ARLES 46

47 1 0
                                    

Semua butuh proses. Yah, itu memang benar,Qalesya butuh waktu untuk melupakan semua kesedihan yang singgah di dalam hidupnya. Semua tidak instan. Dia berharap tidak akan ada yg menyakiti nya ,tapi dia juga manusia yang akan merasakan pahitnya kehidupan hingga akhir hayat nanti.

Qalesya duduk termenung di kursinya sembari menunggu kedua sahabatnya datang. Dia tidak ingin memikirkan percintaan, dia harus memikirkan bagaimana nasibnya untuk kedepannya. Dia sudah di semester akhir ,itu artinya sebentar lagi dia akan meninggalkan sekolah ini.

"Sya," sapa Qinan yang baru saja tiba.

" Lo sendiri? Quratu mana?" Tanya Qalesya.

" Gaktau. Paling juga telat. Btw nih ya gue tadi lihat Diaz di jalan kayaknya ngeboncengin Yana deh," tutur Qinan sembari duduk di samping Qalesya.

Qalesya terdiam,dia tidak tau perasaan apa ini. Cemburu? Ayolah dia siapanya Diaz!!

"Napa diam Lo? Cemburu?" Tanya Qinan.

" Apaan sih! Yah enggak lah ,lagian ngapain sih Lo ngasih tau ke gue," Cetusnya kesal.

" Yaudah sih sya gausah sewot gitu."

" Tau ah!" Qalesya pergi meninggalkan Qinan begitu saja.

Qinan menghembuskan nafas kasar.
" Kebiasaan banget ninggalin orang gitu aja."

***

Selama jam pelajaran bahasa Indonesia di mulai,tidak ada satupun suara yang terdengar. Qalesya sudah nyenyak tidur dengan badan Arkan yang jadi benteng nya. Sebenarnya Arkan sengaja menggeser kursinya agar Qalesya tidak terlihat dari depan sana. Perlahan senyum terukir di bibirnya, setidaknya dia masih berguna walaupun tidak terlihat.

Quratu yang notabennya duduk di samping Qalesya, melirik sinis ke Arkan. Dia bingung dengan sikap cowok itu ,dia juga benar-benar benci dengan Arkan, benci seratus persen.

"Sya bangun deh,nanti ketahuan." Quratu menyentil lengan Qalesya.

Qalesya bergumam,dia mengangkat kepalanya. Pertama kali yang dia lihat adalah Arkan uang yang sedang melihat nya. Qalesya lalu mengalihkan pandangannya dan berpura-pura fokus kedepan.

Saat jam istirahat, Qalesya dan lainnya sedang berada di taman. Mereka sedang mengerjakan tugas yang akan di kumpulkan setelah jam istirahat pertama.

" Gilaaa gara-gara nih tugas jam istirahat gue hilang," kesal quratu.

" Gue juga kesal banget, tugasnya banyak lagi. Lagian ngapain sih nyurh ngerangkum satu bab, terus guna buku cetak apa dong. Gila mah gila," ujar Qalesya kesal sembari mempercepat kerjanya.

" Eh pada ngapain!"

"Makan!" Jawab ketiganya serentak.

" Eits dah,gue ngerasa hawa disini panas banget,padahal banyak pepohonan." Diaz datang lalu duduk di sebelah Quratu.

Quratu menoleh lalu menatap Diaz.
Diaz yang ditatap terus sama quratu mengerutkan keningnya,merasa heran. Apa ada yang salah dengan pakaiannya?

" Lo lagi ngelihat apasih! Gitu banget."

" Ngapain lo duduk di samping gue, biasanya juga samping Qalesya kan?"

" Salah emang? Lagian yang kosong juga di samping lo. Yakali gue nyerunduk di tengah-tengah. Gila lo!" Diaz menyentil kening Quratu dengan Jarinya .

" Ngapain lo kesini?" Tanya Qalesya.

" Kan biasanya gue juga sama kalian. Ini pada kenapa sih sensi banget."

Diaz di kacangi. Dia memilih diam dan memperhatikan ketiganya, pandangan nya terhenti ke Qalesya. Gadis yang dia kenal tanpa sengaja,dan tanpa sengaja dia juga menyukainya. Tapi ada yang mengganjal di hati Diaz,ada Yana yang berstatus sebagai pacarnya.

Ini gimana sih? Pacaran sama siapa sukanya sama siapa. Dasar cowok.

" Temenin gue beli kado dong," ajaknya.

" Kado buat siapa? Tanya Qinan.

"Yana,besok dia ulang tahun,jadi gue mau ngasih sesuatu gitu. Sya temenin gue ya."

Qalesya diam,dia tetap melanjutkan tugasnya tanpa menoleh sedikitpun. lagi-lagi rasa sakit itu ada, tapi kenapa? Dia cemburu?.

" Sama gue aja,gue lagi kosong soalnya," sahut Quratu.

"Yaudah,pulang sekolah gue tunggu di parkiran. Gue cabut dulu." Diaz lalu pergi.

Menunggu Diaz pergi sepenuhnya sampai tak terlihat lagi, Quratu mendekat ke Qalesya, kemudian merangkul nya.

"Sya jangan suka sama cowok orang ya,gue emang setuju banget kalau lo sama Diaz, tapi Diaz udah punya Yana."

"Apaan sih,yang suka sama Diaz siapa?" Elak Qalesya .

" Dari sikap lo tuh kelihatan banget kalau lo suka sama Diaz." Sambung Qinan.

" Enggak!" Ketus Qalesya lalu pergi.

" Kebiasaan." Ujar kedua nya serentak.

ARLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang