37. Mau Bilang Cinta tapi Bukan Pacar #Tembak, tidak, ya?

631 73 7
                                    

Judul kali ini mau kembaran dengan lapak si adik jadinya panjang.

***

Malam minggu ini Fanny tidak menduga bahwa dirinya akan pergi ke sebuah tempat yang menjadi ciri khas kotanya yaitu Ampera. Berjalan berdua menggunakan vespa milik Jonathan. Malam yang cukup larut membuat jalan raya sedikit lenggang akan kendaraan yang lewat. Menikmati suasana malam kota Palembang dengan tenang.

Dua manusia muda itu tengah berdiri di atas jembatan menghadap ke arah air. Angin malam membuat suasana menjadi dingin. Membuat Fanny semakin merapatkan jaket ke tubuhnya. Sedangkan Jonathan memasukkan kedua tangannya ke jaket berlagak sok cool.

Usai mengobrol lama di rumahnya tadi. Jonathan berniat mengajak Fanny pergi keluar sebentar. Orangtua gadis itu pun mengiyakan meski banyak peraturan. Wajarlah, anak gadis loh yang di bawa pergi oleh laki-laki pula. Sebelumnya, Jonathan menelpon Fanny bermaksud menanyakan soal chat group itu namun Fanny tak mengangkatnya malah langsung mematikan ponselnya. Mau ditaruh di mana mukanya yang secantik barbie ini? Malu lur!

Semua ini gara-gara Fae, si adik laknatullah!

Fanny pun tak menyangka jika telpon tak diangkat itu akan membuat Jonathan nekat menghampirinya ke rumah dan berakhir di sini.

"Ekhem," deham Fanny mengurangi rasa canggungnya. "Ada apa, Bur? Mau bahas yang masalah--eung--chat itu ya? Nggak usah diambil pusing. Itu hanya main-main aja kok. Nggak perlu dibawa serius. Tenang, gue nggak baper sama lo. Kita cuma teman, 'kan?" tanyanya tanpa menolehkan kepala pada lawan bicaranya.

"Ya, kita teman."

Gleg.

Fanny meneguk ludahnya dengan berat.

"Ahahaha ... Iya, kita cuma teman." tapi gue-nya baper njing. Kalimat terakhir itu hanya nyangkut dihati saja tanpa bisa dikeluarkan melalui mulut.

Jonathan melirik Fanny lama lewat ekor matanya. Kenapa gadis itu diam? Ada yang salah darinya?

Lelaki itu tersenyum penuh arti.

Sebenarnya dirinya tau bahwa Fanny menyukainya dan baper padanya. Selama ini ia hanya pura-pura tidak peka saja.

Jonathan melangkahkan kakinya sebanyak satu langkah besar ke samping untuk mendekat ke Fanny membuat gadis itu terjengit dan memasang ekspresi heran melihat tingkahnya.

"Apa?"

"Hanya ingin mendekat."

"Oh."

"Fanny."

"Ya?"

"Berhentilah bermain-main sama banyak cowok."

"Enak aja. Cuma satu cowok doang tapi bergilir."

Anjas! Perkataannya seperti jalang.

"Sama aja."

"Biarin."

"Lo senang berhasil memainkan hati para lelaki?"

"Iyalah. Seru," ungkapnya sumringah.

"Matalu seru." Jonathan menoyor kepala Fanny dengan geram.

"Ish, sakit tau."

"Tobat, Fan. Karma itu ada."

"Gue mau tobat kalo lo jadi target gue selanjutnya. Gue bikin lo cinta mati ke gue sampe sebucin mungkin."

"Ngayal!" lagi Jonathan menoyor kepala Fanny pelan.

"Jangan gitu, ih! Gue udah bego jadi tambah bego."

Amare (TAMAT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang