31. Teror dan Tuduhan

526 76 11
                                    

Rebahan dengan posisi badan telengkup adalah kegiatan yang dilakukan oleh gadis pecinta cabai dan maskara itu.

"Loh, loh!" Fanny berseru heboh melihat kertas itu ada di tas sekolahnya. Setahunya ia sudah membuang kertas itu bahkan merobeknya dengan brutal. Fanny meraihynya, dahinya saling bertautan.

Tok.tok.tok.

Fanny menajamkan pendengarannya seperti ada yang mengetuk.

"Pa! Kalo mau masuk ya masuk aja nggak usah sok sopan santun sama gue," jeritnya.

"..."

"Ayah ya yang ngetok?"

"..."

"Atau Bunda?"

"..."

Tok.tok.tok.

Suara ketukan itu terdengar kembali dengan tempo lambat. Seolah orang yang melakukannya sangat menghayati.

Tunggu, suaranya seperti berada di dekat telinganya. Fanny meneguk ludah saat matanya mengarah pada Jendela yang berada di samping ranjang tidurnya.

"Eh, hantu! Nggak usah iseng deh. Gue nggak takut loh ya."

"Gue tau itu pasti manusia. Gue doain lo bintitan matanya!" ancamnya pada orang yang berani mengetuk jendela kamarnya.

Dengan cepat Fanny menyibak gorden tersebut untuk melihat siapa dalang dari kejadian ini. Dan... Ternyata tidak ada siapa pun di luar sana. Bayangkan saja jika itu adalah wanita jelek berwajah hancur separuh, berjubah putih tengah mengintip, mengusili di malam hari dengan ketukan lambat. Mengerikan.

"BUNBUN!!!" teriaknya keras saat tahu lampunya mati dalam sekejap.

***

"Fae, setan! Lo tuh ngapain sih usil banget sama gue? Adik durhaka!" umpat Fanny meng-uyengkan kepala Fae ke kanan dan ke kiri.

"Adoh, ampon!"

"Gue tuh hampir jantungan tau nggak!"

"Yaelah cuma matiin lampu doang. Gitu aja takut."

"Kan malem hari. Wajar."

"Ya, kalo siang ngapain gue matiin lampu. Masih terang."

"Tau ah!" Fanny melepaskan tangannya dari kepala si adik.

"Lagian Kakak ngapain seh buka gorden? Sok banget. Nanti kalo ada mbak kunti nyahok deh!"

"Karena gue penasaran ketukan di jendela."

"Ho'oh."

"Jangan bilang lo lagi pelakunya?"

"Iya nggaklah. Kurang kerjaan banget. Lagipula kalo gue yang ngetok nggak mungkin secara ajaib wujud gue ada di depan lo, Kak."

"Lah terus siapa dong?"

"Meneketehe. Gue bukan mbah google yang serba tahu."

"Apa mungkin orang luar?"

"Siapa? Mustahil banget seh kalo menurut gue. Dipikir aja sendiri. Ada ya orang yang bakalan senniat itu datang ke lantai dua dengan memanjat hanya untuk mengetok? Bego banget tuh orang. Nyusahin diri sendiri, ngelakuin hal konyol kek gitu."

"Iya juga sih."

"Kak!" panggil Fae. Seringai jahil nampak di wajahnya. "Apa jangan-jangan---" ucapan Fae terpotong oleh Fanny yang mengetok kepalanya.

"Matamu jangan-jangan! Nggak usah ngaco kalo ngomong. Nggak mungkin itu makhluk halus. Nggak usah nakutin gue segala deh."

"Sudah jangan banyak ribut! Berangkat sekolah gih sana. Bosen Bunda ngeliatin wajah blur kalian berdua," usir Muna membereskan piring dan gelas bekas sarapan pagi mereka.

Amare (TAMAT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang