"KITA PUTUS!" tukas Fanny langsung saat keduanya berdiri di pembatasan pagar rumahnya.
"Loh kenapa Fan? Kamu bercanda kan sayang?" tanya Samuel tak bisa menyembunyikam ekspresi kagetnya.
Mereka berdua baru saja sampai di rumah Fanny setelah sejam lalu menghabiskan waktu di sebuah Cafe terdekat.
"Gue bukan pemain OVJ. Buat apa pake acara ngelawak segala."
"Kenapa Fan putusin gue? Kita pacaran aja belum genap dua hari loh sayang."
"Nggak usah manggil gue sayang!"
"Jangan putus ya Fan. Kita masih pacaran, kan?"
"Nggaklah! Kok lo maksa sih? Suka-suka guelah. Gue mau putus ya putus. Nggak ada namanya hubungan yang hanya satu pihak aja."
"Lo mudah banget langsung mutusin gue. Lo nggak cinta ya sama gue?"
"Iyalah!"
Samuel terperangah dengan jawaban jujur Fanny yang membuat kepalanya mendadak pening.
"Gue itu nerima lo cuma iseng aja nggak lebih. Apalagi pake hati ya pasti nggak mungkin. Jangan ngarep!"
"Jahat banget sih lo jadi cewek kok nggak punya hati."
"Hati gue udah nggak berfungsi lagi kalo lo mau tau." Fanny melipat tangan depan dada menatap Samuel bosan.
"Mulai besok bersikaplah layaknya musuh karena kita udah jadi mantan."
"Gue nggak mau putus Fan dari lo."
"Bodo amat!" Fanny segera menarik pagar lalu menguncinya. Tak mengindahkan Samuel yang masih berdiam diri memohon padanya. "Bye, mantan."
Setelah itu ia berjalan santai memasuki rumah tanpa menoleh ke belakang lagi.
***
Fanny nampak kesal sekali mendengar suara tawa adiknya yang membahana. Menganggu acara nontonnya saja.
"Diem Fa!" Fanny melempari wajah adiknya dengan bantal di sofa yang tadi ia pakai sebagai sanggahan kakinya.
"Aw! Apaseh kak?" liriknya menatap Fanny sengit.
"Suara ketawa lo itu nganggu! Kecilin."
"Maaf ya Kak Pani. Ini manusia bukan radio yang bisa diatur volumenya alias suka-suka gue lah. Mau ngakak kek cengengesan atau apalah nggak usah protes."
"Tapi suara lo nganggu!"
"Gue aduin Bunda nih ye." Fae bersiap memanggil sang Bunda yang berada di teras rumah. Sedang bergosip ria dengan tetangga sebelah.
Fanny melempari Kembali Fae dengan sesuatu yaitu sandal jepitnya yang kemudian mengenai paha adiknya.
"Asyeeem, ih!"
Fae beranjak membalas Fanny dengan menendang kaki gadis itu yang kebetulan ada di dekatnya lalu kabur ke kamar sembari membawa ponselnya. Akan menyambung kembali pembicaraannya di telepon dengan seseorang.
Fanny tersenyum puas melihat Fae yang mengalah. Matanya kembali fokus menonton tetapi pikirannya malah yang tidak fokus. Malah menyerong mengenai dirinya yang kenapa langsung memutuskan hubungannya dengan Samuel secara mendadak padahal cowok itu baik padanya. Eh, bukan dia saja kok. Rata-rata yang pernah menjadi pacarnya Fanny adalah cowok baik, dirinya saja yang jahat.
Apakah karena perlakuan kecil Jonathan di sekolah tadi yang membuatnya jadi begini? Ah, masa sih?
Disisi lain seorang lelaki tengah merebahkan dirinya di sofa. Memikirkan akan sikapnya pada Fanny yang menurutnya alay. Ia sampai tak percaya kalau itu adalah dirinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/195154399-288-k479542.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Amare (TAMAT) ✔
Teen FictionFollow akun kepenulisan saya sebelum membaca. Spin-off dari "Bad Girl In Pesantren" Judul cerita sebelumnya adalah "Cewek Mercon" *** Stefanny Almeera adalah nama lengkapnya. Bersekolah di SMA Cendikia High School Palembang. Gadis cantik dengan mulu...