"Silahkan bicara Jo," kata Jelita setelah membenarkan letak roknya. Kini mereka berdua berada di perpustakaan. Di tempat paling pojok.
"Bagaimana perasaan lo?"
"Yang jelas sakit kalo lo nerima dia."
"Jelita." Jonathan merapatkan kursinya ke gadis yang tengah merunduk itu. "Lo tau kan kalau hubungan kita..."
"Ya, gue tahu."
"Jadi, bagaimana?"
"Lo mau gue beri kesempatan pada Fanny?"
Jonathan memalingkan wajahnya.
"Jo, lo yakin mau jatuh ke dalam perangkap gadis itu? Gue nggak mau lo jadi korban dia karena lo nggak pantes mendapatkannya."
"Maaf kalo selama ini gue sangat mengusik kehidupan lo."
Jelita mengenggam tangan Jonathan di atas meja dengan kedua tangannya.
"Lo nggak salah."
"Jo, lo lelaki yang baik walau terlihat dingin macam kulkas. Lo pintar dan tampan. Kalo lo jatuhnya ke model macam Fanny. Gue bisa apa. Cuma bisa menyetujui saja. Gue nggak akan melarang dan mengekang keinginan lo."
"Karena kita bukan siapa-siapa."
"Maaf dengan tingkah gue selama ini terlalu berlebihan. Memberitahu bahwa kita pacaran. Padahal itu hanya anggapan gue sepihak saja."
"Gue cuma nggak mau lo diganggu karena gue tahu lo orangnya risihan tapi sayangnya dengan bentukan lo yang seperti ini. Mana mungkin akan diabaikan oleh kaum hawa."
"Gue cukup tahu diri. Makasih selama ini lo memperlakukan gue selayaknya pacar. Mengikuti kemauan gue. Dan sekarang waktunya gue untuk melepaskan lo. Karena sekarang lo udah mau buka hati ke seorang gadis dalam hubungan spesial."
"Semoga pilihan lo ini yang terbaik."
Jelita memaksakan senyumnya untuk terbit. Walau itu sulit.
"Gue yakin Fanny bisa berubah jika berada didekat lo. Jagalah dan bimbinglah dia."
Jonathan menghembuskan napas kasar. Sepertinya ia lelaki brengsek. Menyiakan gadis sebaik Jelita. Ia tahu kalau gadis ini menaruh hati padanya karena Jelita pernah mengungkapkannya saat di Jakarta. Namun, ia tak bisa membalas perasaannya sampai detik ini juga. Ia hanya menganggap Jelita sebatas sahabat.
Setelah pengungkapan itu yang berakhir ditolaknya dengan memberikan penjelasan secara halus. Jelita dapat menerimanya dengan lapang dada. Jonathan tak mempersalahkan Jelita mengklaimnya sebagai pacar walau kenyataannya tak seperti itu. Ia mulai melakukannya saat Jelita bertemu dengan Fanny. Sebelumnya tak pernah ia menyatakan seperti itu.
Yang terpenting Jelita tahu jika itu hanya kebohongan semata. Kebenarannya ia dan Jelita tak punya hubungan spesial. Semata-mata hanya untuk melindunginya saja.
"Jo, lo nggak keberatan kalo gue ngungkapin perasaan gue ke lo lagi untuk kedua kalinya? Sebelum lo benar-benar milik orang lain?" tanyanya hati-hati.
"Ya."
"Jonathan, gue sangat mencintai lo lebih dari apapaun. Karena lo tau kan sejarah keluarga gue gimana?"
"Ya."
Jonathan tahu jika Jelita terlahir sebagai anak yatim piatu. Tak memiliki saudara. Dan sekaramg tinggal bersama teman kampungnya. Nenek dan kakek dari gadis itu tak tahu ada di mana katanya. Otomatis yang dicintainya selama ini yang masih hidup hanya dia seorang.
Pertama kalinya mereka bertemu yaitu di tempat pusat perbelanjaan. Sebenarnya Jonathan mengetahui jika saat-saat itu ia merasa diawasi oleh seseorang. Dan ternyata itu Jelita. Ia tak tahu bagaimana bisa Jelita mengenalnya dan menaruh harapan padanya. Mereka tak pernah terlibat apapun sebelumnya. Bukan teman sekolah dan lainnya. Tapi Jelita tahu semua tentang dirinya. Siapa keluarganya. Tinggal dimana. Apapun yang menyangkut tentangnya Jelita tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amare (TAMAT) ✔
Genç KurguFollow akun kepenulisan saya sebelum membaca. Spin-off dari "Bad Girl In Pesantren" Judul cerita sebelumnya adalah "Cewek Mercon" *** Stefanny Almeera adalah nama lengkapnya. Bersekolah di SMA Cendikia High School Palembang. Gadis cantik dengan mulu...