluka ketika melihat senyum Aleta. Kenapa Aleta bisa tersenyum disaat tubuhnya penuh dengan darah dan luka?
🍁
Semoga feelnya dapet ya ❤
Jangan lupa tinggalkan jejak ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Girl
Teen FictionAleta merupakan seorang wanita kuat yang menghadapi kejamnya kehidupan. Dia sering dihina karena miskin, sering dibully karena miskin, dan dia tidak pernah mempunyai teman karena orang-orang jijik padanya. Aleta selalu dibully bahkan disiksa karena...