Happy Reading 💜💜💜
Hari ini adalah hari ulang tahun SMA GARUDA.
Lapangan depan yang terhubung langsung dengan Aula sudah disulap sedemikian rupa untuk memeriahkan acara tersebut.Panggung yang terpasang dengan kokoh dan kursi kursi untuk para tamu.
Suasana dilapangan sudah cukup ramai,para tamu sudah banyak yang hadir dan ada banyak bazar makanan yang akan menambah kesan meriah.Gadis dengan dress berwarna coklat muda dengan rambut kepang satu sedang duduk bersandar di bangku ruang musik.
Dia mengedarkan pandangan dengan ponsel di tangan kanannya.Bosan !
"Devon kemana sih" gadis dengan sneker berwarna senada dengan dressnya itu terus menggerutu sembari mencoba manghubungi seseorang yang akan tampil bersamanya.
Padahal tadi malam sebelum tidur Devon sempat mengirim pesan akan berangkat bersama tapi hasinya juga nihil,sampai jam tujuh lewat Devon tidak kunjung datang dan akhirnya dengan terpaksa Misel berangkat bersama Bundanya.
Misel tersentak saat bahunya disentuh dari belakang.
"Ngapain lo disini ?"Tanyanya memandangi wajah manis Misel.
"Mulung"
Nino terkekeh dan mengelus puncak kepala Misel.
"Acara udah mau dimulai dan lo masih duduk santai disini"
"Terus kenapa lo disini?"
"Gue mau ngambil gitar"
"Lo kenapa ?"
Misel menghela napas lelah"Devon daritadi di tungguin gak dateng dateng"
Nino menautkan alisnya bingung.
Bukannya saat pukul enam pagi Devon sudah ada di Sekolah.
Pasalnya memang anggota osis berangkat lebih cepat dari biasanya,untuk mempersiapkan acara hari ulang tahun sekolah.Jadi Nino tadi pagi sempat melihat Devon duduk di depan ruang kepala sekolah.Nino pikir Devon datang bersama Misel.
"Lo udah nyoba hubungin dia?"
"Udah,tapi gak diangkat angkat"Balas Misel menghela napas kasar.
Misel tidak suka menunggu,membosankan dan buang waktu apalagi untuk hal yang tidak pasti seperti ini.
"Padahal lo bakalan tampil urutan yang ke tiga,tapi karna Devon belum ada gue ubah aja nanti bair anak kelas sepuluh dulu yang tampil"
Misel mengangguk saja sembari terus menghubungi Devon.
"Keluar yuk,lima menit lagi acaranya bakal dimulai dan masalah Devon biar anak osis ikut nyari dan hubungin dia"
Misel beranjak dan mengekori Nino yang sudah keluar dari ruang musik."Lo duduk disini aja gue mau buka acara dulu bentar"Pamit Nino melangkah ke arah panggung.
"Oh ya masalah Devon udah ditangani sama anak osis.Mereka nyoba buat nyari dia"Ujarnya berbalik menghadap Misel.
Misel hanya mengangguk.Ntahlah hari ini dia sangat malas untuk melakukan apapun.Kalau tidak demi sekolah Misel gak akan pernah mau mengikuti acara seperti ini.
Misel memang tipe orang yang tidak ingin terlibat dalam hal apapun.Merepotkan.Sudah pukul sepuluh lebih tiga puluh menit tapi batang hidung Devon belum kelihatan sama sekali.
Misel menghela napas gusar,kalau saja Misel tidak demam panggung,Misel tidak perlu uring-uringan menunggu Devon.
"No gimana ? Devon udah ada kabar ?" Tanya Misel menatap netra biru Nino.
Nino duduk disamping Misel dan menenggak air mineral hingga sisa setengah.
"Pas jam sembilan masih bisa dihubungi dan tadi nomornya malah gak aktif,anak osis udah mencar nyari keberadaan Devon di sekitar sekolah tapi gak ada bahkan tadi ada anak osis yang keluar buat nyari Devon tetep hasilnya juga nihil"Jawab Nino panjang lebar.
Jujur pikiran Misel saat ini sudah tidak bisa diajak kompromi untuk terus berfikir positif,seperti biasa iblis iblis yang ada dikepala Misel selalu membuat skenario skenario negatif.
"Kalo sampe jam sebelas Devon belum dateng juga lo tampil bareng gue aja"Ujar Nino mengelus kepala Misel.
"Gue gak usah tampil aja deh No"
"Gak bisa gitu dong Sel,anak anak SMA GARUDA udah pada nunggu si cewe dingin bakal tampil di acara sekolah,jarang lho ada pemandangan gini"Ujar Nino terkekeh.
Misel memutar bola mata malas,saat saat seperti ini masih saja bercanda.
"Jadi lo tetep akan tampil bareng gue"
"Hm"Final Misel akhirnya.Sedangkan di tempat lain cowo dengan perawakan tinggi itu mengusap wajahnya dengan kasar,napasnya memburu khawatir.
Menyandarkan punggungnya di bangku panjang rumah sakit.
"Maafin Devon tante,Devon gagal jagain Clara"
Wanita paruh baya itu tersenyum sendu dan mengelus pundah Devon pelan"Bukan salah kamu nak,memang Clara sering seperti ini dia bandel gak mau kemoterapi sesuai yang di tentukan oleh dokter,tante juga gak bisa terus memaksa Clara,seperti yang kamu tahu Clara itu keras kepala"Ujar Dara lirih.
"Tapi tetep aja tan,kalo saja tadi pagi Devon gak ke sekolah dulu pasti Clara gak bakal nekat nyamperin Devon ke rumah"
"Jangan menyalahkan diri kamu sendiri,Clara bakal baik baik aja.Om Bastian juga lagi diperjalanan kesini,mamah sama papah kamu juga mau kesini"
Devon mengangguk dan menghela napas kasar.Andai tadi pagi dia menuruti permintaan Clara untuk berangkat ke sekolah bersama pasti Clara tidak akan seperti ini.
Flasback On
Devon menatap dirinya dipantulan cermin.Dia sudah siap dengan setelan Formalnya,dengan jas dan celana bahan berwarna coklat muda,kemeja berwarna putih dan dasi yang senada dengan warna jas,sepatu pantofel coklat tua dan arloji hitam yang terpasang manis ditangan kirinya.
"Tampan juga gue"Pujinya terkekeh pelan.
Devon menoleh saat ponselnya berdering diatas ranjang.
Dia segera menerima telepon tanpa melihat nama yang tertera diponselnya.Selamat pagi baby
Selamat pagi Devon
Devon menautkan alisnya dan menjauhkan ponselnya dari telinga.
Devon berdecak dalam hati,sungguh ceroboh dan terlalu percaya diri.Dia kira yang menelpon Misel.Sorry,gue kira Misel.
Bisa ditebak kalo seseorang diseberang sana menghela napas kecewa.
Gak papa kok aku ngerti,oh ya Devon hari ini aku berangkat bareng kamu ya.
Gue berangkat sama Misel ra.
Please dev,kali ini aja ya
Devon menghela napas lelah,dia sudah menyiapkan segalanya untuk memberi kejutan kepada Misel hari ini,dia akan ke sekolah terlebih dahulu sebelum menjemput Misel,ingin memastikan kalau pekerjaan anak buahnya sudah beres menyiapkan kejutan tersebut.
Sorry,gue tetep gak bisa,lain kali aja.
Ishh Devon,please ya.
Terdengar suara Clara merengek.
Kalo kamu gak mau jemput aku,aku ke rumah kamu nih jalan kaki.
Clara jangan keras kepala,gue bilang lain waktu gue bakal jemput lo.
Tidak ada sahutan,ternyata telepon sudah dimatikan secara sepihak.
Devon mengusap wajahnya kasar,semenjak Clara datang,waktu untuk Misel jadi terbatas.Bukannya Devon tidak iklas menjaga Clara hanya saja sekarang keadaannya sudah berubah.Misel lah yang sekarang harus menjadi prioritasnya.
Devon beranjak dan menyambar kunci mobilnya diatas nakas dan melangkah keluar kamar.
Devon berjalan ke arah ruang kepala sekolah dan masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Gimana ? Udah beres ?"Tanyanya menatap orang orang suruhannya.
"Sudah den"
"Oke,kalian boleh pulang sekarang.Terimakasih"
"Sama sama den"
Devon keluar dari ruangan kepala sekolah dan duduk dibangku panjang.Dia mengedarkan pandangannya.Sekolah masih sepi hanya ada anak osis yang sedang sibuk mempersiapkan untuk acara ultah sekolah.
Devon melihat arlojinya.
"Masih jam enam ternyata"Gumamnya.Drt....drt....
Halo tan,kenapa ?
Wajahnya seketika pias dia memasukan ponselnya kesaku celana dan berlari kearah parkiran.
Devon berlari di koridor rumah sakit tidak memperdulikan segala umpatan yang dilontarkan setiap orang karena Devon berlari seperti orang kehilangan akal.
Dia mengatur napasnya yang memburu tidak perduli dengan penampilannya yang sudah berantakan.
Devon menghampiri Dara yang sedang menangis dibangku panjang rumah sakit.
"Maaf maaf tante"ujarnya parau
Dara menatap netra coklat Devon dan tesenyum sendu lalu menggeleng.
"Bukan salah kamu nak"
Tetap saja Devon merasa bersalah,dia pikir ucapan Clara yang akan kerumahnya jalan kaki hanya ancaman belaka.Rupanya Devon sudah lupa kalau Clara itu keras kapala.Devon sangat menyesal bagaimanapun Clara adalah sahabatnya, gadis yang sangat dia jaga dulu.Rasa sayang Devon lebih besar dari rasa kecewa yang sudah diberikan Clara untuk
Devon.
"Gue bakal bener bener jagain lo Ra"Ujarnya lirih.Jangan lupa kasih voten dan Komen 😊😍.
Cahyahildalaela.