36. Sialan!

886 98 53
                                    

Ujian telah usai. Namun, Fanny dan teman kelasnya untuk hari memilih berkumpul di sekolah guna memberikan pesan dan kesan tersendiri. Bermain bersama saling mengirimkan hadiah. Membuat sebuah kenangan. Diabadikan ke dalam bentuk foto dan video.

"Hai, kelasku tercinta!"

"Eh, gue mau buat video. Ntar mau gue post di IG gue. Jadi kalian harus ngasih pujian yang sebaik mungkin ya tentang gue. Paham?"

"Iya," jawab mereka menurut saja.

Fanny mengarahkan kamera ponselnya ke wajah lalu bergantian pada objek yang sedap di pandang. Kecuali ke Erik.

"Lohaaa gaes!!! Menurut kalian Fanny itu bagaimana orangnya?"

Mulai satu persatu Fanny menyorot wajah teman kelasnya. Meminta pendapat yang sebaik mungkin karena sudah diwantinya sedari tadi untuk mengatakan pujian bukan aib.

"Cantik."

"Putih."

"Langsing."

"Tinggi."

"Ideal."

"Selebgram."

"Narsisme."

"Playgirl."

"Banyak followers. Pollow gue dong, Fan. Nanti gue polbek."

Abaikan perempuan tanah jahanam ini.

"Robi Boyolali!"

"Wee! Keciprat juga muka ku di IG kau." orang medan ini loh. Wajar saja logatnya demikian. "Alo semuanya."

"Fanny di mata lo seperti apa?"

"Cantek kali lah kau tuh dari aku. Lope lope bedepuuul."

"Iya lah ege! Gue cewek lo cowok."

"Paok kali lah kau Paneee! Jangan di zoom lah lubang hidung aku!"

"Makasih atas pujiannya bebep. Muach!" Fanny melemparkan kiss dari jauh dengan satu tangannya. "Tangkap Bi? ... Natang!"

Robi menurutinya. Setelah ditanggkap dia lemparkan ciuman angin itu ke lantai lalu diinjak-injaklah. "Burik kau Pane!"

"Hahaha." Fanny tertawa melihatnya.

Teman kelasnya itu memang lucu dan beragam. Fanny jadi akan merindukan suasana sekolah apalagi teman-temannya. Pak Lukman juga termasuk, Hiu Megalodon-nya mereka.

"La Luna, Fanny di mata lo?"

"Baik hati tapi jahat," jawabnya jujur.

Itu gimana ceritanya? Fanny jadi memikirkan teori konspirasi ini.

Tibalah Fanny mendekati sohibnya.

"Om Udin, Fanny di mata lo?"

"Cabe busuk. Sok cantik. Muka dua. Pemarah girl. Buaya betina. Kurang ajar. Matre. BEGO---"

"Stop!" Fanny tidak kuat mendengarnya.

"Kau mencuri hatiku hatiku," lanjut Tinky malah bernyanyi ala Dewi Persik. Tanpa menolehkan kepalanya dari layar ponsel.

"Pokoknya yang jahat semua ada di lo," tegas Jefri masa bodoh dengan bibir Fanny yang mencebik.

"Nyai, Fanny di mata lo?"

"Malefincent versi miskin."

Aih!

"Pea, Fanny di mata lo?" Fanny mengeluarkan pupy eyes-nya berharap Erik akan mengatakan hal baik untuk dirinya.

Amare (TAMAT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang