13. Pengukuhan

811 81 19
                                    

"Pea, mau ke mana lo?"

"Ruang MPK."

"Duileh, Abang Pea sibuk amat Bang," goda Fanny dan Tinky bersamaan. Dua hari ini Erik tidak bersama mereka. Selalu keluar kelas, pulang sekolah pun masih ada urusan dengan kegiatan MPK-nya.

"Biasalah Dedek, Abang kan orang penting," kerlingnya membuat kedua cewek itu menjulurkan lidah.

"Eh, Tintin lo tau nggak ya..."

"Apa-apa?"

Sesi pergibahan pun dimulai.

Jefri yang berada ditengah keduanya segera bangkit. Dia tidak mau terlihat dalam gibahan dua cewek centil. Enak kalau yang digibahin masalah game atau barang gitu. Lah ini masalah cogan. Masa dia ikutan. Tidak maskulin sekali dirinya.

"Ekhem." Mendengar dehaman cowok di dekatnya membuat La Luna menoleh. "Eh, ada apa Jef?"

"Boleh gue duduk di sini?" tanyanya kalem.

La Luna menggeleng cepat. "Nggak boleh!!"

Jefri sedikit tersentak jaget, " loh kenapa? Gue bau ya?" lelaki itu mencium tubuhnya sendiri. "Makanya lo nggak mau gue duduk di sini."

"Bukan kok."

"Terus?"

"Kan kursinya cuma satu. Ini aku yang tempati. Kamu entar duduknya di mana?"

Penjelasan polos dari La Luna membuat Jefri menepuk jidat. Ada benarnya juga sih. Tapi, kan setidaknya ia mengertilah.

Calon pacarnya itu memang polos sekali jadi tambah menggemaskan.

Jefri menarik kursinya sedikit mendekat ke La Luna. Lelaki itu memulai masa PDKT nya bersama La Luna secara gamblang.

Disisi lain Jonathan sekali-kali melirik Fanny yang sedang berbicara dengan Tinky menggunakan bahasa yang tidak dimengertinya. Mereka bercerita dengan volume besar wajar saja ia jadi memperhatikan mereka. Bukan hanya dia saja tapi sebagian anak kelas ini juga melakukan hal yang sama pada dua cewek itu.

"Sigitugu bagapeger?!" tanya Tinky keras.

"Igiyaga sihgih." Fanny meringis sedikit malu-malu.

Beginilah cara mereka jika ingin mengibahin orang yang sedang berada di dekat mereka. Jadi, tidak takut akan ketahuan. Mereka tidak akan bisa menerjemahkan dengan cepat.

"Segedigikigit agatagau baganyagak?"

"Segecuguigil."

"Segerigiugusagan?"

"Ya gimana gue nggak baper orang gue digendong ama dia, coba. Bayangin dong lo!!!" teriaknya kelepasan.

Tinky melotot memberitahu Fanny dengan melakukan gerakan mengunci mulutnya sendiri.

"Oh, My God!" Fanny membekap mulutnya lalu menoleh ke belakang.

Mampus!

Semoga saja Jonathan memiliki gangguan pendengaran.

Fanny mengambil buku tulisnya menutupi wajahnya sampai setingi setengah wajahnya.

"Kira-kira dia denger nggak ya? Ngeh nggak ya Tin kalo kita lagi gibahin dia?" cicitnya menatap Tinky.

"Mungkin nggak. Mungkin juga iya."

"Kantin aja yuk."

"Untuk lanjuti gibahnya?"

"Makan."

"Sambil lanjuti gibahnya?"

"Boleh juga tuh, hehehe."

Amare (TAMAT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang