38

204 6 4
                                    

Kerinduan yang menjadi candu,dan objeknya adalah kamu.Maukah kamu membantuku ? Mengurangi rindu yang selalu membinasakan relung perasaan.Sesak,gelap seolah berada diujung hati.Sulit dimengerti.

"Boleh bicara sebentar?"Tanya seseorang dari belakang.

Misel menoleh dan melihat Clara sedang menatapnya,ada yang beda dari tatapan Clara kali ini.Bukan tatapan tajam dan penuh kebencian tapi tatapan sendu dan rasa bersalah.

"Apa ada yang perlu kita bicarakan ?"Tanya Misel balik.Dia tidak mengerti kenapa juga dia harus bicara dengan Clara.Toh,tidak ada yang perlu dibicarakan.Semuanya sudah jelas.

"Oke,gue bisa mengerti.Lo pasti benci sama gue.....tapi tolong untuk kali ini gue mau bicara sama lo"

Misel menghela napas lelah"Gue gak perduli" Ujarnya lalu melangkah pergi dari taman belakang.

"Ini tentang Devon"

Langkah Misel terhenti,hatinya sesak mendengar nama seseorang yang masih bercokol dihatinya.

"Please sel,dengerin gue"Ujar Clara menghampiri Misel.

Misel menoleh dan akhirnya mengangguk.

Clara tersenyum"Tapi kita gak bicara disini."

Misel menautkan alis,banyak maunya.

"Kita ke rooftop,disana ada seseorang yang udah nunggu lo"

Misel berdecap "Kalau mau ngomong ya tinggal ngomong aja,ngapain pake ke rooftop segala"

Clara menggeleng dan tersenyum,dia memgerti kenapa Misel sedingin ini.

"Please kali ini turutin omongan gue"

Misel memutar bola mata malas.well,siapa Clara ?

"Yaudah cepet"Ujar Misel akhirnya berjalan mendahului Clara.

Dia sudah cukup lelah,entah hati ataupun fisiknya,jadi ia tidak ingin berdebat dengan siapapun.

Clara tersenyum dan berlari kecil mengejar langkah Misel.

Saat sampai di rooftop Misel melihat ada dua cowo yang membelakanginya.Tanpa menoleh pun,Misel sudah tau mereka siapa.

"Devon,Nino"Clara berseru,mau tidak mau Devon dan Nino menoleh.

Mereka terpaku melihat Misel,mereka tidak menyangka seorang Misel Berliana mau menuruti kemauan Clara.

Misel hanya diam,tatapannya kosong.Dia juga tidak mengerti kenapa mau diajak Clara ke rooftop,lalu kenapa kakinya tidak mau beranjak pergi juga.Seolah waktunya terhenti.Misel tidak mengerti perasaan apa yang sedang ia rasakan.

Nino berdehem untuk memecahkan kecanggungan yang lima menit terakhir sudah mengambil alih diantara mereka.

"Kita perlu bicara,gimana kalau kita duduk di sana"Ujar Nino sembari menunjuk bangku panjang di sebelah tembok roftoop.

"Oke,gue tau pasti kalian bingung,kenapa gue sama Clara minta kalian kesini"Nino membuka suara saat mereka sudah duduk berhadapan.

Misel hanya diam,beda dengan Devon yang sesekali mencuri pandang ke Misel.

"Langsung aja,gak usah banyak basa-basi"Ujar Devon jengah,ia sudah susah payah menahan emosinya cukup lama.

"Kita yang ngelakuin ini semua"Ujar Clara yang kali ini membuka suara.

Misel memutar bola mata malas"Bisa gak sih,kalian ngomongnya to the point aja,gue lagi ga mau maen tebak-tebakan"

Nino menoleh ke arah Clara dan mengangguk.Seolah mengatakan semuanya akan baik-baik saja.

Senyum Dan Luka (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang