1. Macet

2K 123 12
                                    

Assalamu'alaikum.

Selamat membaca.

Semoga terhibur.

Jan lupa vote & koment yang paling ditunggu loh.

***

Gadis yang masih mengenakan pakaian tidur ini mengeliat di kasur sembari menguap. Mengucek matanya. Hal pertama yang dicarinya adalah remot. Dia menyalakan Televisi, mencari chanel yang menayangkan kartun si Rudi Tabudi dan kapur ajaibnya. Sambil menunggu iklan, Fanny mengambil ponselnya yang menyala berkali-kali tanda ada notif yang masuk setelah dibukanya ternyata pesan dari operator.

Ingin rasanya mengumpat.

Dikiranya si doi.

Fanny melemparkan ponsel itu di atas bantal sebelahnya. Kembali mengalihkan matanya ke arah Televisi.

"Anjir gue kalo dapet kapur ajaib macam itu dah gue gambarin duit kali biar jadi tajir melintir," komentarnya mengebu-gebu melihat Rudi si kartun yang menggambar sesuatu.

"FANNY BANGUN!!!"

Suara toa dari sang Bunda berhasil membuatnya terpelonjak kaget hingga terjatuh dari kasur. Apalagi ditambah dengan gedoran pintu kamar berulang kali.

"NGGAK INGET SEKOLAH LAGI APA?!"

Fanny mengumpat saat melihat jarum jam dinding menunjukan pukul 06.34 Wib. Ternyata sudah terlalu lama berleha-leha. Dia langsung meraih handuk di atas nakas menuju kamar mandi. Tidak butuh waktu lama membersihkan diri, kini dia sudah lengkap dengan seragam SMA.

Bergegas menuruni anak tangga. Tersenyum ceria kala melihat pelototan tajam dari Bundanya.

"Bagus ya kamu mentang-mentang libur terooos bangun siang! Telat kan jadinya," omelnya sembari menuangkan air putih ke dalam gelas.

Fanny hanya bisa meringis kecil ketika Bundanya mengetok tangannya dengan centong nasi saat mau mengambil piring.

"Aduh Bunbun sakit tau."

"Nggak usah sarapan."

"Lah Bunbun tega bener nanti kalo Fanny pingsan gimana?"

"Udah Bunda bekali makan di sekolah aja nanti."

Menunjuk tasnya yang ternyata telah disiapkan Muna. Fanny tersenyum ceria lalu mengecup pipi Ibunya. Tak lupa ia berpamitan pada Ibunya setelah mencangking tas kecilnya ke pundak.

"Asalamu'alaikum Bundaku," katanya mencium punggung tangan wanita paru baya itu.

"Wa'alaikumsalam."

"Eh, Bunbun Fae mana?"

"Udah berangkat. Dianter Ayah tadi."

"Yaah kok Fanny nggak sih?" protesnya tidak terima.

"Salah sendiri bangun telat."

"Kenapa nggak naik angkot aja sih dia Bunbun?"

"Nanti tunggu besok."

"Issh," Fanny memanyunkan bibirnya. Tubuhnya melenggang keluar rumah.

"Gila Fan kita telat!"

Seseorang menepuk bahunya dengan heboh.

"Yaudah yok larian sampe gang depan," ajaknya.

"Tunggu Om tercinta dulu dong."

"Ck, lama. Ngapain sih dia? Abis ngeloni anaknya apa?" cibir Fanny kesal. Ini sudah jam berapa coba. Jam tujuh upacara akan dimulai. Mana dia belum liat pembagian kelas lagi.

Amare (TAMAT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang