Dua hari sebelumnya.
Fae mengumpulkan semuanya. Mereka sekarang berada di salah satu tempat nusantara khas Palembang dari keluarganya. Duduk melingkari satu meja di kursi masing-masing menatap si Fae dengan serius.
"Kalian ngerasa aneh nggak sih dengan semua ini?" tanya Fae setelah Fanny menceritakan semuanya pada mereka bertiga.
"Iya aneh banget!" sahut Tinky.
"Feeling gue gadis itu adalah Jelita. Gimana sama kalian?" kata Erik.
"Sama gue juga berpikir begitu," ujar Jefri.
"Nah, kan!" balas Fanny.
"Tapi, masa itu dia. Jelita kalem dan Feminim banget loh. Baik hati dan penyabar banget. Disakitin Fanny aja dia nggak marah," ucap Tinky menyuarakan pendapat.
"Kita nggak tau, Kak. Dalemnya Kak Jelita itu kayak gimana. Kita hanya ngeliat luarnya aja. Siapa tau ternyata dia malah diluar prediksi, iya kan? Bukannya suhudzon seh. Tapi, ntah kenapa gue kepikirannya kek gitu."
"Bener apa kata Pae. Gue setuju," timpal Erik. Tumben ini cowok tidak sengklek. Ternyata dia bisa menempatkan posisi juga. Dimana waktu bercanda dan serius.
"Terus teror itu masih berjalan di lo, Fan?"
"Iya."
"Gila banget itu pelaku. Rasanya pengen gue jotos aja dah. Berani banget dia pake acara norak kayak gitu ke lo. Awas aja kalo lo sampe kenapa-napa. Gue nggak akan tinggal." Jefri terlihat marah.
"Gue juga, Je. Kita lawan dia buat ngelindungi Fanny-nya kita." Erik menepuk bahu Jefri.
"Gue juga! Gue bakal selalu terdepan buat lo, Kak!" seru Fae semangat sekali. Iya, bagian baku hantam memang bagian favorit Fae sekali.
"Gue juga dong!" teriak Tinky. Tak terima sepupunya dijahatin.
"Gimana kali kita susun rencana? Kita bongkar semua kejahatannya," usul Fae.
"Emang itu beneran Jelita."
"Kita coba aja dulu siapa tau benar."
"Caranya?"
"Berhubung nama gue tuh Fae Farren yang artinya peri khayalan jadi gue punya banyak khayalan untuk meluncurkan rencana ini."
"Buset dah ngayal sama dengan ngalu dong," komentar Erik.
"Ho'oh, nggak papa yang penting berhasil atuh."
"Apaan?
"Gimana kalo salah satu dari kita sok berpihak padanya."
"Maksudnya?"
"Iya kayaknya ngumpan diri gitu istilah."
"Siapa dong?"
"Yakali gue mana percaya. Gue adeknya. Sejahat apapun Fanny nggak mungkin gue bakal jahatin dia. Pasti Kak Jelita curiga."
"Gue sama Pea juga nggak mungkin. Kita cowok pasti rada gimana gitu kan?"
Tinky memutar bola matanya. "Jangan bilang gue," katanya bete.
"Nah, ide bagus! Lo aja Kak. Dijamin ajib."
"Nggak, ah!"
"Demi keselamatan Fanny loh," bujuk Fae.
"Ayolah sepupuku tersayang." Fanny menatap Tinky dengan puppy eyes-nya, memohon.
"Ck, iyadeh," decaknya malas. "Terpaksa loh ini."
"Makasih zheyeng." Fanny memeluk Tinky erat. Fae terkekeh melihatnya. Sungguh beruntungnya dirinya dan Kakaknya mempunyai sahabat yang luar biasa. Selalu membantu, mendukung dan melindungi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amare (TAMAT) ✔
Novela JuvenilFollow akun kepenulisan saya sebelum membaca. Spin-off dari "Bad Girl In Pesantren" Judul cerita sebelumnya adalah "Cewek Mercon" *** Stefanny Almeera adalah nama lengkapnya. Bersekolah di SMA Cendikia High School Palembang. Gadis cantik dengan mulu...