Dengan sedikit tidak sabaran pemuda itu menuruni tangga. "Ittekimasu," pamitnya dengan sedikit mengeraskan suara saat melalui dapur. Tidak ada jawaban. Dia lupa ini bukan yang biasanya. Tidak ada yang berada di rumah ini. Meski begitu ia tetap meneruskan langkahnya.
_____________________________Ittekimasu = aku berangkat
_____________________________Setelah ia mengenakan sepatunya di genkan ia pergi menuju stasiun kereta. Dengan berjalan kaki ia menyusuri jalan. Sesekali ia membetulkan letak tas yang tersampir di pundaknya.
Menunggu keretanya tiba ia mengeluarkan kamera digital yang berada di dalam tas tadi. Mengambil gambar di sudut-sudut stasiun dengan keramaian yang tidak berkurang meski bukan pada jam kerja. Tidak menunggu waktu yang lama untuk kereta yang akan dinaikinya tiba. Segera saja ia masuk ke salah satu gerbong kereta.
Siang yang mendung dengan udara yang masih terasa dingin baginya menyambut kepulangannya ke tanah kelahiran. Suara gesekan roda dengan rel kereta ikut mengalun mengurangi keheningan dalam kereta itu.
Ia membenarkan letak kacamatanya dan kemudian mengalihkan pandangannya keluar jendela. Salju yang mulai mencair meresap ke dalam tanah membuat batang pohon dan tanah kembali berwarna cokelat. Gedung-gedung menjulang tinggi menghiasi kota dengan kacanya yang mengkilat memantulkan cahaya.
Decitan dari rem kereta memberi tanda pada penumpang kala kereta kembali berhenti di stasiun. Lagi, ia melangkahkan kakinya untuk keluar dari kereta. Mengabaikan kesibukan dan keramaian di sekelilingnya ia terus berjalan untuk keluar dari kereta.
Waktu telah menunjukkan pukul 13.23. Ia mendesah pelan. Karena terlalu lelah kemarin, ia sampai bangun terlalu siang. Sangat, sangat kesiangan. Dan karena keterlambatannya juga, ia tidak punya banyak waktu untuk menjelajahi kota kelahirannya.
Kastil Osaka menjadi tujuan utamanya sekarang. Dengan langkahnya yang santai sesekali ia mengarahkan lensa kamera ke objek yang menjadi pusat perhatiannya.
"Harutoooooo!" s
Sebuah suara meneriakkan namanya. Dengan masih menggunakan kameranya ia menoleh. Saat ia telah memfokuskan kameranya pada gadis yang tengah berlari itu ia menekan tombol di bawah jari telunjuk kanannya untuk menangkap gambar gadis itu.
Gadis itu terengah-engah ketika sampai di depannya.
"Ohayashi Rei?" Haruto bertanya untuk memastikan.
Rei berkacak pinggang. "Tentu saja! Kau lupa denganku, ya?" Ia lantas mengganti posisi tangannya untuk bersedekap. "Jangan karena kau punya banyak teman di sana kau jadi melupakanku!" Gadis itu mencibir.
"Bukan lupa. Hanya saja kau sedikit berbeda."
Rei penasaran. "Sedikit berbeda?" ulangnya menirukan.
"Terlihat lebih dewasa," tuturnya.
Dan seketika, blusssshhh. Wajah Rei memerah. Ia memalingkan mukanya dan tertawa sombong. Tentu dengan nada bercanda ia berkata, "Tahun ini aku akan masuk ke SMA, tahu."
Haruto hanya ber-oh-ria dan kembali menyibukkan dirinya dengan kamera.
Rei melirik. "Haruto," panggilnya. "Kau juga berbeda."Tanpa rasa penasaran--hanya untuk berbasa-basi--Haruto menatap gadis itu lewat ekor matanya. "Kau kehilangan kecerianmu." Rei terlihat sedikit murung.
Beberapa detik mereka hanyut dalam keheningan. Udara terasa semakin dingin saja. Haruto membenarkan letak syalnya sebelum akhirnya beranjak dari sana berniat untuk pulang.
Ia berhenti sebentar saat menyadari Rei masih berdiam di tempatnya. "Aku sudah lama di sini. Kau mau ikut atau terus di tempat itu?"
"Apa? Aku baru saja datang--kau ingat?"
"Tentu, dan aku hampir lupa dengan suhu dingin ini."
~*~
Rei mendudukkan dirinya ke kursi taman. "Sekarang apa?" tanyanya pada laki-laki di sebelahnya. "Menunggu kereta selanjutnya. Masih ada waktu dua puluh satu menit. Sekitar 10-15 menit untuk berjalan. Istirahat dulu di sini 5 menit," jelas pemuda itu. Setelahnya tidak ada pembicaraan lagi. Mereka terbang dalam keheningan.
Rei hanya memilin-milin ujung roknya melihat Haruto yang sibuk sendiri dengan kameranya. Sahabat kecilnya kini telah berubah. Ia tumbuh menjadi pemuda yang dingin hingga hampir membuatnya merasa jika laki-laki yang berada di sebelahnya ini bukanlah Akiyama Haruto si sahabat kecilnya yang ceria dan baik hati. Rei menghembuskan nafasnya pasrah.
Di dalam kereta pun tetap sama. Mereka di serang keheningan. Itu membuat Rei bosan hingga kantuk pun melandanya. Rei tertidur bersandar di jendela kereta. Selang satu dua menit Haruto menyadarinya. Ia menarik kepala Rei untuk bersandar di bahunya dan kemudian menyibukkan dirinya lagi dengan kamera di tangannya.
~*~
Keramaian kota Osaka menjadi keindahan tersendiri yang membuat Haruto dan kameranya kecanduan untuk mengabadikannya. Orang-orang yang berlalu lalang dengan syal melilit leher mereka menjadi pemandangan khas musim dingin. Uap yang keluar bersama dengan hembusan nafas mereka menggambarkan dinginnya suasana di musim itu.
Di tengah keseruannya bermain bersama kamera kesayangannya sebuah objek terlihat familiar baginya. Siluet gadis bersurai hitam panjang. Hiasan kepala berwarna biru dengan bunga mawar itu membuatnya nostalgia. Masih terfokus dengannya, selang beberapa detik entah gadis itu tengah melihat kemana tapi itu sudah cukup untuk meneguhkan keyakinan Haruto jika itu adalah gadis yang ia cari.
Sementara itu Rei berjalan mendekati Haruto dengan dua kotak takoyaki di tangannya, "Haruto, ini takoyaki untuk--" Belum selesai Rei mengatakan kalimatnya Haruto lebih dulu berlari tanpa mempedulikan gadis itu yang tengah mengajaknya bicara.
Dengan menatap fokus keberadaan gadis tadi Haruto terus berlari. Jantungnya berdegup kencang sejak tanpa sengaja kameranya menangkap sosok itu. Entah seperti apa perasaanya saat ini. Hampir saja ia akan menangis terharu jika dia tidak mengingat tempat dia berada sekarang.
"Aku yakin itu dirimu," gumamnya pelan beberapa kali. Namun begitu ia menyelesaikan kalimatnya yang keempat kali, gadis itu menghilang di tengah keramaian.
Haruto terkesiap. Dia kehilangan jejaknya. Tak ingin putus asa Haruto kembali berlari. Berkali-kali bahunya menabrak orang-orang di sekitarnya. Dan berkali-kali pula ia meminta maaf pada orang yang di tabraknya itu. Setelah sedikit jauh dari tempatnya berdiri tadi Haruto menghentikan langkahnya. Ia berputar melihat ke sekeliling untuk mencari keberadaan gadis itu tapi tak ada jejak sedikit pun yang tertinggal darinya.
"Apa itu hanya imajinasiku?"
~~~TBC~~~
Publikasi [22 Agustus 2019]
Salam hangat
Asano Hime
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimi Ga Suki Dakara [Completed]
Teen Fiction"Erika ga suki dakara." Sejenak aku merasa waktu berhenti bersamaan dengan langkahku yang tertahan. Dalam hembusan angin terakhir di musim panas itu iris mataku terkunci pada dirinya. Sudut bibir itu terangkat menyambutku. Senja terasa lebih menyila...