Gue lebih suka lo langsung marah marah didepan gue,jangan membisu seperti ini.Sangat menyiksa.-Misel Berliana-
"Aku ada urusan sebentar,kamu kekantin duluan aja ya"Ujar Devon.
Misel menautkan alisnya,akhir akhir ini Devon terlihat sibuk.Tapi Misel enggan bertanya.Mungkin masalah pribadi pikirnya.
"Iya"Ujar Misel.
"Jangan makan pedes pedes"Ujar Devon mengelus rambut Misel.
"Hm"
"Ya udah aku keluar dulu ya"Pamit Devon dan beranjak dari duduknya.Misel melangkahkan kakinya keluar kelas,tujuannya bukan kantin melainkan kelas Nino.
Dia ingin menanyakan sikap Nino tadi pagi.
Apa Misel melakukan kesalahan pada Nino ?"Nino"Teriak Misel,saat melihat Nino berjalan dengan seorang perempuan yang diketahui bernama Ririn itu.
Nino menghentikan langkahnya dan menatap datar Misel.
"Gue mau bicara sama lo No"Ujar Misel saat sudah dihadapan Nino.Napasnya tersengal sengal pasalnya dia tadi berlari untuk menghampiri Nino.
"Gue sibuk"Balas Nino acuh.
Ririn yang mengerti dengan situasi berniat untuk pamit.
"No gue duluan ke ruang osis ya"Ujar Ririn.
"Sel,duluan ya"Ujar Ririn tersenyum.
Misel hanya mengangguk dan kembali mentap Nino.
"Lo kenapa Nino?"Tanya Misel.
"Gue gak papa,lo gak liat ?"Ujar Nino dingin.
"Apa gue punya salah ke lo No?"
Nino tidak menjawab dan memalingkan wajah ke arah lain.Dia tidak ingin menatap mata Misel.
"No jawab gue"Ujar Misel
"Gue sibuk"Ujar Nino melangkah pergi meninggalkan Misel yang masih bingung dengan sikap Nino.
"Lo aneh No,pasti ada yang lo sembunyiin dari gue"Ujar Misel bermonolog.Misel menghela napas lelah dan melangkah ke taman belakang.
Pikirannya sedang kacau.
Bertemu ayahnya,Devon yang sibuk dan sikap Nino yang berubah.
Seakan semuanya terlihat mengecewakan.Saat Misel berjalan menuju taman belakang,Misel tidak sengaja melihat Devon sedang berbicara dengan wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan cukup modis.
Penasaran,hanya itu yang ada dipikiran Misel.
Misel melangkah dengan hati hati,pandangannya terus menuju ke arah Devon dan wanita paruh baya itu.
Kini jarak Misel dan Devon sudah cukup dekat.
Dengan hati hati Misel bersembunyi dibalik tembok."Devon gak bisa Tan"Ujar Devon lemah,tapi Misel tahu didalam ucapan Devon itu tersirat
amarah dan rasa khawatir yang tertahan.Misel hanya mengerutkan dahinya,sebenarnya ada masalah apa.Kenapa Devon terlihat marah.
Misel mengangkat bahu acuh dan segera pergi dari sana.
Dia berbalik dan kembali ke kelasnya.
Rasanya hari ini begitu melelahkan.Di kepalanya saat ini banyak pertanyaan yang belum terjawab.Jangan Lupa kasih Vote dan Komen
See you 😊😊😊