Hope and hopeless

178 10 0
                                    

Dan semenjak kejadian di hari itulah Diana menjadi kembali baik dengan Zayn. Mereka belum balikan,hanya saja Diana sudah tidak bersikap dingin lagi pada Zayn. Tapi Zayn tidak tau alasan di balik sikap Diana yang kembali ramah kepadanya itu karena Diana sudah mendengar semua perkataan Zayn pada Rebecca kemarin.

Tapi hubungan pertemanan mereka sudah sedikit lebih membaik ketimbang sebelumnya. Terlebih saat Diana tau kalau Zayn memberinya sebuah hadiah sederhana namun sangat indah. Sebuah bola kristal berbentuk bulat dengan hiasan permen lolipop di dalamnya. Tidak mahal memang,namun sangat spesial bagi Zayn.

"Hai Diana" sapa Zayn pada Diana yang sedang membereskan beberapa barang di lokernya. "Hai Zayn" ucapnya menoleh menghadap Zayn.

"Apa kau sudah menerima hadiah dariku?" tanya Zayn. "Oh iya,sudah. By the way,terima kasih ya" ucap Diana. "Yap,sama-sama" balas Zayn dengan senyum yang merekah.

"Seharusnya kau tidak perlu repot-repot memberikan itu untuk ku,Zayn" ucap Diana menutup pintu lokernya.

"Aku tidak merasa di repotkan kok" ucap Zayn yang berjalan beriringan bersama Diana.

Diana mengurai senyum lebarnya pada Zayn. "Ngomong-ngomong,kau suka tidak dengan hadiahnya?" tanya Zayn yang berada tepat di sampingnya. Diana mengangguk menjawab pertanyaan Zayn.

"Aku masuk kelas dulu ya" ucap Diana begitu menyadari kalau mereka berdua sudah berada tepat di depan kelas Diana. Zayn mengangguk. "Sampai ketemu nanti ya" ucapnya sebelum pergi meninggalkan Diana.

"Coba tebak,siapa yang sudah berbaikan dengan Zayn" goda Gwen menyapa Diana begitu gadis itu masuk ke dalam kelasnya.

Diana menempatkan dirinya di samping Gwen. "Ayolah,apa salahnya jika aku bersikap baik padanya?" ujar Diana.

Gwen menggeleng. "Nope. Hanya saja seperti ada sesuatu yang..." Gwen menyipitkan matanya menatap Diana dan menggantungkan kalimat akhirnya. Namun bunyi bel masuk sudah berdering sebelum Gwen dapat melanjutkan kalimatnya.

**

Cuaca kota London di hari Sabtu ini memang kurang bersahabat. Hujan pun tidak henti-hentinya mengguyur ibukota Britania Raya ini. Jalanan kota London pun lebih terlihat lenggang bahkan tergolong sepi karena semua orang lebih memilih untuk berdiam diri di dalam rumah dari pada pergi keluar.

Namun tidak dengan seorang gadis berambut coklat yang baru saja turun dari bus kota. Dengan menggunakan payung berwarna hijau tua sebagai alat untuk melindunginya dari hujan,gadis bermantel hitam itu pergi melangkah menuju sebuah cafe yang terletak beberapa meter dari tempat pemberhentian bus.

Gadis berparas anggun itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam cafe. Setelah mendapatkan tempat duduk yang ia inginkan,ia pun segera memesan sebuah pesanan kepada pelayan.

Tak lama setelah itu,pelayan datang menghampiri meja gadis itu dengan sebuah hot chocolate yang masih mengepulkan asap ke udara. Begitu pelayan meletakan pesanannya,gadis itu menyesap perlahan hot chocolate itu.

Seorang pemuda berambut ikal sedang memperhatikan gerak-gerik sang gadis yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Si pemuda sudah mengikuti gadis itu sedari gadis itu berjalan keluar dari kediamannya hingga berujung di cafe itu.

"Aku rasa dia sedang menunggu seseorang" batin si pemuda sambil sesekali memperhatikan sang gadis dari kejauhan.

Benar saja,seorang pemuda berperawakan timur tengah datang menghampiri meja dimana gadis itu berada. Untungnya cafe ini memiliki semacam pemisah antara meja yang satu dengan yang lainnya,jadi si pemuda ikal itu tidak harus khawatir jika dirinya ketauan menguntit.

Cukup lama gadis dan pemuda itu berbincang,hal itu pun mampu membuat si pemuda ikal itu dilanda rasa penasaran yang luar biasa.

"Oh,Tuhan. Apa yang sedang Zayn dan Diana bicarakan? kenapa aku jadi penasaran seperti ini? dan apa yang membuat Diana menjadi akrab dengannya lagi?" batin pemuda bernama Harry itu bicara.

Cemburu? mungkin itu yang kini sedang di rasakan seorang bernama Harry Styles yang sedang menyaksikan sepasang 'mantan' kekasih sedang bertemu dan berbincang akrab.

Tapi kemudian Harry sadar,dirinya bukanlah siapa-siapa di dalam kehidupan Diana. Harry sadar kalau mungkin Diana tidak pernah menyukainya. Mungkin perkataan Diana waktu lalu yang menyebutkan bahwa ia ingin memiliki kekasih yang pandai bernyanyi dan juga bisa menciptakan lagu hanyalah sebuah ungkapan biasa dan bukanlah 'kode' mengenai dirinya.

Malangnya nasibmu Harry Styles. Mencintai tapi tidak di cintai. Mengagumi tapi tidak di kagumi. Atau lebih tepatnya mengagumi tanpa dicintai?.

Entahlah. Terlalu rumit untuk menjelaskan bagaimana perasaan Harry Styles saat ini.

Maaf kalo ceritanya agak aneh. oh iya aku mau nyepetin cerita ini biar cepet kelar,soalnya aku mulai bosen sama cerita ini dan mulai keabisan ide -_-. mungkin 2 atau 3 chapter lagi cerita ini bakalan udahan.

dont forget to leave vomments. thx!
-mrs. styles-

Little ThingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang