9

230 8 2
                                    

      Wajah datar lo itu manis tapi lebih manis lagi kalo lo senyum.
            -Devon Alano-

Seperti biasa hari minggu adalah hari bebas untuk Misel Berliana,dia ingin bermalas malasan saja dan membaca Novel di kamarnya.
Tapi semua rencananya gagal total saat dia menerima pesan dari Devon.
Devon mengajaknya pergi hari ini,ntah kemana yang jelas kata Devon nanti juga tahu,menyebalkan memang.

"Bun,Misel mau keluar dulu ya"Pamit Misel kepada Mila yang sedang duduk diruang tamu.
"Sama Nino sayang?"Tanya Mila.
"Mmm ga bun,sama Devon"
Sebelum Mila bertanya Misel menjawabnya lebih dulu.
"Dia temen baru Misel bun"Ujar Misel.
"Ya sudah hati-hati ya,bunda juga mau ke butik"ujar bunda mengelus kepala Misel.
   Hubungan Misel dan bundanya sudah membaik,misel tidak sedingin dulu dan bundanya sangat bersyukur anak yang paling dia sayangi telah berubah.

     Misel sudah ada di Teras rumahnya sedang menunggu Devon yang katanya akan menjemput jam sembilan pagi,tapi ini sudah jam sembilan tiga puluh.
"Ck mana sih tuh anak,tau gini mending gue baca Novel seharian"Ujar Misel bermonolog.
    Tidak lama mobil sport warna hitam terparkir didepan gerbang tinggi itu.
"Maaf lama,tadi ada urusan mendadak"Ujar Devon merasa bersalah saat dirinya sudah ada dihadapan Misel.
"Gak papa,kita mau kemana?"Tanya Misel.
"Nanti juga tahu,oh ya nyokap lo ada gue mau ijin dulu?"Tanya Devon.
"Bunda ke butik"Jawab Misel.
"Bokap lo?"
Devon tidak menyadari raut wajah Misel yang berubah seperti sedang menahan amarah.
"Cepet jadi pergi gak?"Tanya Misel mengalihkan pembicaraan.
Devon mengerti dengan suasana hati Misel yang berubah,mengangguk dan bergegas membukakan pintu mobil untuk Misel.

                           ••••••••••
"Kita mau kemana sih ?"Tanya Misel.
Pasalnya jalan yang dilewati terasa asing bagi Misel.
"Jangan-jangan lo mau culik gue ya? Lo psikopat kan ?"Tanya Misel Was was.
"Kalo iya kenapa"Ujar Devon menampilkan senyum smirknya.
"Gue mau turun,gue gak mau mati sekarang"Ujar Misel panik.
Devon yang melihat itu tidak bisa menahan tawanya,dan itu membuat Misel semakin bingung.
"Lo lucu banget sih kalo ketakutan gitu"Ujar Devon mengacak rambut Misel gemas.
Misel berdecak kesal,dan memutar bola mata malas.
"Gak lucu"Ujar Misel ketus.
"Iya deh maaf,bentar lagi nyampe kok"Ujar Devon.

Setelah satu jam perjalanan akhirnya Misel dan Devon sampai ditempat tujuan,tujuan Devon lebih tepatnya.
      Misel mengedarkan pandangannya  hutan dan hutan.Kanan kirinya hanya ada pohon tinggi yang cukup rindang.Udara yang dingin menusuk kulit pucat Misel yang hanya menggunakan kaos yang dilapisi cardigan dan celana joger hitamnya.
  "Ck,kita sebenernya mau kemana sih? Misel berkacak pinggang.
"Udah ayo,ikut aja"Ajak Devon menggandeng tangan Misel.
Mau tidak mau Misel mengikuti Devon sembari menggerutu.
 
                        •••••••••••••

"Ishhh kaki gue luka nih"Ujar Misel saat sudah duduk dibatu besar.
"Lo gak hati-hati sih"Ucap Devon sambil mengobati kaki kiri Misel menggunakan P3K yang dibawa di tas kecilnya.
"Kita pulang aja yuk"Ajak Devon.
Misel melotot,apa katanya pulang ? Setelah jauh jauh kesini,hanya dapat luka di kaki ? Dasar Devon.
"Gak ! enak aja,udah jalan jauh sampe sini maen pulang aja"Ujar Misel tidak terima.
"Kaki lo luka sel"ujar Devon memberi pengertian.
"Nanti kita kesini lagi"Ucap Devon meyakinkan.
"Ck,udah cepet lanjutin aja.Lagian lo yang ngajak kesini"Ujar Misel.
"Keras kepala"Gumam Devon yang masih bisa didengar oleh Misel.
"Apa lo bilang ?"Tanya Misel ketus.
"Udah ayo,katanya mau lanjut,tuh bentar lagi nyampe"Ujar Devon.
"Gue gendong ya ?"Ujar Devon,Misel melotot dan mendorong tubuh Devon hingga Devon terjerembab.
"Gak,lo modus"Ujar Misel.
"Ck sakit nih tangan gue"Ujar Devon meringis kesakitan.
"Udah ah,cepet"Ajak Misel berjalan meninggalkan Devon yang masih membersihkan tangannya.
"Lo beda Sel,lo apa adanya dan sikap dingin lo bikin gue gemes"Ucap Devon bermonolog dan langsung menyusul Misel.
    
                          ••••••••••••
"Keren banget"Ucap Misel saat dihadapanya ada rumah pohon yang sudah tua tapi tetap terawat,sepertinya ada orang yang sengaja merawatnya.
  Ditambah Air terjun yang tinggi dan cukup deras itu menambah kesan indah dan sejuk.
   Misel tersenyum,senyum yang tidak pernah dia tunjukan pada siapapun.
Devon yang melihat itu mengerjap lucu.
"Wajah datar lo manis,tapi lebih manis lagi kalo lo senyum"Ujar Devon saat sudah disamping Misel.
  Misel tersentak dan langsung merubah raut wajahnya menjadi datar kembali.
"Lo salah liat"Ucap Misel datar.
"Ck,serah deh"Ujar Devon.
"Kita ke atas yuk,kalo kita lihat dari rumah pohon itu,lebih bagus lagi"Ujar Devon sembari menunjuk rumah pohon tersebut.
Misel mengangguk dan membiarkan Devon memanjat duluan.
"Ayok,gue bantu"Ujar Devon mengulurkan tangannya saat dia sudah sampai diatas.
Misel langsung menerima uluran tangan itu dan mulai memanjatnya.
  Misel berdecak kagum,dari atas sini,lebih indah.
"Yuk masuk"Aja Devon.
Misel mengangguk dan mengikuti Devon masuk ke rumah pohon
Misel bingung,di tempat sepi seperti ini ada yang mau merawat rumah pohon yang sudah cukup tua itu.
Didalamnya ada karpet tebal berwarna hijau dan ada perpustakaan kecil.
"Ini hadiah ultah dari papah"Ujar Devon seakan tau yang ada dipikiran Misel.
"Gue suka baca buku dan ketenangan jadi papah nyuruh orang buatin rumah pohon ini buat gue"Ujarnya lagi.
"Lo  kalo kesini sendirian ?"Tanya Misel,Ntah kenapa dia menanyakan itu.
"Dulu gue gak sendirian dan sekarang juga gak sendirian,ada lo"Jawab Devon Ambigu.
Misel mengerutkan dahinya, kalau dia tidak mengerti yang dikatakan oleh Devon.
Misel berjalan ke arah rak buku yang ditata rapih itu.
Saat melihat buku buku yang ada di rak,ada satu benda yang mencuri perhatiannya.Sebuah bingkai foto yang terselip diantara buku buku.Misel mengambilnya dan melihat foto dua anak kecil.Laki laki dan perempuan.
Terlihat sangat akrab dengan gaya foto yang saling merangkul.
"Bukannya ini Devon,lalu siapa anak perempuan ini ?"Gumamnya.
Seolah tidak penting bagi Misel,Misel meletakkan lagi bingkai itu dan mengambil salah satu buku dengan acak.

  Misel duduk disamping Devon yang sedang sibuk dengan ponselnya.
"Gue harap lo udah nerima gue sel"Ujar Devon sembari menaruh hp di tas kecilnya.
Misel menoleh dan mengangkat bahu acuh,Misel bingung.Apakah dia sudah menerima Devon atau belum,perasaannya terlalu ambigu.Yang jelas jika didekat Devon,Misel merasa tenang dan nyaman.
   "Kita pulang yuk?"Ajak Devon mengalihkan pembicaraan karena dia paham betul,Misel belum bisa menerimanya.
   "Gue masih pengen disini"Jawab Misel.
   "Nanti kita kesini lagi,lagian ini udah waktunya makan siang,dan lo harus makan"Ujar Devon
    Misel menghela napas kasar dan akhirnya mengangguk.
  "Bukunya bawa aja sel"Ujar Devon.
  "Gak lah,ini kan buku lo"Ucap Misel.
   "Buku gue,buku lo juga"Ujar Devon.
   Misel mengangguk dan membawa buku itu.Toh,dia juga ingin membacanya gampang dibalikin kan.
"Gue duluan yang turun lo tunggu disini dulu"ujar Devon.
  "Ayok sel"Ucap Devon mengulurkan tangannya dan Misel pun menurutinya.
  "Sikap lo aneh,gue yakin ada yang lo sembunyiin dari gue"Ucap Misel dalam hati.
   Misel menggeleng dan menghela napas lemah.Sejak kapan seorang Misel perduli dengan urusan orang lain.
  "Woi sel,lo kenapa ?"Tanya Devon.
Misel yang dari tadi melamun tersentak dan langsung menggeleng lalu berjalan mengikuti Devon.

Haiiii,jangan lupa kasih vote dan komen ya.
See you  😊

CahyaHildaLaela
   @CahyaHilda

         
                       •••••••••••••

Senyum Dan Luka (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang