Seperti yang tersurat di judul, pada bagian ini aku menuliskan bagian penampilan drama di acara bunkasai, dari awal hingga drama berakhir. Jujur aku amatir jika berurusan dengan drama. Tidak dipungkiri bahwa aku pun sampai gagal membuat naskah drama untuk kelasku tahun lalu.
Kemudian aku dengan sangat beraninya malah mengambil cerita dengan adegan penampilan drama. Maaf jika nanti hasilnya kurang memuaskan :'(
Ide ini kuputuskan setelah aku menonton Nisekoi, dan tentu, setelah membaca manga 'I Love You, Suzuki-kun!!' karya Yamada-sensei juga. Dan untuk risetnya aku membaca novel karya Yui Tokiumi-sensei dan naskah drama Harry Potter.
Lalu, terima kasih untuk yang masih mengikuti cerita ini hingga sekarang. Aku akan senang jika kalian mau mengikutinya hingga akhir. Tolong dukung ceritaku jika kalian menyukainya, ya?
Dan, selamat membaca...!
Babak pertama adegan pertama.
Dengan mengambil latar waktu sekitar abad pertengahan, aku, Guinevere, menjadi seorang murid pindahan di Academi Avalon. Duduk diatas panggung dengan properti berbentuk pohon yang dibuat dari papan, Kanna- sensei menyuruhku berakting menyandarkan tubuh di sana. Kemudian walpaper di belakangnya adalah bangunan bak istana yang dilihat di kejauhan.
Setelah suara narator berhenti, aku mulai melafalkan kalimat dalam naskahku.
"Bahkan setelah berada di sekolah baru pun aku masih tidak memiliki teman. Ini sudah hari kedua. Mungkin sudah menjadi takdirku untuk terus sendirian."
Detik setelah narasi itu selesai aku meneguk ludah. Ini bagian yang paling tidak aku sukai.
BUG!
Sebuah bola berwarna hijau seukuran kepalan tangan menghantam kepalaku. Memang dilempar pelan, sih, tapi itu tetap sakit!
Aku menggeram sungguhan dalam hati lalu berdialog mengikuti naskah. "Sakit...."
Tak lama muncul seorang pemuda dengan seragam olahraga dan topi yang membuat orang lain tidak bisa melihat tempangnya dengan jelas. Meski begitu aku tetap mengetahui siapa dirinya.
"Maaf, aku tidak sengaja, sungguh."
Aku mendengus kesal sebelum mengangguk. Ketika dia berjalan melewatiku, dalam hati aku bergumam. Dia cukup bagus dalam berakting meski pun tanpa latihan. Atau mungkin dia sudah berlatih dengan otodidak?
Tuk!
Kali ini bola pingpong yang mengenai kepalaku. Ternyata narator sudah mengucapkan "Kemudian hari ketiga."
Lalu hari keempat bola volly yang untungnya hanya mengenai ujung kakiku. Dan terakhir, hari kelima. Bola basket mencium isi bukuku hingga benda itu ikut terpental. Yang terakhir tadi aku mencoba berteriak senatural mungkin.
Kali ini aku menatap bengis pemuda yang sama yang melempar semua benda itu kearahku.
"Kau sengaja, ya?" tanyaku dengan nada tinggi.
Tersenyum, dia menjawab, "Ketahuan, ya? "
Meskipun itu semua hanyalah akting, senyum natural yang pemuda itu tunjukkan membuatku terbawa suasana. Bahkan sebagian besar penontonnya--mungkin mereka sungguhan belum pernah melihat senyum Haruto--langsung berbisik hampir meramaikan seisi gedung. Disamping itu untunglah aku ingat semua naskahku.
Guinevere yang tidak biasa berinteraksi dan nyaris lupa caranya melakukan itu, hanya menggeram semakin kesal dan mengabaikan pemuda itu.
"Boleh aku duduk di sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimi Ga Suki Dakara [Completed]
Dla nastolatków"Erika ga suki dakara." Sejenak aku merasa waktu berhenti bersamaan dengan langkahku yang tertahan. Dalam hembusan angin terakhir di musim panas itu iris mataku terkunci pada dirinya. Sudut bibir itu terangkat menyambutku. Senja terasa lebih menyila...