Malam ini, adalah malam yang sibuk. Karena besok acara nikahan dan resepsi bakal di laksanakan. Sudah tiga hari aku tak bertemu Jaemin, karena kita sibuk mempersiapkan diri masing-masing.
Bunda padahal sudah menyuruhku untuk istirahat, tapi aku masih disini. Berjalan mengitari ruangan yang akan aku datangi besok, bersama Jaemin. Hal ini ku lakukan agar besok tidak terlalu gugup.
Untuk acara pernikahan sendiri memang diadakan di rumahku. Nanti resepsinya di gedung yang sudah dipilih Jaemin.
Aku memandang dekorasi pernikahan itu. Nuansa putih dan baby pink sangat menyegarkan mata. Aku tersenyum melihatnya. Sampai sekarang aku masih tak menyangka kalau aku akan menjadi istri orang.
"Tidur nak" suara lembut ayah menyuruhku untuk beristirahat.
"Nanti deh yah. Bentar lagi" jawabku sambil duduk di kursi yang disediakan di sana. Ayah pun ikut duduk bersamaku.
"Anak ayah udah gede" ucap ayah sambil mengelus rambutku.
"Kamu jangan ngelawan kata kata Jaemin ya nak. Dia besok udah jadi suami kamu." nasihat ayah. Aku mengangguk.
"Hari ini, terakhir kalinya kamu milik kami. Besok ayah akan serahin kamu ke Jaemin" ayah tersenyum haru.
"Yah, Hana sebenarnya takut"
"Takut kenapa nak?"
"Hana takut nanti hidup kami berantakan. Nanti Hana berantem sama Jaemin gimana? Nanti Jaemin--"
"Sstt" ayah memotong ucapanku itu.
"Kamu jangan khawatir. Ayah yakin Jaemin orang yang tepat buat anak ayah. Kamu jangan takut, sebab ayah tau Jaemin sayang banget sama kamu. Kamu jangan pernah berpikir kayak gitu lagi ya nak"
Aku mengangguk terus meluk ayah.
"Yaudah, sekarang kamu tidur. Besok katanya mau nikah. Kok pengantinnya begadang?"
Aku tertawa mendengar ucapan ayah itu. Lalu aku berpamitan untuk tidur.
.
.
."Bangun woy kak!" suara Jisung membangunkanku dari tidur indahku.
Aku melenguh sebentar terus meregangkan badanku.
"Liat tuh udah jam berapa? Udah telat kak" Jisung nunjuk jam yang menunjukkan pukul 7 pagi.
"Telat ngapa?"
Jisung memutar bola matanya.
"Sekolah. Bentar lagi bel" jawabnya.
"Hah?"
"Hah hah hah hah, jangan ogeb deh kak,sana mandi" Jisung meninggalkan kamarku.
"Sekolah? Bukannya aku mau nikah ya?" gumamku tapi aku tetap pergi mandi.
.
.
."Hana, udah siap?" bunda masuk ke kamar ku.
"Kenapa kamu pakai baju itu?" bunda ketawa sejadi jadinya.
"Kata Jisung tadi sekolah, makanya Hana pakai baju seragam." jawab ku polos.
Bunda langsung menghampiri ku dengan kondisi masih tertawa.
"Kamu amnesia? Sekarang kamu mau nikah nak. Yakali Jisung yang udah mau masuk kuliah sementara kamu masih SMA" bunda ngasih baju pengantin padaku.
Aku masih cengo. Dan akhirnya ketawa sendiri, mungkin tadi efek baru bangun ,makanya ngeblank.
Bunda nolongin aku pake baju pengantin itu. Setelah baju selesai, penata rias masuk ke kamarku buat ngasih aku make up. Bunda yang duduk di kasurku diam diam menangis.
"Bunda kenapa?" tanyaku.
Bunda hanya menggeleng lalu tersenyum.
Sekarang aku sudah siap. Baju sudah rapi, make up sudah wow, rambut juga sudah rapi. Aku natap bunda yang berada di belakangku.
"Cantiknya anak bunda" bunda senyum sambil ngusap bahu aku.
"Yang bahagia ya nak. Jadi istri yang taat sama suami. Jangan ngelawan. Pengertian juga. Jangan egois dan nuntut ini itu ke Jaemin ya."
Aku senyum terus meluk bunda.
"Iya bunda. Hana janji bakal lakuin apa yang bunda bilang"
"Kak, gak jadi ke sekolah?" Jisung masuk ke kamarku sambil ngakak.
"Ish, dasar adek durhaka" aku nunjukin kepalan tangan ke Jisung. Jisung cuma ngakak.
"Oh iya, itu Bang Jaem udah datang" info Jisung.
Bunda nolong aku buat berdiri. Seketika jantungku berdegup kencang.
Aku berjalan ke ruang tempat acara diadakan. Meskipun aku sudah mengelilingi ruangan ini kemarin,tapi aku masih merasa gugup.
Kulihat Jaemin sedang menunduk sambil menggesek kedua telapak tangannya. Ia tampak sangat gugup. Aku berjalan ke arah Jaemin yang beberapa menit lagi akan menjadi suamiku itu.
Jaemin memandangiku tanpa berkedip. Aku tersenyum.
"Mari kita mulai" buka papa Jaemin.
Acara sakral itupun dimulai.
.
.
.
.Dari tadi, genggaman ini tak pernah lepas dari tanganku. Semenjak ikrar sudah disebutkan. Jaemin tak pernah melepas tanganku. Ia tersenyum sangat bahagia. Ya, sekarang, status kami adalah sepasang suami istri.
Kami sekarang sudah duduk di pelaminan tempat resepsi diadakan. Banyak kerabat dan kenalan kami yang datang untuk memberi selamat. Hari ini adalah hari untuk kami berdua. Hari dimana ikrar suci diucapkan. Hari dimana status dirubah. Hari dimana kami dipersatukan dalam ikatan yang suci. Hari dimana kami memulai langkah baru dalam ikatan pernikahan. Hari yang sangat aku dan Jaemin nantikan.
Menjaga hubungan selama bertahun-tahun memang sulit, tapi aku dan Jaemin buktikan itu bukanlah hal yang mustahil. Rasa sayang satu sama lain selalu membuat ikatan antara kami. Aku dan Jaemin, bertemu pada malam itu di Cafe kecil kepunyaan Kak Jaehyun. Menjalani hari sebagai pegawai Cafe, canda tawa, manis pahit kehidupan dilalui bersama.
Kalau kata Ardhito yah 'it's like a coffee with a rainbows mood'.
Kadang takdir memang selucu itu untuk dilihat. Manis seperti Latte, pahit seperti Espresso.
Semoga aku dan Jaemin bisa selalu bersama hingga akhir hayat. I love you and I always do. ❤️
End :))
Terima cashh yang udah baca :( ini cerita ngga jelas bgt asli kaya diriku wkwk.
Maaf yah kalau aku ada salah-salah kata di sini.
Aku mau tekankan juga ini cuma fiksi yaa, ngga ada hubungannya sama real life karakter yang ada di sini.Kalau yang asli mah Jaemin kan sama aku 😊 wkwk becandaa.
Jeno tuh baik banget ya gaes, maafkan aku Jen jadiin kamu preman di sini😭
Iya gapapa sayang- Jeno ganteng jodohku.
Sekian dari aku, makasih banget yahh yorobunn. Aku undur diri dari layar wattpad anda.
Have a wonderful day!! 💚💚💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee [Na Jaemin]✓
FanfictionWithout you, my latte feels like an espresso - Na Jaemin