Lily membuka ruangan tempat Lita dirawat, dan menemukan perawat pribadi kakaknya itu tengah membersihkan tubuh Lita dengan sebuah washlap dan baskom yang berisi air hangat.
"Assalamu'alaikum." Salam Lily, lalu mencium punggung tangan Lita. "Sini Mbak, biar saya yang lanjutin." Pintanya dan langsung dituruti oleh wanita yang berpakaian serba putih itu dengan memberikan kain yang ia pegang lalu pamit keluar dari ruangan.
Dengan telaten, Lily membersihkan bagian tubuh Lita yang bisa dijangkaunya dengan begitu lembut. Kemudian menyisir rambut Lita yang semakin memanjang. Usai dengan itu semua, Lily merapikan pakaian dan selimut Lita. Lalu duduk di kursi yang berada didekat tempat tidur Lita.
Lily membawa telapak tangan Lita kedalam genggaman kedua tangannya, mengelus lembut pungggung tangan perempuan itu.
"Kakak apa kabar?" mulai Lily, mengajak bicara Lota walau tanpa mendapat balasan.
"Nggak bosan tidur terus?"
"Pasti rasanya sangat nggak nyaman, saat biasanya kakak aktif bergerak tiba-tiba harus diam tanpa pergerakan sama sekali seperti ini."
"Cepat sembuh ya kak, aku kangen. Kangen dengar suaranya kakak. Kangen pingin lihat ekspresinya kakak."
Lily menyeka airmata yang akan mengaliri pipinya. Lalu menjatuhkan keningnya pada punggung tangan Lita yang masih berada dalam genggamannya.
"Aku takut kak, aku takut. Aku pikir Ayah adalah orang paling mengerikan di dunia ini, tapi nyatanya nggak. Ada beberapa orang yang ternyata bisa melakukan hal yang lebih mengerikan dari apa yang Ayah lakukan." Lirih Lily dengan tubuh bergetar, tidak lama kemudian isak tangis menghiasi ruangan.
"Tolong cepat sambuh dan dampingi aku menjalani kehidupan yang terasa begitu menyakitkan ini kak. Aku janji, setelah kakak sadar nanti, kakak nggak perlu berkorban apapun lagi untukku. Hanya tetap didekatku dan jadi penguatku kak."
Dibalik pintu ruangan, Raka terdiam mendengar curahan hati Lily. Niatnya yang akan membuka pintu ia urungkan. Mendengar isak tangis Lily didalam sana nyatanya memberikan cubitan kecil pada hatinya.
Beberapa waktu lalu, ia tidak bisa berhenti untuk tidak menyalahkan Lily atas kejadian yang menimpa Lita. Namun kini, Raka sadar. Bahwa Lily juga tidak jauh menderita oleh keadaan yang ia hadapi.
Jika Lita sadar dan tahu bagaimana kehidupan yang Lily jalani sekarang, Raka yakin Lita akan merasa sangat sedih dan menyalahkan diri. Dan seharusnya sebagai orang yang mencintai Lita dengan tulus, Raka bisa membantu menjaga adik dari wanita yang ia cintai itu. Bisa memastikan jika Lily hidup dengan baik dan bahagia agar Lita juga merasa tenang dan tidak menyalahkan diri dikemudian hari.
Tapi kini semuanya sudah terlanjur terjadi. Sudah lebih dari sebulan Lily tinggal dirumah sepasang suami istri yang membuatnya terikat kontrak. Dan bukan tidak mungkin jika Lily sudah mulai menjalani perannya sesuai yang tertera dalam kontrak.
Suara langkah kaki yang terdengar mendekati pintu membuat Raka buru-buru menyembunyikan diri dibalik dinding ruangan. Tidak lama setelah pintu terdengar dibuka lalu ditutup kembali, Raka bisa melihat Lily yang berjalan menjauhi ruangan tempat Lita dirawat.
Raka memandang tubuh kecil Lily yang semakin manjauh kemudian hilang saat berbelok menuju koridor disebelah kiri. Tubuh yang dulunya selalu terlihat bersemangat dan begitu lincah saat melayani pelanggan di Restorannya kini terlihat begitu rapuh.
Seharusnya saat ini Lily tengah disibukkan dengan urusan pendidikan atau bermain seperti kebanyakan remaja seusianya. Bukan malah berjuang melawan kerasnya kehidupan yang tengah ia jalani.
***
Pak Amar
Assalamu'alaikum Pak, kalau udah berangkat jemput aku. Tolong langsung ke Masjid yang ada di depan Rumah Sakit ya, aku sekalian mau sholat Maghrib dulu. Takutnya nanti waktu Maghrib habis sebelum sampe rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAINFUL [ SELESAI ]
RandomLily menyadari kehidupan yang ia jalani tidak sebaik kehidupan kebanyakan orang pada umumnya. Banyak hal menyakitkan yang harus ia lalu di usia remaja. Kabur dengan kakaknya dari rumah untuk menghindari Ayah mereka yang bertempramental buruk hingga...