Bulan Januari identik dengan hujan di tahun ini. Setiap sore air akan turun dari langit mengguyur jalanan, rumah, juga tumbuhan yang tumbuh di sepanjang jalan ataupun halaman rumah.
Sama seperti hari ini. Meski bukan hujan, gerimis sudah cukup membuat sepatu dan seragamku basah. Yeah, ini juga salahku yang tidak membawa payung. Beruntung Dea membawa payungnya. Meski payung itu sedikit kecil tapi itu cukup untuk melindungi kepalaku dari air hujan.
Gadis itu melipat payungnya. Lantas kuambil alih payung itu dan meletakkannya di tempat payung.
"Langsung ke kamarku saja, ya? Di sini dingin sekali," ajakku. Ia pun mengikutiku naik ke lantai dua.Mata gadis itu memicing saat ia melihat barang-barangku yang telah tersusun rapi di dalam kardus. "Aih, apa yang akan kau lakukan dengan barang-barangmu? Mau mengungsi?" tanyanya kebingungan.
Setelah aku mendudukkan tubuhku di atas ranjang aku menepuk ruang di sebelahku. Dea menurut saja dan duduk di sampingku. "Dea, boleh kutanya satu hal? tanyaku membuka suara.
Gadis itu menoleh dan menatapku penasaran. "Tentang apa?"
Mendadak aku jadi gugup. Kubuang napasku panjang dan menenangkan diri, "Siapa... aku... dalam hidupmu?"
Hening. Hanya terdengar bunyi rintikan hujan yang berjatuhan di atap rumah. "Apa yang kau bicarakan? Tentu saja kau sahabatku!"
Kutarik sudut bibirku untuk tersenyum. Hanya senyuman samar. Setelah ini aku akan mengatakannya.
"Jujur, aku tak pernah mengerti makna sebenarnya dari kata sahabat. Dan, karena itulah maaf jika ini menyakitimu, sejauh ini aku tidak memiliki pemikiran yang sama denganmu tentang dirimu dalam hidupku."
"Aku sudah berusaha sebisaku untuk berteman, tapi semua berakhir aku tidak pernah memahami dan mempercayai mereka.
Mungkin ini terdengar lucu bagimu, tapi aku selalu meyakini apa yang kupilih. Aku memang terlihat seperti orang yang tidak peduli, tapi aku selalu mengamati sekitarku. Yeah, memang hanya mangamati karena aku tidak suka mencampuri urusan orang lain.
Dari semua yang telah kulihat semua orang itu sama. Mereka yang membicarakan orang lain padamu adalah orang yang sama yang membicarakan tentang dirimu pada orang lain.
Tentu aku tidak bermaksud menuduhmu melakukan itu. Aku tahu kau orang yang baik. Kau yang paling mengerti diriku sejauh ini. Tapi kau sudah mendengarnya tadi, kan? Aku sulit mempercayai orang lain! Aku tidak suka mereka yang selalu berbohong, menganggap diri mereka selalu benar, mementingkan ego mereka sendiri dan bermuka dua. Kenapa mereka mengkhianati kepercayaan yang diberikan orang lain pada mereka?!"
Ada jeda beberapa saat sebelum Dea bereaksi dengan semua kalimat yang kuucapkan. Dia pasti syok.
"Erika memang keren. Mengatakan itu tanpa berbohong. Kau benar-benar menyakiti perasaanku." Kalimat yang keluar dari bibir gadis itu menyadarkanku. Aku bicara terlalu banyak.
"Lihat, kau mulai mempercayaiku," lanjutnya.
Aku terhenyak. Untuk pertama kalinya aku benar-benar mengutarakan perasaanku pada orang lain. Tanpa ada yang ditutup-tutupi. Aku terhanyut dalam suasananya hingga membuatku tidak bisa berhenti. Dan entah bagaimana aku tak lagi bisa membendung air mataku sekarang. Aku menangis sejadi-jadinya dipelukan gadis itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/126493862-288-k962239.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimi Ga Suki Dakara [Completed]
Genç Kurgu"Erika ga suki dakara." Sejenak aku merasa waktu berhenti bersamaan dengan langkahku yang tertahan. Dalam hembusan angin terakhir di musim panas itu iris mataku terkunci pada dirinya. Sudut bibir itu terangkat menyambutku. Senja terasa lebih menyila...