4 tahun kemudian
Setahun sudah kami tamat kuliah, aku sekarang sudah bekerja di sebuah kantor travel di kota tempatku menuntut ilmu.
Jaemin, seperti yang ia pernah bilang. Ia akan me-handle cabang perusahaan ayahnya.
Kini Jaemin udah berbeda. Dia ga kekanakan lagi, ga kerja di cafe Kak Jaehyun lagi, dan ga tinggal di kosan lagi. Tapi, cuma satu yang gak pernah berubah dari Jaemin. Dia masih punya Kwon Hana :) dia masih sama seperti biasanya, dengan gombalannya, Jaemin ga pernah berubah kalau sama aku.
Kemarin, aku pulang ke kampung halamanku. Aku bersiap untuk menyambut kedatangan Jaemin ke rumah yang tepat pada hari ini. Jaemin akhirnya melamarku :)
"Hana, udah telpon Jaeminnya?" tanya bunda yang masuk ke kamarku.
"Udah bun, katanya udah hampir sampai"
Bunda mengangguk, terus menyuruhku bersiap untuk terakhir kalinya sebelum Jaemin datang.
"Kenapa aku deg degan ya?" batinku sambil melihat pantulan wajah ku di cermin. Seorang gadis dengan balutan dress warna baby pink dengan rambut yang sudah tertata rapi dan wajah yang sudah dipoles make up.
"Kwon Hana, kamu bakal jadi istri orang" gumamku sambil nunjuk pantulan diriku itu.
Tiin
Bunyi klakson mobil dari bawah, sepertinya itu Jaemin. Jantungku berdegup kencang kek mau loncat keluar.
"Huff, tenangg" aku narik napas lalu mengeluarkannya pelan.
"Udah nak?" bunda menghampiriku yang sedang menenangkan diri. Aku hanya bisa diam dan mengangguk.
"Ayo, Jaemin udah datang" bunda mapah aku buat menuju ruangan tempat acara dilaksanakan.
Langkah demi langkah semakin membuat jantungku berdegup. Akhirnya aku tiba di hadapan Jaemin dan keluarganya. Tidak, di sana hanya ada papa Jaemin dan istri barunya. Ditambah beberapa kerabat yang ikut meramaikan suasana.
Kulihat wajah Jaemin di sana. Ia tersenyum, tapi masih tampak jelas di wajahnya kalau ia sedang gugup.
"Mari kita mulai acaranya" buka ayah.
Acara lamaran pun dimulai.
.
.
.
."Hana-ya~~" suara dari seberang sana. Suara yang tadinya bergetar hebat saat acara lamaran. Ya itu adalah Jaemin.
"Kita bakal nikah dua minggu lagi" ucapnya semangat.
Aku hanya terkekeh.
"Eh kamu tau gak? Tadi jantung aku rasanya mau copot aja"
"Iya aku tau kok, jelas banget dari wajah kamu" balasku sambil tertawa.
"Kamu juga ih, kamu ga kalah gugupnya sama aku"
"Biarin, wue"
Jaemin tertawa.
"Besok temenin aku ke makam mama ya"
"Okee, kamu emang sekarang di mana?" tanyaku.
"Di rumah Bang Doyoung."
"Kok di rumah Kak Doyoung?"
"Supaya ga jauh jemput kamunya besok. "
"Oohh"
"Hana-ya, kamu seneng gak?"
"Seneng kenapa?"
"Umur kamu berapa sih? Kok gak peka gitu?"
"Hehehehe"
"Hhh ni aku tanya lengkap lengkap. Hana-ya, kamu seneng gak tadi aku lamar?"
"Enggak" godaku.
"Bohong. Kamu kalo bohong tuh jelas banget."
Aku ketawa.
"Hahahahaha, ya seneng lah Jaemm"
"Hehehehe, dua minggu lagi aku bakal jadi suami kamu, dan kamu bakal jadi istri akuuu"
Aku senyum senyum denger ucapan Jaemin itu. Mungkin sekarang wajahku udah merah.
"Jaemin kamu gak tidur?"
"Ni aku udah rebahan"
"Yaudah, tidur gih."
"Aku tidur setelah aku mastiin kamu tidur dulu"
"Iya iya, ini aku udah di kasur. Tinggal tidur aja."
"Kamu mau aku nyanyiin?"
"Emang kamu bisa nyanyi?"
"Meremehkan ya kamu" Jaemin ketawa di sebrang sana.
"Kalau emang bisa. Coba, aku pengen denger"
Lantunan gitar memecah keheningan, di tambah dengan suara Jaemin yang serak membuat malam itu menjadi damai meski hanya lewat telepon.
.
.
."Pergi dulu ya bun" Jaemin salim sama bunda. Kami pamit untuk mengunjungi makam mamanya Jaemin.
"Kamu tidur nya gampang ya?" tanya Jaemin padaku yang duduk di sebelah kemudi. Sementara Jaemin bawa mobil.
Aku ngangguk polos.
Jaemin gemes terus nyubit pipi aku.
"Kamu udah bikin list tamu undangan?" tanya Jaemin.
"Udah, kata bunda undangannya di cetak 200 lembar. Jadi aku cuma mau ngundang keluarga besar aku, terus temen dekat sama tetangga"
"Bang Jaehyun sama Bang Mark wajib tuh" ujar Jaemin.
"Iyalah, mereka mah spesial."
"Eum, si onoh di undang gak nih?" tanya Jaemin penuh selidik.
"Enak nya gimana?" aku yang menyadari maksud Jaemin untuk mengundang Jeno, balik bertanya.
"Undang aja, sekalian biar dia sakit hati" ucap Jaemin semangat. Aku cuma geleng geleng liat kelakuan Jaemin itu.
Akhirnya kami sampai di makam mama Jaemin. Aku dan Jaemin turun dari mobil. Jaemin ngasih tangannya buat aku gandeng.
Nisan berwarna putih bertuliskan 'Lee Minji' itu masih sangat bersih. Karena Jaemin rajin membersihkan makam mamanya ini. Walau sesibuk apapun dia di kantor, ia akan menyempatkan diri untuk membersihkan rumput yang tumbuh di makam mamanya.
"Maa" Jaemin jongkok, lalu mengelus pelan nisan mamanya.
"Jaemin mau nikah sama Hana. Mama tau Hana kan? Yang sering Jaemin ceritain itu. Nih orangnya ma, cantik kan?"
Aku ikut jongkok di samping Jaemin.
"Ma, mohon restunya ya ma, Jaemin harap mama bisa liat Jaemin sama Hana nikah dari atas sana." Jaemin mandang langit yang memang sangat cerah hari ini.
"Seandainya mama masih hidup, seandainya semuanya baik baik aja. Mungkin sekarang mama sibuk ngurusin nikahan kami" Jaemin tersenyum getir.
"Yaudah ma, Jaemin pamit ya ma. Istirahat yang tenang ya ma" Jaemin berdiri aku ikut berdiri.
"Yuk" Jaemin ngeraih tangan aku terus kami jalan ke mobil lagi.
Tbc :))
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee [Na Jaemin]✓
FanfictionWithout you, my latte feels like an espresso - Na Jaemin