Mengapa ia merasa bahwa Fanny sudah tak seperti dulu. Yang kadang menyapa, tersenyum dan mendekatinya. Sekarang tidak lagi jangankan melakukan tiga hal itu melihat kehadirannya saja gadis itu langsung membuang muka. Ada apa dengannya?
Seperti halnya sekarang ini. Ia dan Fanny bersebelahan tengah mengantri batagor. Tidak ada percakapan untuk sekedar basa-basi doang. Fanny sedari tadi tak kunjung melepaskan pandangannya dari layar ponsel. Membuatnya penasaran. Apa yang sedang dikerjakan oleh gadis itu? Sampai adanya ia saja seperti tidak dianggap.
Datanglah lelaki dengan perawakan tinggi, paras lumayan, dan kulitnya tidak terlalu putih berjalan mendekati mereka. Berdiri di tengah keduanya. Membuat gadis yang ditepuk pelan oleh lelaki itu menoleh.
"Kenapa?" tanyanya.
"Kamu duduk manis saja di sana. Nanti aku yang pesanin."
"Oh, oke."
Fanny segera berlalu tanpa memandangnya sedikit pun membuat ia mengernyit. Apa Fanny tak melihatnya?
Awalnya setelah mendapatkan makanan hasil ngantrinya. Jonathan ingin memakannya di luar kantin saja. Tetapi ia urungkan niat itu ketika teringat lelaki itu dan Fanny. Mereka terlihat dekat saat ini. Apakah mereka berpacaran? Masa sih?
Sekeliling gadis itu pun tak ada keempat orang terdekatnya. Kenapa mereka tidak menemani Fanny ke kantin?
Jonathan memilih tempat duduk bersebelahan dengan meja Fanny. Ia memakannya tanpa suara. Sekali-kali ia curi pandang ke samping.
"Ini aku udah pesenin buat kamu."
"Oh, makasih Sam."
"Sama-sama. Suka?"
"Ya."
"Kalau kamu mau pesan lagi bilang aja sama aku. Nanti biar aku beliin lagi."
"Nanti gue ngomong."
"Fan."
"Apasih?"
"Ubah dong nama panggilan kamu jadi aku-kamu kayak aku sekarang ini. Kan kita statusnya pacaran."
"Uhuk. Uhuk." Jonathan yang tak sengaja mendengar percakapan itu mendadak tersedak. Membuat kedua orang itu serempak menoleh. Namun, ia tak peduli. Meraih minumannya dan mulai menyeruput.
Saat ia menoleh ke samping pandangan matanya sempat bertubruk dengan mata Fanny yang langsung melengos.
"Ck, nggak usah. Gue nggak kebiasa. Gini ajalah."
"Terserah kamu deh. Aku nggak mau kamu nggak nyaman saat pacaran sama aku."
"Yaudah nggak usah banyak protes."
"Mau aku suapin?"
"Ha?" Fanny memutar kepalanya ke samping.
Buru-buru Jonthan memalingkan pandangan dari orang berpacaran itu takut kepergok tengah mengamati.
"Ini aku suapin. Kamu buka mulut deh."
"Nggak usah. Gue bukan gadis berpenyakitan. Bisa makan sendiri."
Lelaki itu terkekeh, "disuapin bukan berarti kamu penyakitan kali Fan."
"Hehehe."
"Wah, apaneh?!" dengan heboh Erik dan Fae yang baru datang langsung berseru mendekati meja Fanny.
"Pacaran kalian?" tanya Fae menaik-turunkan alisnya mengoda Fanny.
"Iya dong! Berkelas kan pacar gue?" tanya Fanny balik dengan bangganya membuat sang kekasih tersenyum singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amare (TAMAT) ✔
Teen FictionFollow akun kepenulisan saya sebelum membaca. Spin-off dari "Bad Girl In Pesantren" Judul cerita sebelumnya adalah "Cewek Mercon" *** Stefanny Almeera adalah nama lengkapnya. Bersekolah di SMA Cendikia High School Palembang. Gadis cantik dengan mulu...