Setiap masalah hanya ada satu solusi yaitu pelukan seorang ibu.
-Misel Berliana-Bel pulang sekolah sudah berbunyi 10 menit yang lalu,tapi gadis dingin dengan rambut kuncir kuda baru keluar dari kelasnya.
Berjalan menyusuri koridor yang mulai sepi hanya ada beberapa anak Ekskul saja yang masih ada di sekolah."Hi sel,kok baru pulang?"sapa cowo dengan senyum manisnya.
"Di rumah emang mau ngapain"Jawab Misel tersenyum tipis.
"Nanti malam gue kerumah lo ya"Ujar Nino.
"Iya"jawab Misel
Nino Fernandes sahabat Misel sejak kelas 1 SMP itu yang selalu menemani Misel,menjadi tameng disaat semua orang menjauhi Misel,selalu ada disaat suka dukanya seorang Misel Berliana.
Sudah jelas sikap Misel berbeda jika dihadapan Nino,sahabat terbaiknya.***
Tokkk tokkk,suara ketukan pintu kamar Misel.
Misel yang sedang membaca novel pun beranjak dari kursinya membuka pintu."Sayang,boleh Bunda masuk ?" Ujar wanita paruh baya itu.
"Iya"Jawab Misel singkat.
"Gimana sekolah kamu nak ?"Tanya Mila-Bunda Misel.
"Seperti biasa"
"Maafin Bunda yang terlalu sibuk ya nak"Ujar Bunda merasa bersalah sembari mengelus kepala Misel.
"Gak papa,Misel ngerti"
"Boleh Bunda peluk kamu"Tanya Bunda dengan hati-hati.
Misel mengangguk.Tubuh Misel didekap oleh sang Bunda,merasakan kenyamanan yang tidak ada bandingannya,Misel merindukan pelukan Bundanya,wanita terhebat dalam hidupnya.Tapi Misel masih enggan untuk membalas pelukan wanita yang sudah melahirkannya itu.
Demi apapun Misel sayang sekali dengan Bundanya,tapi Misel tetaplah Misel yang lebih mengikuti ego dan logikanya.Ting nongggg...ting nong...
"Kamu ada janji sama siapa sayang?"Tanya bunda melepas pelukannya.
"Nino paling Bun"
Bunda Misel tidak bisa menahan senyumannya,anaknya yang paling dia sayangi kembali memanggilnya bunda.
"Ya sudah kamu temui dia gih,Bunda mau nyiapin makan malam"Ujar Bunda.
"Iya"
"Hai cantik"Sapa Nino
"Hai juga jelek"Balas Misel meledek.
"Enak aja,cowo ganteng gini dibilang jelek"Jawab Nino tak terima.
"Serah lo"Ujar Misel.
"Eh Tante"Sapa Nino saat melihat Bunda Misel membawa nampan yang berisi cemilan ke ruang tamu.
Nino beranjak dari duduknya dan langsung mencium punggung tangan Bunda Misel."Gimana kabarnya No ?"Ujar Mila-Bunda Misel
"Baik tante"Jawab Nino sembari tersenyum.
"Ya sudah kalian lanjutkan saja ngobrolnya,tante mau ke kamar dulu ya"Pamit Bunda Misel
"Iya tan"jawab Nino.
"Ada cowok nyebelin No,di kelas gue"Ujar Misel sambil memakan kacang kulit.
"Siapa ? "Tanya Nino penasaran.
"Namanya kalo ga salah Devon,dia anak baru,masa dia mengklaim gue jadi pacarnya,ketemu aja baru.Dasar gila"jawab Misel malas
Nino tersentak kaget tapi langsung merubah raut wajahnya menjadi biasa .
"Gue pamit pulang ya"Ujar Nino
Misel mengangkat alisnya,tumben pikirnya,biasanya Nino tunggu diusir dulu baru mau pulang ini baru main sebentar udah mau pamit aja.
"Gue ada urusan"ujar Nino seolah tau yang ada dipikiran Misel.
"Tidurnya jangan malem-malem ya"Ujar Nino mengelus kepala Misel.
"Oke,hati-hati"Jawab Misel tersenyum tulus.
"Udah sana pulang,jangan lupa tutup pintunya"Usir Misel.
"Yeee dasar,harusnya tamu itu kalo mau pulang dianter sampe depan "Ujar Nino
"Lo tamu tak diundang,pulang tak diantar"Jawab Misel meledek.
"Serah loh deh"jawab Nino pasrah,dan langsung mengambil kunci motornya yang ada di Meja.
Nino melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalan ibu kota yang tidak pernah sepi itu tidak peduli dangan klakson pengendara lain yang geram dengan tingkah Nino yang ugal ugalan itu.
Yang ada dipikiran Nino sekarang,kenapa cowo brengsek macam Devon mengklaim sahabat terbaiknya manjadi kekasih.
Dia ingin cepat cepat menemui cowo brengsek yang sayangnya menjabat jadi sepupunya,apa maksudnya dia mengklaim Misel menjadi kekasihnya.Sorry typo bertebaran hehe..
See youCahyaHildaLaela
@CahyaHilda