"Pea, beliin gue gorengan sama basreng. Ambil cabe rawitnya banyakan dikit," perintah Fanny Bossy seraya ngasih uang ke Erik yang mencebikan bibir. Dari tadi disuruh-suruh melulu.
"Kak pacar lo si Edwin itu nggak ngedeket ke sini?" tanya Fae memasukan sepotong brownis ke mulutnya. Pasalnya di meja depan ada Edwin bersama teman -temannya.
"Kita putus," jawabnya.
"Uhuk!" Fae tersedak. "Beneran?" tanyanya tak percaya. Baru semalam Edwin mengunjungi rumahnya, membawakan bakso. Sesuai pesanan Fae kemarin lalu. Sekarang udah End saja hubungan mereka berdua.
"Siapa yang mutusin?"
"Pasti Fanny lah. Siapalagi," cibir Jefri setelah berselfie ria.
"Beneran?"
"Ya."
"Kenapa Kak? Dia nyakiti lo?"
"Nggak."
"Terus?"
"Gue bosen, gue tinggalin deh."
"Semudah itu?" komentarnya kaget.
"Gitulah dia. Seenak jidat. Nggak mikirin perasaan manusia." kini Tinky menimbrung mengabaikan makanannya.
"Gue baru tau mantan gue manusia," balas Fanny cuek.
"Jahat banget sih lo."
"Terus kalo bukan manusia Kakak pacaran sama siapa? Genderuwo?" Fae mendecih sebal dengan hobi Kakaknya yang suka gonta-ganti pacar. Tobat dong.
Tiba-tiba dua orang gadis mendekati meja mereka. "Jefri."
Lelaki yang menusuk cimolnya itu menoleh, "ya?"
"Boleh minta foto?" pinta mereka malu-malu kucing.
Tinky melengos, Fae menjulurkan lidahnya sedangkan Fanny menjulingkan matanya.
"Boleh. Boleh." Jefri mengambil alih salah satu ponsel dari mereka. Menekan aplikasi kamera.
Setelah menangkap gambar dengan baik Jefri menyerahkan ponsel itu kembali dengan senyuman terbaiknya.
"Makasih Jef. Ini kita ada hadiah buat lo." menyerahkan sekotak dengan pita merah di sampingnya.
"Sama-sama. Btw, makasih balik juga. Pake dikasih bingkisan segala lagi."
"Ah, nggak papa kok. Permisi."
"Sok ngartis!"
"Cie-cie yang iri dengki," godanya mengulum senyum.
"Najis!"
"Apaansih dari kemarin cie-cie an melulu," dengus Tinky emosi.
"Kok si Pea lama amat. Din cariin noh," tepuk Fanny.
"Nama gue Jefri atau nggak Jeje atau El. Kerenan dikit napa sih," sewotnya.
"Gue aduin bapak lo ya. Nama pemberiannya nggak mau dipanggil."
"Serah."
"Dih, ngambekan."
"Serah."
"Kek cewek PMS lo!"
"Serah."
"Wih, Om Udin mauan disamain kelaminnya dengan perempuan. Iiiiih." Fae pura-pura bergidik geli.
"Nggak gitu juga dodol."
"Serah!" balas Fae membalikan katanya tadi lalu tertawa ngakak.
"Nggak jelas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Amare (TAMAT) ✔
Roman pour AdolescentsFollow akun kepenulisan saya sebelum membaca. Spin-off dari "Bad Girl In Pesantren" Judul cerita sebelumnya adalah "Cewek Mercon" *** Stefanny Almeera adalah nama lengkapnya. Bersekolah di SMA Cendikia High School Palembang. Gadis cantik dengan mulu...