Kosong Tujuh

6.7K 481 7
                                    

Aku update lagi lah, mumpung sempat dan ada ide.
Karena banyak penulis lain yg mau update tapi nggak ada waktu dan blm ada ide 😃

○○○

"Raka, bisa minta tolong jemput aku." Pinta Lita begitu suara laki-laki itu terdengar dari seberang telpon.

Raka yang sangat jarang mendapati Lita meminta tolong padanya langsung menganggukan kepala cepat. Namun begitu sadar Lita tidak bisa melihatnya, Raka buru-buru menjawab. "Bisa, kamu lagi dimana?"

Setelah Lita menyebutkan tempat dimana ia berada, Raka langsung bergegas. Ia meminta asisten sekaligus sahabatnya untuk menjaga cafe selagi ia keluar.

Laki-laki itu berjalan menuju mobilnya dengan siulan-siulan kecil serta senyum yang menghiasi wajahnya. Ia masuk dan mulai menjalankan mobilnya menuju tempat Lita yang tidak begitu jauh dari cafe nya.

Raka mengehentikan mobilnya saat melihat Lita yang berdiri di trotoar jalan dengan kepala menunduk dalam.

"Lita." Panggilan itu membuat Lita mengangkat wajah dan menampilkan senyum di wajah cantiknya. Ia menghampiri Raka dan duduk di samping kemudi.

"Kamu nggak kerja?" Tanya Raka saat ia kembali menjalankan mobilnya.

"Nggak, tadi ada yang perlu aku urus." Jawab Lita.

"Oh. Kamu sudah makan? Kita bisa makan malam dulu sebelum pulang." Tawar Raka.

"Langsung pulang saja ya Ka. Ada yang ingin aku bicarain sama kamu."

"Oke." Balas Raka seadanya. Tidak ingin memaksa ataupun menanyakan banyak hal pada Lita, terlebih dengan raut wajah wanita itu yang terlihat, tertekan?

Raka harap yang ingin Lita bicarakan nanti adalah masalah yang tengah ia hadapi. Agar Raka bisa membantu dan menyingkirkan raut lelah dan sedih di wajah Lita. Ia benar-benar merindukan Lita yang dulu. Yang masih bisa tersenyum ditengah masalah yang ia hadapi.

Sesampainya mereka dirumah kontrakkan, Lita bersyukur karena ternyata Lily belum kembali dari acara merayakan kelulusannya bersama teman-temannya sejak pagi tadi.

Dan ini pertama kalinya Lita memberikan izin pada adiknya itu untuk pulang malam. Lita pikir sesekali tidak apa-apa. Adiknya itu juga butuh hiburan setelah melewati Ujian Nasional yang tentunya tidak mudah bagi Lily yang tidak sepintar teman-temannya yang lain.

"Masuk Ka." Ajak Lita.

Raka mengangguk, mengikuti Lita dari belakang dan duduk di kursi ruang tamu.

"Aku bikinin minum dulu ya."

"Nggak usah Lit. Bukankah ada yang mau kamu bicarakan." Tolak Raka halus, tidak sabar ingin mendengar keluh kesah Lita. "Sini, duduk." Katanya sembari menepuk sisi kosong sofa disebelahnya.

Lita menghela nafas, dan berjalan kearah sahabatnya itu. Duduk disebelahnya.

"Sebelumnya, aku benar-benar mau berterimaksih karena kamu sudah banyak membantu aku. Aku bahkan nggak tahu gimana caranya balas kebaikan kamu." Mulai Lita dengan mata berkaca-kaca.

Raka hanya diam, hal itu sudah seringkali ia dengar dari mulut Lita. Sampai ia juga tidak tahu harus membalas apa agar wanita itu berhenti memikirkan cara untuk membalas semua kebaikan yang ia berikan. Sejak awal, Raka bena-benar ikhlas membantu.

"Tapi untuk terakhir kalinya, aku mau minta bantuan kamu. Aku benar-benar minta tolong."

Mendengar itu membuat Raka tiba-tiba merasa was-was. Entah apa yang direncanakan Lita. Ia pikir Lita hanya akan mengeluarkan keluh kesahnya, tapi sepertinya Raka salah.

PAINFUL [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang