Painful

192 11 0
                                    

Diana's

Aku pergi meninggalkan bangku taman ini menuju rumah sambil terus menangis. Aku bahkan tidak peduli seperti apa penampakan wajah ku saat ini,bahkan aku tidak peduli dengn tatapan atau cibiran dari orang-orang yang memperhatikanku. Aku hanya ingin segera pulang dan mengurung diriku di kamar.

Aku berlari secepat kilat menuju kamar begitu sampai dirumah dan membanting pintu kamarku dengan keras. Aku mendengar ibuku yang sepertinya berbicara dengan Calum,mungkin ia bingung dengan apa yang terjadi padaku.

Aku meringkuk di balik pintu kamarku dan menenggelamkan wajahku diantara lurut. Aku menangis sejadi-jadinya merasakan perih dan sakit yang menghujam hatiku saat ini. Aku merasakan jantungku seperti di hujam jutaan anak panah yang membuat dadaku terasa sesak.

Aku hancur,sedih,kecewa dan sakit hati.

Aku masih mengingat jelas bagaimana awal pertemuanku dengannya. Aku masih mengingat jelas kata demi kata yang selelu ia ucapkan padaku. Aku masih mengingat jelas senyumnya,mata hazzel miliknya,alisnya yang tebal,aroma mint dari tubuhnya,aku masih dapat mengingat dengan jelas. Bahkan aku masih bisa merasakan hangat peluk tubuhnya.

Namun semua ini terjadi begitu cepat. Dadaku kembali terasa sesak jika aku mengingat kejadian di taman beberapa hari lalu,air mataku kembali mengalir saat mendengar kata demi kata yang ia keluarkan dari bibir manisnya.

**

Author's

Sudah hampir tiga hari lamanya Diana mengurung diri di dalam kamar. Diana masih berharap kalau Zayn akan kembali menarik perkataannya itu. Diana berharap kalau ia bisa segera kembali ke pelukan Zayn.

Melihat keadaan Diana yang sangat kacau membuat kedua orang tuanya dan Calum merasa khawatir akan dirinya. Berulang kali Calum mencoba menghibur Diana namun hasilnya nihil. Banyak cara di lakukan oleh kedua orang tuanya agar Diana bisa kembali tersenyum seperti dulu,namun tetap saja nihil.

Kedua orang tua Diana memaklumi keputusan yang Zayn ambil,mereka sama sekali tidak marah ataupun membenci Zayn. Namun lain halnya dengan Calum,dia begitu membenci lelaki berwajah arabian itu karena telah menyakiti hati kakaknya.

**

"Diana,kita keluar yuk" ajak Calum yang duduk di tepi tempat tidur Diana. Namun tidak ada jawaban dari Diana yang tidur membelakangi Calum.

"Diana,mau sampai kapan kau seperti ini terus?" ujar Calum namun Diana tetap tidak bergeming.

"Diana,aku,mom dan dad sangat menghawatirkanmu. Bicaralah padaku,kak" ujar Calum menyentuh pundak kakaknya itu.

Namun tetap saja Diana tidak bergeming. Air matanya kembali membasahi pipinya setiap kali ia mengingat kejadian itu. Mengingat kata demi kata yang Zayn ucapkan padanya,mengingat senyuman yang Zayn berikan dan mengingat kecupan terakhir Zayn yang mendarat di puncak kepalanya.

Diana merasakan dunianya seakan runtuh ketika menerima kenyataan bahwa Zayn bukanlah miliknya lagi,terlebih begitu dia mengingat kalimat yang menyebutkan bahwa Zayn sudah tidak mencintainya lagi dan lebih memilih bersama wanita lain.

Diana mencoba menerima kenyataan pahit itu,namun tetap saja hatinya merasakan sakit yang teramat dalam. Baginya,melupakan Zayn adalah hal tersulit dalam hidupnya. Zayn bagaikan sebuah potongan puzzle yang telah melengkapi hari-harinya. Diana merasa hidupnya tidak lagi berwarna setelah kepergian Zayn.

**

Hampir sepanjang hari Diana terlihat murung. Tak jarang pula gadis itu menangis ketika sedang melamun di halaman belakang rumah. Tak tega melihat anak gadisnya dengan keadaan yang sangat kacau,Mrs. Hood mencoba menghibur Diana.

"Diana,kau mau di buatkan cupcake?" ujar Mrs. Hood menghampiri Diana yang sedang termenung di halaman belakang rumah.

Diana hanya menggelengkan kepala menjawab pertanyaan ibunya. "Kalau puding bagaimana?" ucap Mrs. Hood berusaha mengalihkan pikiran Diana yang sudah pasti masih memikirkan Zayn.

Diana menatap ibunya nanar dan menghamburkan dirinya ke dalam dekapan Mrs. Hood kemudian kembali menangis. Mrs. Hood hanya bisa mengelus lembut punggung anak sulungnya itu. "Everything is gonna be alright,dear" ucap Mrs. Hood menenangkan Diana.

"Kau hanya perlu memaafkan Zayn dan memaafkan dirimu. Jangan terus-terusan seperti ini sayang,kami menyangimu" ucap Mrs. Hood membelai rambut hitam milik Diana.

Gadis berambut hitam itu melepaskan pelukan dari ibunya dan menatap Mrs. Hood dengan senyuman getir. Walaupun dia memaksakan tersenyum,namun jauh di dalam hatinya dia sudah sedikit merasa lega mendengar ucapan ibunya tadi.

Di dalam hati kecilnya,Diana bertekad bahwa ia harus segera bangkit dari keterpurukan ini dan mulai melanjutkan hidupnya tanpa bayang-bayang Zayn sekalipun itu akan sangat sulit mengingat mereka berada di satu sekolah yang sama. Namun Diana yakin,cepat atau lambat dirinya bisa melupakan sosok Zayn yang begitu melekat di hatinya.

flashback tentang kisah cinta Diana sama Zayn selesai,abis ini bakalan balik lagi kecerita selanjutnya. aku sengaja nyepetin cerita ini biar aku bisa posting judul cerita aku yang lainnya :D jadi maaf kalo rada ga nyambung gitu hehehe :D

dont forget to leave your vote or comment :) xx

-Mrs. Styles-

Little ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang