18

138 7 0
                                    

   Gue pastikan senyum tulus lo itu gak akan pernah hilang lagi.
                            
                         -Devon Alano-

"Ke rumah pohon yuk"Ajak Devon saat sudah selesai makan.
"Ayok"Balas Misel antusias.
"Yah tapi aku gak bawa buku kamu yang waktu itu aku pinjem"Ujar Misel.
Devon tersenyum manis.Miselnya sekarang sudah banyak bicara dan tidak dingin lagi,walaupun kadang masih kumat.Eh?
"Gak papa,buat kamu aja.Kalo kamu mau buku tinggal ambil aja"Jawab Devon tersenyum.
"Ya udah yuk,kita bayar buburnya terus kesana"Ajak Devon
Misel mengangguk.
"Mang berapa semuanya?"Tanya Devon ke mang dadang.
"Dua puluh ribu den"Balas mang dadang.
  Devon mengeluarkan selembar uang seratus ribu dan memberikan ke mang dadang.
"Kembaliannya ambil aja mang"Ujar Devon tersenyum ramah.
"Wah,makasih ya den"Balas mang Dadang tersenyum.
"Duluan ya mang"Pamit Devon
"Mang duluan,semangat dagangnya"Ujar Misel tersenyum.
"Iya den,neng hati hati ya"Ujar Mang dadang tersenyum ramah.

                             ••••••
"Kamu sering kesini ya ?"Tanya Devon sembari duduk dikursi pengemudi.
"Sering,buburnya enak"balas Misel
"Pantes lo makannya kaya orang kesurupan"Ujar Devon terkekeh.
Misel melotot dan memukul lengan Devon.
"Aduh ko aku dipukul sih"Balas Devon .Padahal pukulan Misel tidak terasa sama sekali.
"Bodo,cepet jalan"Ujar Misel .
"Iya iya"Ujar Devon dan melesat pergi.

Didalam mobil hanya keheningan yang mengambil alih.Misel menatap keluar jendela sedangkan Devon fokus menyetir.

Drrtttt...drrrttt.
Devon merogoh saku celananya dan melihat siapa yang menelfon.
Wajahnya berubah seperti menahan amarah,kecewa dan kerinduan yang menjadi satu.
Misel menoleh dan mengerutkan dahinya bingung.
"Kenapa gak dianggat dev?"Tanya Misel.
"Biarin aja,gak penting"Jawab Devon.
Misel hanya mengangguk.
Drtttt drttt..
"Angkat aja Dev,siapa tau penting"Ujar Misel gemas.
"Iya"Balas Devon menepikan mobilnya.
"Aku angkat telfon dulu"Ujar Devon keluar dari mobil.
Misel hanya menghela napas kasar.Sebenarnya apa yang disembunyikan Devon darinya.
Apa tidak bisa angkat telfon disini saja.
Hei,tapi apa masalahnya, itukan urusan Devon.
Kenapa Misel jadi posesif gini.Misel menggeleng dan menyenderkan kepalanya dikaca mobil.
"Sel,kita batalin dulu ya ke rumah pohonnya"Ujar Devon saat sudah duduk dikursi kemudi.
"Iya"Ujar Misel.
Sebenarnya Misel kecewa,tapi dia tidak ingin dibilang cewe yang tidak bisa mengerti keadaan.Walaupun Misel tidak tahu betul alasan kenapa tidak jadi ke rumah pohon.
"Jangan Marah,aku janji kita bakalan kesana kok"Ujar Devon sembari mengelus kepala Misel.
"Hm"Ujar Misel tersenyum tulus.
Ntah sejak kapan Misel berubah jadi banyak tersenyum seperti ini.Misel kira dia sudah lupa caranya tersenyum.

Jangan Lupa kasih vote dan komen.
See you

CahyaHildaLaela


Senyum Dan Luka (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang