Selepas menjenguk makam mama Jaemin, ia mengajakku untuk makan di restoran dekat sana.
"Mbak" Jaemin memanggil pelayan di sana.
"Yang ini dua mbak,yang satu ga usah pake bawang bawangan ya mbak"
"Ada yang lain mas?"
"Jus jeruk satu, Jus melon satu. Kamu mau nambah apa?" tanya Jaemin padaku. Aku hanya menggeleng, karena semua yang aku suka sudah dipesankan Jaemin.
"Wow Jaemin" aku tepuk tangan.
"Lebay deh kamu. Kayak gak tau aja kita udah pacaran berapa lama" Jaemin nyentil kepala aku.
"Eh main game yuk" ajak Jaemin.
"Game apa? Aku ga suka kalo kamu ajakin main PUBG atau semacamnya yaa"
"Enggak sayang. Ini game kayak tanya jawab gitu" jelasnya sambil ngelus tangan aku.
"How well do you know Na Jaemin and Kwon Hana" tambahnya. Aku ngangguk ngerti.
"Dimulai dari aku ya. Aku yang nanya ke kamu." mulai Jaemin.
"Makanan kesukaan Jaemin?" tanya nya.
"Apa aja yang penting ada seledrinya, dan wajib seledrinya dibanyakin" jawabku. Jaemin ngangguk sambil ketawa.
"Bener. Next, apa minuman kesukaan Jaemin?"
"Americano"
Jaemin lagi lagi ngangguk.
"Lanjut. Apa hal yang paling disukai Jaemin di dunia ini?"
"Eum, apa ya? Kopi? Game?" aku ragu.
"Salahhh. Kamu mau tau jawabannya?"
Aku ngangguk cepat.
"Jawabannya, Kwon Hanaaa" dia ketawa.
"Ish dasar gombal" aku nyubit lengan Jaemin.
"Adaw, sakit Naaa" dia ngelus tangan nya yang aku cubit tadi.
"Yaudah, sekarang gantian kamu yang nanya" suruh Jaemin.
"Oke, aku bakal kasih pertanyaan yang susah"
"Silahkan, sesusah apapun itu, aku bisa jawab. Kalau tentang calon istriku ini, aku udah master" ucapnya bangga. Aku cuma kasih tampang datar.
"Berapa nomer telepon aku?" tanyaku.
"Idih,mudah banget. 08xx-xxxx-xxxx" jawabnya dengan bangga.
"Oke lanjut, siapa nama temen aku yang dulu satu SMA sama aku dan juga satu fakultas?"
"Kacang ini mah. Namanya Shin Hyeri"
Aku ga mau kalah, aku kasih pertanyaan yang lebih susah.
"Tahun berapa pecahnya perang dunia 1?"
"Lho? Kok jadi sejarah sih? Kalau sejarah dulu aku remedi " ucapnya lesu. Aku cuma ketawa.
"Kalau kamu mau nanya tanggal, kamu bisa nanya kapan aku pertama kali ketemu kamu, kapan kita jadian, kapan kamu wisuda, sampai kapan kamu ninggalin aku buat KKN. Aku hafal tanggalnya" jelasnya.
"Dasar bucinn"
Jaemin hanya terkekeh.
Pesanan kami sudah sampai, aku dan Jaemin mulai makan.
"Oh iya Na." sela Jaemin di saat makan. Aku menoleh padanya.
"Enakan kita bahas ini sekarang"
"Bahas apa Jaem?" tanyaku sambil melanjutkan makan.
"Bahas kehidupan kita abis nikah."
Aku mengangguk terus mengiyakan usulan Jaemin itu.
"Eum,jadi kamu mau tinggal di rumah baru atau rumah aku yang sekarang aja?" tanyanya.
"Aku sih terserah Jaemin aja. Aku ga nuntut buat beli rumah kok Jaem, lebih baik uangnya ditabung dulu. Kita kan gak tau planning ke depannya nanti bagaimana. Tapi kalau Jaemin mau beli rumah baru, ya silahkan" jelasku.
"Aku sih mikirnya gitu juga Na. Tapi kamu yakin nih gak apa apa? "
Aku ketawa terus ngangguk.
"Gak apa apa Jaem."
"Jadi kita tinggal di rumah aku yang sekarang aja? Atau kamu mau tinggal di rumah kamu yang di kampung atau yang lain?"
"Kalau tinggal di rumah di kampung sih nanti deh kayaknya Jaem, pas udah punya anak nanti, hehehehe" aku nunduk malu. Jaemin ketawa terus ngelus rambut aku.
"Kamu mau punya berapa?" tanya Jaemin dengan muka merahnya.
"Tumben muka kamu merah gitu"
"Ah enggak. Ini aku kepedesan." Jaemin ngambil minum.
Aku terkekeh.
"Liat nanti ajalah kalau itu mah" jawabku sambil lanjut makan.
"Yang penting ada Jaena" ucap Jaemin. Aku ketawa.
"Oh iya Jaem, kamu mau aku lanjut kerja atau gimana?"
"Kamu boleh kerja, nanti kalau hamil, kamu ga boleh capek capek. Di rumah aja. Okay? Terus juga, aku berharap kita selalu ada buat anak anak nanti. Aku ga mau nyewa baby sitter atau semacamnya Na. Jadi aku mohon banget ke kamu, kamu jangan kerja dulu ya. Kalau buat nyari uang, kamu serahin aja sama aku."
Aku berpikir sebentar.
"Maaf ya Na, kalau aku ngehancurin mimpi kamu, aku cuma mau yang terbaik buat keluarga kita nanti"
"Okedeh kalau gitu Jaem. Aku bakal nurut aja. Tapi Jaem, aku mau ngirim duit juga buat ayah dan bunda di kampung. Jaemin kan tau kalau Jisung bentar lagi mau kuliah"
"Kalau itu, biar aku yang urus. Pokoknya kamu jangan mikirin uang uang ya. "
Aku ngangguk. Jaemin senyum.
"Umm, apalagi ya? Oh iya, kamu... Mau honey moon dimana?"
"Itu nanti aja dipikirinnya."
Jaemin ngusap kepalanya.
"Eh Na, aku kalau tidur suka meluk"
"Terus kenapa?"
"Kamu bakal aku kelonin tiap hari. Hehehehe"
"Ntar aku tendang aja kamunya supaya ga nempel terus"
Jaemin manyun.
"Bentar lagi kamu bakal liat abs aku. Aku udah susah susah nge gym buat bentuk mereka" ucapnya sambil senyum jail. Aku noyor kepala dia.
"Yeay, bentar lagi nikahh" gumam Jaemin.
"Besok kita fitting baju aja gimana?" usul Jaemin.
"Boleh deh."
"Jadi dua minggu ini aku nginap di rumah Bang Doyoung dulu"
"Kak Doyoung emang berjasa banget"
"Iya, entah gimana caranya aku bayar kebaikan Bang Doyoung. Mungkin nyariin istri kali ya?" canda Jaemin.
"Dasar, ntar kualat lho kamu"
Aku dan Jaemin ketawa. Siang itu, siang yang membuatku mengenal calon suamiku lebih dalam.
Tbc :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee [Na Jaemin]✓
FanfictionWithout you, my latte feels like an espresso - Na Jaemin