Pagi ini terasa hangat. Aku bangun dari tidurku. Duduk sebentar lalu beranjak ke toilet.
"Hana!!! Udah bangun??" tanya bunda dari balik pintu kamarku.
"Udah bun!" aku bergegas ke meja rias, menyisir rambut sedikit dan keluar kamar buat bantu bunda bikin sarapan.
"Biar Hana yang bikin kopi bun" usulku pada bunda. Dan bunda balas dengan anggukan.
Aku membuat secangkir kopi hitam untuk ayah,segelas susu untuk adikku, sedangkir teh untuk bunda, dan segelas jus peach untuk Jaemin.
"Dah selesai." ucapku sambil membawa nampan ke meja makan.
"Na, Jaemin belum bangun ya?" tanya ayah yang sedang baca koran.
"Eh, kayaknya belum yah. " jawabku.
"Bangunin gih, sekalian sama Jisung." suruh bunda.
Aku lalu pergi ke kamar Jisung.
"Ji!! Bangun!! Mau sarapan gak??!!"
Ceklek
"Hmm? " Jisung keluar dengan muka bantalnya.
"Cuci muka dulu Ji, " aku mendorongnya ke kamar mandi.
"Aduh Jaemin" aku melihat Jaemin tidur dengan damainya.
Aku hampiri dia. Ku goyangkan bahunya sedikit.
"Jaemin, bangun "
"..."
"Bangun Jaem, sarapan." aku mencoba membangunkannya lagi, tapi dia tetap pulas tertidur.
"Jaemmmm" aku menepuk pipinya, sama sekali gak ngaruh.
"Idih, kebo banget sih." gumamku. Tiba tiba Jaemin membuka matanya.
"Masa iya pangeran dibilang kebo." ucapnya tiba tiba.
"Oh my god, kaget aku Jaem!" aku terloncat kaget karena Jaemin tiba tiba bangun.
"Hoammm!"
"Morning sayang," sapanya sambil senyum, dengan mata yang masih mengantuk plus rambut acak acakannya.
"Cuci muka sana!" suruhku lalu berdiri hendak menuju pintu.
"Emang aku jelek ya kayak gini, kamu ga ngerasa aku tambah ganteng gitu kalau bangun tidur?" Jaemin nahan tangan aku.
Aku noleh ke dia. Dia ngasih senyum ganteng.
"Iya iya ganteng. Dah" aku berusaha buat pergi.
"Ganteng aja atau ganteng banget" Jaemin narik tangan aku yang bikin aku terduduk di pinggir kasurnya.
"Terserah kamu ajalah." jawabku sambil mengalihkan pandangan ke tempat lain.
"Cie, kamu salting ya? " Jaemin ngegoda aku.
"Ga tuh, b aja"
"Kalo b aja, sini liat aku."
"Ga mau, kamu jelek."
"Oh aku jelek ya Na?" Jaemin nyisir rambutnya pake tangan.
"Iya!" ucapku yang masih ngalihin pandangan.
"Dah, aku dah ganteng lagi nih. Liat sini dong"
"Ga mau"
"Kenapa lagii? Ni rambut aku dah aku rapihin kok." Jaemin noel noel pipi aku.
"Udah Jaem, iya iya kamu ganteng, ganteng banget. Dah, lepasin tangan aku ya. Aku mau nolongin bunda." aku berdiri.
"Liat aku dulu, baru aku lepasin, "
"Hhh iya iya" aku dengan hati yang berdegup noleh ke Jaemin.
"Morning sayang. " ucapnya sambil senyum.
Uhuhuhuhu ganteng.
"Morning" aku balas senyum Jaemin.
"Hana! Jaemin nya udah bangun belum??" teriak bunda.
"A-a- eh iya bun, ni Jaemin nya udah bangun."
"Yok, sarapan." aku nyeret tangan Jaemin. Tapi dia masih duduk di kasurnya sambil geleng geleng.
"Ga mau sarapan?"
"Mauuu, tapi aku masih mau manja manja sama Hana" ucapnya lugu.
Aku memutar bola mataku malas, lalu menyeret Jaemin secara paksa.
"Bundaaa, Hana kasar ih nyeret nyeret Jaemin!" adu Jaemin yang udah duduk di meja makan.
Bunda cuma ketawa ngelihat tingkah Jaemin.
"Mana sini bunda pukul Hana nya!" bunda menepuk pahaku pelan.
Jaemin ketawa bareng Jisung.
"Jaemin-ah" aku manggil dia terus bikin gestur pisau di leher.
Dia bales pakai cengiran tanpa dosanya.
Tbc 😥
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee [Na Jaemin]✓
FanfictionWithout you, my latte feels like an espresso - Na Jaemin