16. CAMER

709 79 9
                                    

Sudah tak terhitung berapa kali Fanny mendesah panjang. Hatinya benar-benar gelisah. Bagaimana tidak. Sekarang ini mereka akan bertandang ke rumah Jonathan karena akan mengerjakan tugas kelompok. Beda halnya dengan yang lain terlihat anteng saja.

"Kenapa Kak?" tanya adiknya yang kebetulan merengek ikut karena sedang tidak ada kerjaan di rumah. Ayah, Bunda dan Bu Inem sedang pergi ke suatu tempat membuat gadis berhijab itu tak mau ditinggal sendirian di rumah.

"Kok gue deg-degan ya?" tanyanya balik.

Fae mendecih, "lebay ah. Inget situ PHO bukan kekasihnya Kak Jonathan," ucap Fae santai menyadarkan kelebay-an Kakaknya. "B aja dong kalo diajak ke rumah Kak Jonathan. Tugas kelompok nih bukan ngenalin calon menantu."

Fanny berdecak sebal. Adiknya itu. Menyebalkan.

Erik dan Tinky menahan tawa mendengar ucapan dari Fae. Lain halnya dengan Jefri yang tak peduli. Lelaki itu sibuk mengajak ngobrol La Luna. Yang beruntungnya sekelompok dengan mereka.

"Itu Jojo!" pekik Tinky ketika sebuah mobil hitam memasuki perkarangan komplek perumahan mereka. Terparkir rapi di depan rumah Fanny, tepi jalan.

Erik sudah lebih dulu memasuki mobil diikuti oleh Tinky dan Fae.

"Eh, duo sejoli! Kalian di belakang aja," tunjuk Erik pada Jefri dan La Luna yang mau memasuki mobil.

Jefri menyengir, "bagus. Ini baru kawan." lelaki itu menepuk bahu Erik.

Kini tiba giliran Fanny membuka pintu mobil bagian tengah membuatnya kaget saat Fae mendorongnya sedikit ke belakang.

"Udah sesak."

"Terus gue di mana? Jahat banget sih lo jadi adek?!"

"Tuh di depan bersama pangeran Jonathan." Fae menaik-turunkan alisnya seraya mengulum senyum.

"Nggak, ah. Lo aja sana. Lo itu nggak diajak. Bukan bagian dari anggota ini."

Fae menolehkan kepalanya menghadap Jonathan yang diam saja sedari tadi.

"Kak Jonathan! Gue ikut ya ke rumah lo. Soalnya di rumah nggak ada temennya."

"Hm." deham Jonathan tanpa menoleh.

"Tuh, udah ngomong. Sana deh." Fae meraih pintu mobil itu lalu menutupnya. Tidak peduli jika sang Kakak mengetatkan rahangnya.

Erik menyengol Fae, "bagos." membuat Fae cekikikan.

Fanny masih bergeming di luar. Membuat Jonathan mencari keberadaannya. Tanpa diduga lelaki itu membuka pintu kemudi samping dari dalam.

"Masuklah."

"Eung-- ah, iya." buru-buru Fanny menurutinya. Pandangannya fokus ke kaca jendela. Mengamati perjalanan ini. Tidak ikut menimbrung perkataan yang lain di belakangnya.

"Kak, nyalain lagu dong!" pinta Fae dengan suara keras. "Lagunya Slank ya."

"Kesukaan lo?" tanyanya sedikit mengerutkan dahi. Heran saja gadis berhijab terkenal kalem dan menyukai lagu berbau agama seperti Nissa Sabyan contohnya gadis ini malah sebaliknya.

"Ho'oh."

"Ada nggak?"

"Nggak! Yang lain dong. Lagunya Cinta Laura aja yang goyang dumang. Asik tuh," timpal Tinky.

"Cita-citata bego!" umpat Erik.

"Nah itu!"

"Cinta Laura mah nggak ada hujan becek-becek," tambah Jefri jadi ikutan juga.

"Mana ujyan nggak ada ojyek, becyek becyek yeah... Gitu Udin," ralat Erik sembari menyanyikan sedikit liriknya yang ia hapal sampai sekarang.

"Ah, dangdutan nggak-nggak!" protes Fae. "Kan tadi gue dulu yang mulai. Ikutan aja nih Kak Tintin."

Amare (TAMAT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang