Kosong Satu

15.6K 848 6
                                    

Lily berjalan cepat melewati gang-gang kecil menuju rumah kontrakan tempat tinggalnya dengan kakak peremepuannya, Lita.

"Baru pulang sekolah Ly?" sapa beberapa tetangga yang ia lewati.

"Iya Bu, permisi." balas Lily dengan senyum tipis.

Hidup di kota besar sebagai pendatang bukanlah hal yang mudah. Terlebih jika tidak ada satupun keluarga atau kerabat dekat yang bisa dikunjungi dan dimintai bantuan. Beruntungnya Lita dan Lily tinggal dilingkungan dengan orang-orang yang cukup baik juga ramah.

Sesampainya dirumah, Lily segera membuka seragam sekolah sebelum membersihkan tubuhnya kemudian menunaikan kewajibannya. Ia melipat mukena dan menaruhnya kembali ditempatnya.

Buru-buru Lily mengenakan hijabnya saat melirik jam dinding yang menunjukkan hampir pukul empat sore. Ia kembali berlari keluar rumah setelah memastikan pintu rumahnya sudah terkunci.

Siap memulai pekerjaan paruh waktu yang selama dua tahun terakhir ia lakukan secara diam-diam agar tidak diketahui kakaknya, Lita.

Sejak awal Lita tidak pernah mengizinkan Lily ikut mencari nafkah untuk membiayai kehidupan mereka. Lita hanya meminta agar Lily fokus pada sekolahnya.

Namun setiap melihat raut wajah lelah Lita sepulang kerja membuat hati Lily terenyuh. Dan memutuskan untuk mencari pekerjaan paruh waktu yang jam kerjanya tidak sampai mengganggu aktivitas sekolahnya.

"Sore Pak Raka. Maaf, aku telat lagi." ucap Lily merasa bersalah pada laki-laki tampan yang ada dihadapannya sekarang.

"Kan sudah saya bilang untuk berhenti dari pekerjaan ini Ly. Saya nggak begitu mempermasalahkan keterlambatan kamu. Saya hanya khawatir jika sewaktu-waktu kakak kamu mengetahui kalau kamu bekerja, terlebih ditempat saya. Dia akan marah besar." Peringat Raka memandang lembut Lily.

"Insyaa Allah, kak Lita nggak akan tahu kalau pak Raka nggak kasih tahu." Balas Lily dengan senyum lebar. Raka menghela nafas, menyerah pada gadis keras kepala dihadapannya itu.

"Ya sudah, sana ganti baju." ujar Raka mengacak kepala Lily yang tertutup hijab, membuat rona merah muncul dipipi chubby Lily.

"Siap Pak." Balas Lily gugup.

"Aneh rasanya setiap dengar kamu manggil saya dengan sebutan Pak." Raka tersenyum geli.

"Kan ditempat kerja."

Lily berjalan cepat menuju ruang ganti, mencoba menstabilkan debar jantungnya yang berdetak cepat setiap kali berdekatan dengan Raka. Entah sejak kapan ia mulai menaruh hati pada teman masa kecil kakaknya itu.

Raka laki-laki baik yang membantu mereka kabur dari rumah, mencari tempat tinggal, hingga mengurus saat Lily mendaftar sekolah menengah atas di kota tempat mereka sekarang tinggal.

Tidak sampai disitu, Raka bahkan menawarkan pekerjaan untuk Lita. Namun wanita itu menolak karena tidak ingin menyusahkan Raka lebih jauh lagi dan memutuskan untuk mencari pekerjaan sendiri.

Hingga kini Lita memiliki dua pekerjaan sekaligus, yang dilakoninya mulai dari jam 05.30 sampai 23.00. Menjadi kasir salah satu supermarket dan pelayan di sebuah Restoran yang cukup mewah. Ia tidak bisa mengharapkan pekerjaan dengan gaji yang lebih besar jika hanya mengandalkan ijazah SMA.

Hal itulah yang membuat Lita bertekad untuk menyekolahkan Lily ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Agar adiknya itu tidak bernasib sama dengan dirinya. Lily harus bisa membuat bangga Lita dan Ibunya yang sudah berpulang ke Rahmatullah.

○○○

"Totalnya 88.800 Bu." Beritahu Lita pada pelanggan supermarket yang terlihat tengah membuka dompetnya.

PAINFUL [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang