ARLES 29

215 15 0
                                    

Ibarat menahan tangis di dalam tawa

Diaz tidak langsung mengantarkan Qalesya pulang. Baginya Qalesya kini membutuhkan refreshing lupa akan segala masalah nya.
Di bawah langit yang gelap di penuhi beribu ribu bintang di atas pasir putih nan indah dan di hadapan lautan yang tenang menjadi saksi bisu atas kenyamanan yang di dapat Qalesya .

" Makasih yas, Lo udah mau jadi pundak tempat gue bersandar " gumam Qalesya yang tetap menatap laut tenang itu.

" Itu gak masalah sya,selagi masih bisa gue lakuin yah gue jalani . Udah tugas gue sebagai teman Lo buat selalu ada di samping Lo " Diaz menoleh ke samping menatap Qalesya tapi gadis itu masih saja betah menatap laut

" Beruntung cewek yang dapetin Lo yas, Lo penyayang yah walaupun sifat Lo kadang menjengkelkan " kini pandangan Qalesya sepenuhnya ke Diaz

" Jengkel gimana sih? Aneh Lo "

" Iya loh, gue tuh paling ga suka sama sifat Lo yg satu ini. Tau apa ? " Qalesya bertanya Diaz menggeleng memberi jawaban

" P L A Y B O Y " ucapnya dengan penuh tekanan.

" Kambing Lo curut , orang ganteng mah wajar playboy , di incar dimana mana. Yah gak.? " Ucap Diaz dengan kepedean yang benar-benar tinggi sambil membusungkan dada nya

" Iya-iya orang ganteng selalu benar " Qalesya mengalah , lagi lagi lautan itu menarik perhatian nya.

Qalesya merasa ada pergerakan di sampingnya , ternyata Diaz yang mengambil sepatu yang menjadi alas duduk nya kemudian di pindah kan nya menjadi lebih dekat dengan Qalesya. Diaz memandangi Qalesya yang kebingungan melihat nya. Perlahan Diaz menaruh kepala Qalesya ke pundak nya dan d peluk nya dari samping. Qalesya kaget , tubuh nya merasakan desiran aneh. jantung nya seperti sedang lomba lari

" Biarin gini sya , gue nyaman  " gumam Diaz , Qalesya menurut lagian dia juga merasakan nyaman itu hingga akhirnya hanya keheningan di antara mereka berdua

******

Arkan, Asta dan Alan tengah berada di bandara Soekarno-Hatta menunggu kedatangan seseorang. Sedari tadi Arkan tak bisa diam dia terus gelisah memikirkan apa yang akan terjadi

" Woi monyet Lo bisa diam gak. Pusing pala gue lihat Lo . Ganggu pemandangan ae Lo kambing " geram Asta

" Gue dag-dig-dug Asttaaaaaaa " lebay. Satu kata untuk Arkan

Alan mendekat menatap Arkan , Arkan yang ditatap seperti itu tidak suka,risih. Seperti di remehkan

"Gue harap Lo bisa ngatasin semuanya Kan , jangan sampai ada dua hati yg Lo sakitin , Lo bakalan nyesal jika diantara dua hati itu udah benar-benar pergi dari Lo " Alan pergi ,selalu saja begitu

" Doyan amat sih tuh anak buat gue stres dengan kata-kata nya. Gue tuh gak peka jdi gaush make ngomong sok puitis gitu" gerutu Arkan

" Namanya juga Alan." Sambung Asta

"Arkan? " Arkan dan Asta menoleh ke arah suara itu. Tubuh Arkan seketika kaku tak tau  harus apa. Bahkan bergerak sesenti rasanya susah .

" Lo yang jemput gue? " Lagi. Suara itu semakin membuat Arkan kaku , eh tadi kaku sekarang membeku gaes

" Cantik banget yah Allah " Asta. Pantang lihat yang bening Lo Ta

ARLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang