ARLES 45

297 11 10
                                    

Dalam waktu dekat ,cerita ini akan tamat. Terima kasih yang masih setia di lapak aku. Jujur saja nih,aku sedikit kecewa karena banyak yang jadi reader silent,gak ngasih tanggapan apapun.

Menurut kalian ,qalesya sama Diaz or Arkan? Kasih pendapat yahh;).

Hari terus berganti,enam bulan sudah berlalu. Sekarang,mereka akan di hadapi dengan ujian yang sudah menunggu mereka di depan. Tidak terasa semua akan selesai.

Arkan tengah sibuk menyalin catatannya,dia banyak ketinggalan materi akibat kemalasan nya selama ini. Disaat seperti ini semua jadi mendesak.

" Buruan nyet! Lapar nih gue," seru Asta tak sabar.

" Duluan aja sono. Gak ada sabar nya Lo jadi teman," jawab Arkan tetap fokus menulis.

" Makanya kalau guru suruh nyatet yah di catat lah mas, bukannya diam mikirin mantan."

Arkan lalu menoleh,menatap Asta dengan tajam. Asta lalu menunjukkan cengirang kuda nya dan menyatakan kedua telapak tangan nya." Sorry bos."

Arkan melanjutkan catatannya, tangannya bergerak cepat,tidak perduli dengan tulisannya yang terlihat seperti cakar ayam itu. Dia menghela nafas panjang dan menghentak kan pulpen yang dia pakai tadi.

" Akhirnya selesai. Ayok," ajaknya.

Saat mereka sudah keluar, Qalesya yang duduk tepat di belakang Arkan bangun dari tidurnya. Sebenernya dia tidak tidur,cuma merasa malas melihat wajah Arkan dan teman-teman nya.
Dia merogoh sakunya mengambil ponsel lalu mengirim pesan ke seseorang.
Dia sendiri disini,Quratu sudah lebih dulu pergi ke kantin bersama Qinan dan Diaz.

Karena merasa bosan, Qalesya membuka lembaran belakang buku nya. Dahi nya berkerut, melihat coretan-coretan hasil karyanya di buku itu. Tak sadar , kedua sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman yang amat tipis.
Qalesya ingat betul kapan dia menulis tulisan itu. Perlahan dia menyentuh tulisan itu, memejamkan matanya seketika bayangan itu muncul lagi. Dan perasaan nya gundah lagi.

Arles.
Arkan dan Qalesya

Qalesya menulis nya dengan spidol hitam,kentara kali hingga tembus di lembar yang lainnya. Dirinya benar-benar mencintai Arkan hingga membuat tulisan alay seperti itu dan itu hanya masa lalu. Semuanya hilang saat Arkan menyakiti nya dengan mengatakan semuanya.

Bohong rasanya jika dia sepenuhnya melupakan Arkan, Qalesya bahkan tidak tau apa kata hatinya. Dibilang cinta, tidak. Di bilang benci juga tidak.

Kalian pernah rasain juga gak sih?

Qalesya menggeleng kan kepala nya berulang-ulang.

"Apaan sih,kok gue mikirin dia," gerutu nya sebal.

Saat hendak menutup buku itu, sebuah tangan mengehentikan nya. Qalesya melihat, ternyata Diaz.

" Eits apaan nih?" Gurau Diaz sambil merebut buku nya.

" Balikan yas,eh--"

" Apa balikan? Kapan putus nya sya? pacaran aja enggak," jawab Diaz dengan nada mengejek Qalesya.

" Typo gue."

"Apaan typo-typo,gak jelas lo!" Diaz mendorong kepala Qalesya dengan jarinya.

" Bacot banget sih,mana buku gue! Gausah kepo napa sih!" Ucapnya dengan kesal. Mood nya lagi gak bagus nih.

" Sensi amat sya, gue cuma pengen lihat doang."

Terlambat sudah. Diaz sudah membuka lembaran belakang terlihat dahi cowok itu berkerut tanda tak suka. Tapi , menit berikutnya Qalesya melihat bibir Diaz berkerut menahan senyuman.

ARLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang