11. Pdkt oh Pdkt

731 78 14
                                    

Fanny tersenyum simpul melihat kedatangan Jelita di ambang pintu yang menyoroti dirinya bersama Jonathan.

Apa pemuda ini lupa bilang ke kekasihnya? Bahwa dia tidak akan ke kantin?

Dengan sengaja Fanny menarik kursinya sedikit lebih mendekat ke Jonathan.

"Jangan dong Burger! Masa gue sama Pea jadwalnya dihari yang sama sih?" Protesnya langsung tidak terima melihat namanya bersanding dengan Erik. "Gue nggak mau piket bareng dia. Pemales. Ntar yang ada hanya gue dan yang lain doang yang piket. Kan nggak adil itu namanya."

"Ganti jadi gue," balasnya singkat.

Seriusan? Asyiiik! Batin Fanny bersorak senang. Inilah yang dia inginkan.

"Hm, Jo." panggil seorang pelan.

Jonathan menoleh, "Jelita?"

"Maaf ya kalo gue ganggu kalian berdua ngerjain tugas."

Fanny menatap Jonathan datar. "Lo nggak ngasih tau dia?"

"Sudah."

"Kenapa dia masih dateng? Ganggu aja!"

"Maaf, Fanny. Gue datang ke sini hanya ingin ngasihin bekal buat Jonathan saja. Sayang kalo nggak dimakan."

Jelita meletakan bekal yang di bawanya ke meja Jonathan yang penuh dengan lembaran kertas dan buku absen kelas.

Fanny menelongos, tak peduli.

"Di makan ya Jo."

"Iya, seharusnya lo nggak usah repot."

"Nggak papa kok. Lagian gue kan pacar lo," jawabnya tersenyum.

Mendengar nada penekanan yang diucapkan oleh Jelita membuat Fanny naik pitam. Maksudnya itu cewek. Dia mau nandai kalau cowok ini adalah miliknya gitu? Istilahnya jangan direbut? Hei! Selagi janur kuning belum melengkung masih ada yang namanya tikung-menikung.

Apalagi status Jelita yang bukan sahabatnya Fanny. Memungkinkan sekali untuk direbutnya nanti.

"Udah kan? Balik sana. Masuk kelas orang mulu lo. Gue aja nggak pernah masuk kelas lo!" sinis Fanny.

Jelita pamit mundur. Melangkah pergi

"Jelita," panggil Jonathan segera.

"Ya, ada apa?" langkahnya terpaksa dihentikan.

"Makasih."

Jelita tersenyum lebar mendengarnya. "Sama-sama, Jo."

Fanny memutar bola matanya. Seperti drama saja.

Seperginya Jelita dari kelasnya. Fanny jadi malas menyusun jadwal piket.

"Hari Kamis. Siapa aja?"

Sembari memilah nama siapa yang akan disandingkan. Jonathan bertanya pada Fanny yang tak menjawabnya. Membuat dahinya sedikit berkerut.

"Terserah lo dah. Gue ngalur aja."

Jonathan menurutinya. Menulis empat nama yang dicantumkan.

"Burger!" panggil Fanny seketika.

Jonathan menoleh sekilas.

"Kita piketnya hari Jum'at kan?" tanyanya.

"Ya."

"Yes!!!"

Guru di sekolah ini akan selalu protes jika setiap kelas yang dimasuki terdapat banyak sampah atau pun debu. Bagi yang piket akan terus menjaga kebersihan kelas sampai waktu pulang.

Amare (TAMAT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang