🍁{Chapter 18}🍁

23.8K 1K 24
                                    

"Aku tidak mau kehilangan kamu karena aku sudah jatuh hati padamu."

Happy Reading

🍁

Sudah seminggu Aleta terbaring lemah di ranjang rumah sakit, dia masih koma. Selama Aleta koma, Alvaro selalu berada di samping Aleta. Alvaro selalu menanti Aleta untuk membuka matanya.

Alvaro sudah memberi tahu Oma tentang keadaan Aleta. Saat mendengar cerita dari Alvaro mengenai Aleta Oma merasa sangat terpukul, dia merasa tidak bisa membahagiakan Cucu-Cucunya.

Alvaro mengelus punggung tangan Aleta, dia terus menatapi wajah Aleta. "Gue selalu nunggu lo buka mata Ta, gue kangen sama lo, cepat bangun dong," gumam Alvaro.

Oma memasuki ruang rawat inap Aleta. Oma menghampiri Alvaro yang sedang duduk di sebelah ranjang Aleta. "Alvaro," panggil Oma.

Alvaro menengok ke arah Oma lalu ia tersenyum tipis. "Oma, Oma harusnya hari ini gak kesini biar Alvaro aja yang jagain Aleta. Oma istirahat aja di rumah, kasihan juga Reyhan yang sendirian di rumah," ucap Alvaro lembut.

Oma mengelus rambut Alvaro pelan. "Maaf ya Nak karena Oma selalu merepotkan kamu. Makasih udah mau jagain Aleta, Oma senang Aleta bisa punya teman kaya kamu Nak," ucap Oma.

"Makasih karena udah mau jadi teman Aleta Nak, padahal tadinya gak ada yang mau temanan sama Aleta karena Aleta miskin. Ini semua gara-gara Oma yang tidak bisa membahagiakan Aleta dan Reyhan," terang Oma.

Alvaro menggenggam tangan Oma, ia juga memandang wajah Oma yang sudah terdapat banyak kerutan di wajahnya, Alvaro tahu Oma sudah bekerja keras untuk membahagiakan Aleta dan Reyhan.

"Oma gak boleh ngomong gitu, Oma udah berusaha buat Aleta dan Reyhan bahagia. Alvaro yang harusnya berterima kasih sama Oma karena Oma udah ngerawat malaikat baik seperti Aleta," terang Alvaro sambil tersenyum.

Hati Oma menghangat ketika Alvaro mengatakan semua itu, ia sangat bersyukur karena Aleta bisa bertemu dengan orang sebaik Alvaro.

Alvaro berdiri dari duduknya. "Oma pasti mau berduaan sama Aleta kan, kalau gitu Alvaro mau keluar dulu sekalian Alvaro mau beli makanan buat Oma," ucap Alvaro lalu ia melangkah keluar.

Oma duduk di tempat yang tadi Alvaro duduki. Dia memandangi wajah Aleta, hatinya merasa sedih karena merasa tidak bisa menjaga Aleta dengan baik.

Oma mengelus pipi Aleta yang terdapat perban. "Aleta, maafin Oma ya karena gak bisa jagain kamu. Kamu pasti tersiksa banget kan Nak, maafin Oma ya karena gak bisa buat Aleta sama Reyhan bahagia."

Oma mengusap air mata yang tiba-tiba menetes di pipinya. "Kamu masih muda tapi kamu sudah mendapat penderitaan yang seberat ini. Oma bangga punya cucu seperti kamu Nak, kamu selalu kuat menghadapi masalah yang terus datang di kehidupan kamu. Cepat bangun Nak, Oma nunggu kamu buka mata, Oma kangen ngeliat senyum kamu Nak," lanjut Oma, air matanya terus menetes.

Oma terkejut ketika melihat ada air mata yang menetes dari mata Aleta, Oma menghapus air mata itu. "Kamu pasti dengar kan apa yang Oma omongin. Oma nunggu kamu bangun Nak, kamu harus sadar Aleta. Jangan tinggalin Oma, Oma cuma punya kamu dan Reyhan di dunia ini. Oma sayang kamu Aleta," Oma mengecup kening Aleta, dia ingin sekali Aleta secepatnya membuka mata.

🍁

Di sekolah sudah banyak yang tahu tentang keadaan Aleta, mereka tidak perduli sama sekali tentang keadaan Aleta yang koma. Mereka malah ingin Aleta secepatnya meninggal karena mereka menganggap Aleta hanya benalu di sekolah mereka.

"Semoga aja si miskin itu cepat mati biar gak ada orang miskin lagi di sekolah ini."

"Gue gak pernah suka sama orang miskin kaya dia, jadi benalu aja di dunia ini."

"Gue jijik banget sama si miskin itu, kenapa Kyra gak langsung bunuh dia aja sih."

"Kalau gue jadi Kyra, udah pasti gue langsung bunuh tuh si miskin."

Masih banyak lagi kata-kata yang menyakitkan untuk Aleta, mereka tidak pernah ingin Aleta sadar dari komanya, mereka malah ingin Aleta meninggal.

Ada beberapa orang yang sebenarnya kasian melihat keadaan Aleta tapi mereka memilih diam karena takut dibully.

Hanya Alvaro yang selalu menantikan Aleta membuka matanya, dia selalu ke rumah sakit setiap pulang sekolah, kadang Alvaro menginap untuk menemani Aleta.

Keluarga Alvaro sudah tahu tentang Aleta. Ayah dan Ibu Alvaro ikut sedih mendengar cerita Aleta dari Alvaro, tidak seharusnya orang yang kurang mampu disiksa seperti itu.

Ayah dan Ibu Alvaro mengijinkan Alvaro untuk selalu menjaga Aleta di rumah sakit. Orang tua Alvaro juga berpesan pada Alvaro untuk jangan pernah membeda-bedakan derajat orang lain karena di mata Allah kita semua itu sama.

Alvaro mengelus pucuk kepala Aleta pelan. Alvaro berdiri di samping Aleta. "Kapan lo mau bangun Ta? Gue, Oma, dan Reyhan selalu nungguin lo membuka mata."

"Reyhan emang gak tau soal keadaan lo Ta, kasihan dia kalau sampai tau keadaan lo kaya gini, dia pasti sedih banget. Reyhan selalu cari-cari keberadaan lo Ta makanya lo harus cepat bangun ya, gue kangen sama lo Aleta. Gue mohon bangun Ta, lo udah lama tidur emangnya lo gak cape apa? Bangun dong Ta," lirih Alvaro.

Alvaro tersentak saat melihat jari telunjuk Aleta yang bergerak, dia memegang tangan Aleta. "Ayo Ta, buka mata lo. Gue di sini selalu nungguin lo membuka mata," ucap Alvaro.

Jari telunjuk Aleta sudah tidak bergerak lagi padahal Alvaro berharap Aleta sadar dari komanya.

Alvaro membulatkan matanya ketika melihat tubuh Aleta yang kejang-kejang, tanpa berpikir panjang Alvaro langsung berlari keluar untuk mencari dokter.

Alvaro menghampiri Milka. "Dok, tolong Aleta Dok. Tubuh dia kejang-kejang, saya khawatir Dok," cemas Alvaro.

Milka langsung berlari ke ruang rawat inap Aleta, tubuh Aleta masih kejang-kejang, Milka langsung bertindak sebagai dokter.

🍁

Semoga feelnya dapet

Jangan lupa tinggalkan jejak ❤

Sad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang