Chapter 24

18 4 0
                                    

"Porsi makanmu cukup banyak, ya?" celetukku saat melihat makanan-makanan yang di pesan Kazuki memenuhi meja. Kuketuk cangkir coffe yang tinggal setengah isi itu untuk menghindari tatapannya.

"Kau meledekku? Sudah kubilang aku benar-benar lapar, latihan tadi menguras banyak energiku," balas Kazuki membela diri. Kemudian kembali menggigit lobster yang dipesannya kedalam mulut. Padahal seingatku dia tidak berlatih di klub basket hari ini.

"Kau sendiri? Tak perlu sungkan. Aku tak akan melaporkanmu jika kau makan banyak sekarang."

Keningku berkerut tanda tidak setuju. Jika aku lapar aku bisa menghabiskan semua makanannya ini seorang diri. Aku tidak akan menjaga image jika hanya untuk urusan makanan. "Aku tidak lapar," tukasku.

Beberapa menit kami dalam kebisuan sampai akhirnya aku teringat satu hal. "Ngomong-ngomong aku tidak tahu namamu. Nama lengkap mu," ungkapku sambil memandang lurus ke arah cangkir coffee tadi. Mendengar itu Kazuki hampir menelan makanan yang belum ia kunyah. Setelah itu ia terbatuk. Cepat-cepat ia  mengambil minum saat makanannya berhasil ia telan.

Terdiam, Kazuki menatapku horor. Tidak percaya jika gadis yang selalu ia ganggu akhir-akhir ini tidak mengetahui namanya. Mungkin aku adalah gadis teraneh yang ditemuinya karena aku bahkan hanya tahu  nama kecilnya. Sebegitu cueknya aku padanya.

Kazuki mengusap tengkuk, ia tertawa hambar, "Kalau di pikirkan lagi kita memang belum berkenalan." Waaw, positive thingking sekali. Padahal aku bisa saja melupakan namanya setelah kami berkenalan.

Lantas aku mengangguk kecil sedikit membenarkan ucapannya.

"Kalau begitu." Ia mengulurkan tangannya. "Perkenalkan, namaku Akiyama Kazuki dan namamu Miyazaki Erika, kan?" Kalimat itu diakhiri dengan senyum manis Kazuki. Saat itulah aku menyadari sesuatu yang selama ini mengusik ingatanku. Sesuatu yang familiar dari Kazuki. Senyum miliknya itu sama persis dengan-nya. Raihan Al-Fadli.

Tidak menanggapi uluran tangan itu aku masih terpaku pada senyuman Kazuki.

"Kazuki! Kau membolos latihan lagi!" Sentakan dari gadis yang semester lalu berada di kelas yang sama denganku itu membuat kami terkejut. Ohayashi Rei. Aku baru tahu jika dia bisa membentak, tapi aku sudah tahu jika dia sahabat Kazuki sejak kecil. Kazuki bilang mereka bertetangga.

"Masalah," gumam Kazuki yang masih bisa kudengar.

Karena ini adalah masalah yang Kazuki buat sendiri aku tidak berniat mencampurinya sama sekali. Jadi kupuskan untuk menonton mereka.

"Miyazaki-san? Kenapa kau bersama--" kalimatnya teputus. Hey! Padahal aku baru saja akan menonton bagaimana gadis itu meluapkan kemarahannya, tapi ekspresi Ohayashi Rei cepat sekali berubah hanya karena menyadari kehadiranku.

Aku melempar pandangan pada Kazuki. Dia tersenyum senang dengan kalimat 'Terima kasih banyak Erika, kau menyelamatkanku' yang tersirat di matanya.

"Kalian berkencan?" tanyanya dan langsung mendapat respon yang cepat dari Kazuki. "Iya, kami kencan."

"Kenapa tidak bilang? Kalau begitu maaf mengganggu, aku akan pulang duluan." Dia mengatakannya dengan senyum cerah. Adakah yang bisa memberi tahuku kenapa dia sesenang itu? Dan lagi, apa kencan kami lebih penting dari hukuman bolos yang akan dijatuhkan pada Kazuki?

Sebelum melangkah pergi, Rei mengacak-acak rambut Kazuki dengan tangan kanannya, "Dasar, kenapa kau tidak mengatakannya padaku jika kau menyukainya?"

Kazuki mendengus. Memilih menghabiskan sushinya tanpa menepis tangan Rei dari kepalanya. "Sampai jumpa besok, Kazuki, Miyazaki-san." Dan dia benar-benar pergi setelah aku membalasnya dengan senyuman.

Kimi Ga Suki Dakara [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang