33. Penyekapan

551 96 15
                                    

Mengamati ketiga orang konyol itu adalah suatu kebahagian sendiri. Tingkah bodoh mereka mampu membuat seseorang yang tengah bersedih hati menjadi tertawa lepas.

Sudah beberapa hari ini Jonathan kerap menghindarinya. Fanny tak ingin memaksakan. Terserah. Itu haknya.

Pulang sekolah kali ini jadwal Jonathan menjadi guru privatnya libur. Fanny yang meminta. Bagaimana tidak. Biasanya belajar bersama Jonathan adalah hari-hari yang paling ditunggu. Tapi, semenjak tuduhan itu menyerang. Rasanya Fanny tak ingin dulu berdekatan dengan lelaki itu. Jonathan berubah membuatnya tak nyaman dan rasanya ingin menangis saja.

Hari ini dirinya ingin menghabiskan waktu sebebas dan sesenang mungkin bersama mereka yang selalu ada untuknya.

"ROCKEEERR!!!" nyanyi Fae melengking. Memegang gagang sapu sebagai gitar menggerakannya ala-ala gitaris Slank. Berdiri di atas kursi, sesekali melompat kecil. "Hayooo mana suaranya? Uhuuu!!!"

"Ayo goyang dumang biar hati senang pikiranmu senang galau jadi hilang." Ini Erik yang beryanyi sambil menggoyangkan pantat teposnya.

Jefri, si om muda menempatkan dirinya sebagai dokumentasi. Mengabdikan momen gila ini ke ponsel yang nantinya pasti akan dijadikan cowok itu snap WhatsApp.

Fanny? Sebagai penonton alay tertawa besar.

Mereka tuh mood Fanny banget!

Kecuali Tinky ya. Anak satu itu sudah lama menghilang sejak bel berbunyi. Entah kemanalah dia.

"Udah Pan jangan pikirin si Jojo. Mending gabung sama kita. Joget bareng dijamin hepi!" ujar Erik. Kini kedua orang itu telah berkolaborasi saling menyahut nyanyian satu sama lain.

"Shinta dan Jojo suka makan sosis so nice." Fae melafalkan sepengal lirik iklan jaman dulu yang masih diingatnya sampai sekarang.

"Dasar kau keong racun."

"Iwak peyek iwak peyek. Iwak peyek nasi jagung."

"Rocker juga manusia. Punya hati punya rasa. Uwooo."

"Azeg-azeg joz!"

Ampun dah! Fanny menepok jidat melihat kelakukan mereka yang tidak tahu malu. Tapi, seru sih. Dikelilingi orang-orang seperti ini. Hidup jadi tidak monoton, lebih berwarna layaknya pelangi.

Tok.tok.tok.

"Siang semua."

"Siang Jenita Janet." kadal satu ini memang cepat sigap kalau lihat yang bening, tinggi, putih macam bihun. "Ada apa babe?" tanya Erik tersenyum.

"Ada perlu sama Fanny. Bisa pinjam dia sebentar?" tanyanya kalem.

"Boleh dong. Apasih yang nggak buat lo." Erik mengerling nakal.

"Awas aja Kak Jely drink! Kakak gue jangan sampe lecet loh yak," ingat Fae.

"Iya."

"Pinjem lo bilang? Gue bukan barang!" Fanny keluar dari kelas. "Mau apa?"

"Bisa kita agak menjauh sedikit dari mereka. Karena gue nggak mau ada yang mendengar ataupun melihat kita."

"Oke."

Keduanya melangkah ke tempat yang sepi. Tak terlihat dari teman Fanny dan anak OSIS yang masih berkeliaran di sekolah. Hingga keluar dari perkarangan sekolah.

"Lo marah sama gue karena Jonathan menjauhi lo?"

"Nggak b aja."

"Yakin, Fan?"

"Sangat."

Jelita terus mengajak Fanny mengobrol membahas Jonathan. Gadis itu tak tahu saja jika ini semua ada niat terselubung. Guna mengeco Fanny dari sekitarnya. Jelita mengangguk samar pada orang yang berdiri di belakang Fanny. Bermaksud memberikan aba-aba. Jika permainan siap dimulai.

Amare (TAMAT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang