Chapter 21

56 8 15
                                    

"Kelas 2-4, nah, kita sudah sampai." Kalimatnya berhasil mengalihkanku. Ia berdiri selangkah di depanku dan memberiku senyuman saat mata kami akhirnya bertemu. "Senyummu aneh, kau tahu?" komentarku.

Sepertinya dia mulai terbiasa dengan kata-kata pedasku. Dia terkekeh kecil sebelum akhirnya berkata, "Padahal biasanya gadis-gadis akan menahan napas saat melihatku tersenyum."

"Terserahlah," balasku tidak peduli. "Sankyuu, untuk bantuannya."

Aku sudah mengulurkan tanganku untuk membuka pintu kelas tapi mendadak pergerakanku terhenti sebelum aku menyentuh knopnya. Tanganku mulai terasa basah dan dingin. Kutelan susah salivaku. Nyaliku seketika pudar. Lantas terbayang sensei psikopat yang mungkin tengah mengajar di kelas ini sekarang. Belum lagi tatapan murid-murid lain yang nyaris bisa membunuhku.

"Kenapa?" Dia bertanya.

Kuabaikan dirinya karena aku tidak mungkin memberi tahu alasanku padanya. Itu sungguh memalukan.

"Kau takut? Dan kau membual akan membunuhku?" Aku bisa melihat tangannya yang mengibas-ibas disampingku melalui ekor mata. Dia mengejekku!

"Urusai! Cepat kembalilah kekelasmu!" Kini aku menatapnya. Sama seperti tadi saat aku ingin memukul wajahnya.
_________________________

Urusai = berisik
_________________________

Mendapat tatapan itu ia tersenyum kecil. Lantas membuka pintu di hadapanku dan mengabaikanku yang hampir terkena serangan jantung karena ulahnya.

"Sumimasen sensei..., anak ini tersesat dan kebingungan mencari jalan kembali ke kelasnya. Jadi dia sedikit terlambat," katanya tepat setelah pintu itu terbuka lebar. Dia mendorong tubuhku ke dalam kelas dengan  setengah badannya yang terlihat dari balik pintu.
_________________________________

Sumimasen = permisi (bisa juga diartikan 'maaf'~setahuku :v)
_________________________________

"Apa yang kau lakukan, baka!" makiku panik dan mengutuk dirinya. Dan, ya, semua pasang mata tentu tengah menatapku sekarang. Tak terkecuali sensei yang kini tengah menulis di papan tulis. Kurasakan pipiku yang memanas mendapat tatapan menyebalkan itu.

"Kazuki-kun!" Sebagian besar siswi di kelas mendadak meneriakkan sebuah nama yang asing bagiku. Siapa Kazuki? Merasa tatapan mereka tertuju pada anak yang menolongku tadi aku memutar tubuhku. Dia tersenyum dan melambaikan tangannya layaknya aktris yang bertemu dengan para fans.

"Sampai nanti." Ia bergumam dengan suara yang masih bisa terdengar di telingaku. Aku hanya memutar bola mataku jengah dan memutuskan untuk meminta maaf pada sensei yang tengah mengajar itu. Beruntung beliau mengizinkanku mengikuti pelajarannya. Beliau memaklumiku karena aku masih murid baru yang belum hafal tempat-tempat di sekitar sekolah ini.

"Erika." Aku mendengar Risa berbisik memanggil namaku ditengah pelajaran yang sedang berlangsung. Kusandarkan punggungku bermaksud meminta penjelasan darinya.

"Bagaimana kau bisa bersama Kazuki?" tanyanya masih dengan berbisik.

Mataku mengerjap. Sedikit berfikir. "Maksudmu anak laki-laki tadi?"

"Tentu saja! Memangnya siapa lagi yang bersamamu?" Aku tidak bisa melihat ekspresi wajahnya karena dia di belakangku. Tapi aku yakin dia sangat serius saat mengatakannya. Memangnya kenapa?

"Jadi namanya Kazuki?"

"Kau tidak mengenalnya?"

"Dia tidak memperkenalkan diri, jadi aku tidak tahu."

Kimi Ga Suki Dakara [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang