[1] - chapter 4

461 186 199
                                    

Keadaan rumah yang hening menyambutku. Terkadang hal ini ada baiknya juga; berhasil membuatku lega. Begitu mudah untuk aku melepaskan penat hasil pikiran yang berpacu kencang mengejar materi di sekolah.

Eh, tunggu...
Tapi, kenapa jadi sepi begini ya?
Mana Bang Derion?

Namun, karena badan yang telah letih dan mulai gerah dengan seragam ini. Aku pun langsung beranjak ke kamar; ingin secepat mungkin untuk mandi.

"Assalamualaikum."

Sontak aku terkejut dan menoleh ke sumber suara. Ternyata di situlah dia; Bang Derion sedang berduduk manis di ruang tengah sambil menatap layar besar di depannya.

"Eh, iya. Waalaikumsalam," jawabku dengan pelan padanya.

Jujur saja, aku masih bingung memikirkan cara untuk berinteraksi dengannya. Masih banyak kecanggungan yang mengisi celah kosong di antara kita. Karena, mungkin saja aku belum tahu betul siapa sosok Derion ini.

Apa harus dianggap seperti teman? Entahlah, mungkin nanti. Atau anggap sebagai abang? Lah gimana cara? Tau aja, enggak.

"Hoi! Lo kenapa ngeliatin gue kayak gitu. Ganteng ya?" candanya dengan senyuman bangga terpampang jelas di wajah.

"Hidih apaan. Kaget aja, kirain tadi enggak ada orang," belaku seraya berjalan menuju kamar.

"Lo siap-siap ya. Habis ini, kita jalan," seru Bang Derion dari lantai bawah sesaat aku memegang gagang pintu kamarku.

Dengan tanpa jawaban dari bibirku, aku langsung masuk ke kamar. Merebahkan badan ini walau hanya sebentar, kemudian lanjut bersiap untuk jalan. Meskipun aku sendiri belum tahu arti jalan versi Bang Derion. Pokoknya nurut ajalah....

~~~~~~

"Akhirnya turun juga Princess," sahut Bang Derion dari ruang tengah sesaat aku menuruni anak tangga. Lebay aja dia nih. Lama aja enggak, aku di kamar.

"Ye, kan bentar itu Bang. Emangnya ini mau ke mana?"

Belum sempat Bang Derion menjawab, ponselku berbunyi tanda panggilan masuk. Dengan sigap aku menerimanya sesaat melihat nama yang terpampang.

Bunda

"Nak kamu dimana?"

"Kinay di rumah, Bun. Bunda dimana? dari pagi enggak keliatan."

"Ada urusan di kantor, pagi-pagi banget bunda udah pergi."

"Lalu Bunda kapan pulang?"

"Insya Allah jam 7 ya, Nak. Tapi, besok pagi mau berangkat lagi ke Bandung."

"Loh tiba-tiba begini, Bun?"

"Iya, sayang. Tapi, cuma sebentar aja kok."

"Oh gitu, oke Bun. Bunda jangan terlalu capek ya, jaga kesehatan. Ini kinay baru pulang juga. Sekarang mau pergi dulu sama Bang Derion."

"Ya udah, hati-hati ya nak. Bilang Derion hati-hati juga. Nanti malam kita ketemu di rumah ya."

• • • •

Tak lama setelah itu, Bunda pun menutup panggilan. Kulihat Bang Derion yang sedang duduk di sofa tampak penasaran. Tanpa mengutarakan pertanyaannya, dia berdiri mengambil kunci mobil.

Unexpectedly FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang