Gue yang terlalu bodoh apa lo yang terlalu egois.
-Misel Berliana-
Misel berjalan menuju taman belakang sekolah,padahal langit sudah menampilkan warna jingganya.Acara ultah sekolah sudah selesai satu jam yang lalu.Misel akhirnya bisa bernapas lega sudah menampilkan yang terbaik untuk sekolah meskipun tidak bersama Devon.
Ngomong-ngomong soal Devon sampai sekarang dia belum juga memberi kabar.Ponselnya juga masih susah untuk dihubungi.
Misel menoleh saat mendengar teriakan orang.
"Misel"Teriaknya menghampiri Misel.
"Ini udah jam lima lo mau kemana ? Pulang bareng gue"
Misel menghela napas lelah,dia hanya ingin menenangkan pikirannya saat ini.Misel masih kecewa dengan Devon.
"Gue mau ke teman belakang"Balasnya menatap malas ke arah Nino.
Nino mengangguk,dia mengerti Mood Misel saat ini sedang tidak baik."Gue temenin ya"
Misel menggeleng tanda dia tidak setuju dengan permintaan Nino.
"Gue mau sendiri dulu No,lo pulang duluan aja"Balas Misel melangkah ke arah taman belakang.
"Gue tunggu diparkiran ya"Teriak Nino
"Gue gak nerima penolakan"Teriak Nino lagi.Misel tidak menghiraukannya dia tetap melangkah dengan malas ke arah taman.
Misel menautkan alisnya bingung, saat melihat dihadapannya ada banyak balon dan dua kursi di tengahnya ada meja berbentuk bundar di hias dengan sangat cantik dan elegan.
Seolah tidak perduli dengan semua itu,Misel berjalan ke arah bangku panjang di taman belakang.
"Lo pembohong Dev"Lirihnya.
Dadanya sesak,Ketika Misel sudah menerima Devon dengan sepenuh hati tetapi Devon malah bersikap seenaknya seperti ini.Misel mengambil ponsel yang ada didalam tas kecilnya saat benda tipis itu berdering.
Sel sorry,gue pulang duluan ya ibu minta dijemput
Hm
Hati hati pulangnya ya
Iya
Misel menghela napas kasar dia beranjak dari duduknya dan melangkah pergi dari taman belakang.
Sudah tiga puluh menit Misel duduk di halte tapi belum ada angkutan umum yang melintas juga.
Misel menghela napas berat,ponselnya lobet.
Misel tersentak saat tangannya ditarik secara paksa oleh pria berbadan kekar dengan tubuh dipenuhi tato.
Misel berteriak tertahan karena mulutnya dibungkam sapu tangan,ia terus meronta berusaha melepaskan diri tapi apa daya tenaga Misel tidak sebanding dengan preman itu.
Seketika semuanya gelap.*****
Mila terus saja menghubungi Misel tapi hasilnya tetap nihil.Wanita paruh baya itu berusaha menghubungi Devon tetapi tidak bisa juga .
Halo Nino,Misel lagi sama kamu gak nak
Tanya Mila dengan suara bergetar,khawatir dengan anak gadisnya.
Gak tante,waktu jam lima sore Misel ke taman belakang sekolah.
Misel belum pulang juga nak
Nino kesana tan
"Nak gimana Misel"Tanya Mila menatap netra biru Nino.
"Tadi Nino udah ke sekolah tapi udah sepi tan"Balasnya Khawatir dan menyesal.
"Terus Misel dimana"Ujar Mila,air matanya sudah mengalir deras.
"Tente tenang dulu,Nino bakal nyari Misel.Anak buah ayah juga udah mencar nyari Misel"Balas Nino menenangkan Mila
"Nino pamit dulu tan,Nino janji bakal nemuin Misel"
"Tarimakasih nak"Balas Mila di sela tangisannya.Rumah Sakit Pelita
"Kamu harus istirahat yang cukup"Ujar Laki laki berkulit coklat bersih.
"Kalo aku sakit,kamu bisa perhatian kaya gini,mending aku sakit aja selamanya"
Devon mengelus kepala Clara pelan"Hustt gak boleh ngomong gitu, aku bakal selalu jagain kamu"
Clara tersenyum,saat ini dia bahagia Devonnya kembali seperti dulu.
"Kamu harus janji gak bakal ngelakuin hal nekat kaya tadi pagi"
Clara mengangguk dan menggemgam tangan Devon menggunakan tangan bebasnya.
"Aku mau kamu selalu kaya gini ke aku,jangan bersikap dingin lagi.Menyakitkan"
Devon tersenyum sendu"Aku janji"Jawabnya tanpa pikir panjang.
Sepertinya Devon melupakan kekasihnya,Misel Berliana.
"Aku pamit pulang dulu,nanti kesini lagi"Pamit Devon mengecup pelipis Clara
"Hati hati Ya"Balas Clara menampilkan senyum terbaiknya.
Devon mengangguk dan melangkah ke arah pintu.
Devon tidak menyadari senyuman Clara memiliki arti yang berbeda.Sangat licik.
Memainkan perannya sehalus mungkin untuk mendapatkan seluruh perhatian dari seorang Devon Alano.