"Hana?"
"Kamu?!!" aku kaget melihat mantan the one and only ku Lee Jeno yang sedang duduk di samping ku ini.
"Ketemu lagi" ujar Jeno sambil senyum.
Jaemin yang menyaksikan itu langsung bertindak.
"Ekhm" Jaemin berdehem.
"Eh kamu? Yang waktu itu sama Hana di mini market" ucap Jeno.
Jaemin gak memperdulikan perkataan Jeno. Jaemin langsung membalik badanku agar mengahadap padanya.
"Aku belom selesai ngomong" ucapnya.
"Eh, iya Jaem. Kamu mau ngomong apa?" tanyaku ragu.
"Nanti aku kasih tau. Sekarang, kamu ga boleh deket deket sama dia. Kamu pindah sini" titah Jaemin. Aku nurut aja, lalu aku pindah ke tepi, tempat Jaemin duduk tadi.
"Ekhm" Jaemin kembali berdehem.
"Hana-ya, aku mau nanti kita nikahnya di gedung yang paling gede di kota ini" ujar Jaemin lalu ngeraih tangan aku. Terus di genggam.
Aku udah dug dug ser. Ini Jaemin ngomong apa sih??
"Ntar, kita beli rumah yang gede juga. Yang ada kolam renangnya ya. Terus kita duduk di ayunan sambil liatin anak pertama kita main di halaman. Terus kamu gendong anak kedua kita yang masih 5 bulan" ucap Jaemin lagi. Dan ia mengeratkan genggamannya.
Aku ga tau lagi. Muka ku ini udah merah banget pasti.
"Ekhm" Jeno yang ternyata nyimak, ngerasa terganggu. Gimana gak terganggu coba, Jaemin nya ngomong keras keras.
"Oh iya, jangan lupa undang dia ya. Waktu kita nikah" ucap Jaemin lalu ngelus rambut aku.
"Hana-ya... Aku sayang banget sama kamu" ucap Jaemin sambil natap mataku dalam.
Bus berhenti, semua penumpang turun, tak terkecuali Jeno yang udah tergesa gesa untuk turun. Aku yang masih mematung karena ucapan Jaemin tadi hanya bisa cengo. Jaemin tuntun aku buat turun dari bus.
Baru saja kaki ku mencapai tanah. Seseorang menarikku.
"Eh lepasin" titahku pada orang yang ternyata adalah Jeno itu.
"Na, maafin aku ya. Jujur aku salah. Aku nyesel Na mutusin kamu. Maafin aku Na." tutur Jeno sambil menunduk.
Jaemin yang berhasil nyusul aku langsung narik aku ke pelukannya.
"Maaf ya, dia gak berhak disakiti oleh lelaki bejat seperti anda" ujar Jaemin.
"Jangan ikut campur, ini masalah kami." bentak Jeno.
Jaemin tak menghiraukan kata kata Jeno. Ia masih setia mendekapku.
"Hana, dengerin aku Na.." lirih Jeno.
"Hana, maafin aku, aku emang salah. Tapi sekarang aku udah sadar kalau kamu itu perempuan yang cocok untuk aku Na. Aku sayang sama kamu Na." Jeno mencoba melepaskanku dari dekapan Jaemin.
Tapi, aku tak ingin melihat Jeno melontarkan kata kata yang sama seperti beberapa tahun yang lalu. Aku tak ingin disakiti lagi.
"Hana..." panggil Jeno.
"Maaf Jen, aku ga bisa sayang sama kamu lagi. Aku ga mau disakitin kamu lagi" ucapku.
"Aku janji Na, aku bakal berubah. Aku gak bakal ngulangin kesalahan itu lagi" Jeno masih bersikukuh.
"Enggak Jen. Aku gak bisa" ucapku. Lalu aku lari, pergi meninggalkan Jeno dan Jaemin di sana.
"Hana-ya!!!!" Jaemin ngejar aku.
"Hana-ya awasssss!!!!"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee [Na Jaemin]✓
FanfictionWithout you, my latte feels like an espresso - Na Jaemin