Mulmed : Sondia - Adult
○○○
"Ini kenapa bisa barang-barangnya nggak sesuai dengan yang ada dicatatannya!" Bentak seorang pria paruhbaya pada Lita dan Maya yang kini tengah menunduk dalam. Tidak berani menatap pemilik supermarket tempat mereka berkerja.
"Kalau begini terus bisa bangkrut saya karena kalian." Omelnya.
"Tapi kemarin pas kami hitung pas kok Pak. Entah barangnya ada yang ngambil atau catatannya ada yang ubah." Penjelasan Maya justru semakin membuat mata pria tersebut memerah karena marah.
"Jadi kamu menuduh saya menyembunyikan barang dan mengubah catatannya!"
"Ng--nggak gitu Pak." Ujar Maya gelagapan.
"Kalian mau saya pecat?"
Lita mendengus mendengar ancaman yang sering kali dilontarkan oleh pria yang ada dihadapannya. Ia mengangkat wajah dan menatap lurus mata bosnya itu.
"Tanpa Bapak pecat, saya akan berhenti dari pekerjaan ini." Tegas Lita membuka baju rompi kerjanya dan berlalu keluar dari supermarket. Meninggalkan Maya serta bos nya yang manatap tidak percaya kepergiannya.
"Dasar wanita nggak tahu diuntung! Sudah syukur saya mau kasih kerja. Dikira nyari pekerjaan di kota ini mudah apa!"
Lita tidak memperdulikan ucapan kasar mantan bosnya itu.
Mencari pekerjaan untuknya yang hanya lulusan SMA memang tidak mudah. Tapi bukan berarti ia bisa diperlakukan semena-mena. Seringkali pria dengan uban yang hampir memenuhi kepalanya itu mencari gara-gara dengan para pekerjanya.
Masalah kecil seringkali ia besar-besarkan. Hingga akan berakhir dengan pemotongan gaji. Lita rasa ia tidak bisa bertahan ditempat itu lebih lama lagi.
Lita memutuskan untuk pulang, mengistirahatkan tubuhnya sebelum memulai pekerjaan paruh waktu keduanya. Mungkin sekarang menjadi pekerjaan satu-satunya. Besok ia akan mencari pekerjaan lain lagi.
Wanita itu mengehempaskan tubuhnya diatas kasur dan memejamkan mata erat-erat.
Kenapa hidupnya menjadi sekacau sekarang. Dulu saat Ibunya masih ada, mereka masih bisa hidup bahagia walau serba kekurangan. Masih bisa tersenyum walau harus bersembunyi ketika Ayah mereka yang mabuk pulang dalam keadaan marah-marah. Tapi kini, semuanya terasa hampa.
Jika saja ia tidak memiliki Lily, mungkin Lita sudah memilih untuk mengakhiri hidupnya. Tidak ada yang ia khawatirkan dan pikirkan kecuali adiknya itu.
Lita tidak peduli akan bagaimana hidupnya asalkan bisa memastikan Lily hidup dengan baik dan bahagia.
Matanya terbuka saat mendengar seseorang mamasuki rumah.
"Kak Lita?" Panggil Lily saat mendapati Lita untuk pertama kalinya sejak mereka hidup dikota tertidur disiang hari. Tiba-tiba saja rasa khawatir memenuhi benaknya.
"Kak Lita sakit?" Tanya Lily sembari berjalan menghampiri tempat Lita dan mengecek suhu tubuhnya dengan telapak tangan yang ia tempelkan dikening kakaknya itu.
"Nggak panas kok."
"Ya karena emang nggak lagi sakit. Kamu baru pulang sekolah?"
"Iya."
"Sana ganti baju terus makan, kayaknya makanan yang tadi pagi masih ada dimeja dapur. Habis itu belajar." Ujar Lita tanpa berniat bangun dari pembaringannya.
"Kak Lita nggak kerja?" Tanya Lily.
"Nanti jam lima." Jawab Lita dan kembali memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAINFUL [ SELESAI ]
RandomLily menyadari kehidupan yang ia jalani tidak sebaik kehidupan kebanyakan orang pada umumnya. Banyak hal menyakitkan yang harus ia lalu di usia remaja. Kabur dengan kakaknya dari rumah untuk menghindari Ayah mereka yang bertempramental buruk hingga...