Kosong Sembilan

6.8K 535 11
                                    

"Pasien mengalami cedera kepala yang cukup parah. Maka dari itu untuk sementara waktu ia akan dirawat di ruang ICU, agar beberapa Dokter bisa memantau langsung selama 24 jam perkembangannya. Saya tidak bisa menjamin kapan pasien akan pulih, karena untuk saat ini melihatnya bisa sadar pun adalah sebuah keajaiban. Yang bisa kita lakukan sekarang hanya berdo'a dan berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhan pasien."

"Terimakasih atas penjelasnnya Dok." Suara Lily terdengar parau.

"Dan ya, tolong beritahu kakak laki-laki anda agar segera mengurus bagian administrasi untuk rawat inapnya sampai waktu yang belum bisa ditentukan. Karena tadi ia hanya membayar biaya operasi saja."

Lily hanya mengangguk dan keluar dari ruangan laki-laki paruhbaya itu.

Ia berjalan dengan pandangan kosong. Jantungnya seperti diremas tanpa henti oleh tangan yang tak kasat mata. Dan bernafas pun terasa begitu sulit untuknya.

Tubuh Lily luruh begitu saja pada bangku panjang yang terletak di taman Rumah Sakit. Semua hal yang menimpanya hari ini benar-benar mengubah seluruh hidupnya.

Keadaan Lita benar-benar membuat Lily terpukul walau dalam sudut hati kecilnya mengucap syukur karena Lita masih diberikan kesempatan untuk hidup. Hidup dalam artian hanya bisa bernafas tanpa bergerak sedikitpun.

"Maaf. Maafin aku kak Lita." Tangis Lily kembali pecah.

Bahkan hingga dini hari ia masih bertahan di taman Rumah Sakit dengan isakan kecil yang mulai mereda.

"Aku yakin kak Lita bisa sembuh. Aku akan lakukan apapun untuk kesembuhan kak Lita. Dan yang terpenting sekarang aku harus membayar tagihan Rumah Sakit dulu. Agar perawatan untuk kesembuhan kak Lita nggak dihentikan pihak Rumah Sakit." Gumam Lily pada diri sendiri setelah mengusap kasar airmatanya. Cukup baginya untuk menangis.

Jika sebelumnya Lita yang bertanggungjawab pada kehidupan Lily, kini keadaan sebaliknya. Ia harus lebih kuat.

Lily bahkan tidak pernah mendengar Lita mengeluh saat berjuang membiayai sekolah dan hidupnya. Bagaimana mungkin ia hanya diam menangis tanpa usaha apapun.

Lily berjalan ke bagian administrasi dan menanyakan berapa jumlah uang yang harus ia bayar. Dan saat staf administrasi memberitahu, tiba-tiba saja Lily merasa kesulitan menelan ludahnya sendiri.

Darimana ia akan mendapatkan uang sebanyak itu?

○○○

Evelyn berjalan tergesa-gesa memasuki Rumah Sakit setelah salah seorang suruhannya yang ia perintahkan untuk mengawasi Lita sejak beberapa minggu lalu memberitahu jika semalam Lita mengalami kecelakaan dan tengah dirawat di Rumah Sakit tempatnya berada sekarang.

"Tolong carikan ruangan tempat pasien bernama Lita yang mengalami kecelakaan tadi malam." Perintah Evelyn pada resepsionist Rumah Sakit.

"Baik Bu Evelyn." Balas resepsionist itu sopan.

Bukan hal yang mengejutkan bagi Evelyn saat beberapa pegawai atau Dokter mengenalnya walau ini pertama kalinya ia mengunjungi Rumah Sakit milik mertuanya tersebut.

Semuanya akan mudah jika kau mengerti bagaimana cara kerja internet.

"Saat ini pasien yang Bu Evelyn maksud sedang berada di ruang ICU." Beritahu resepsionist setelah mencari tahu data dan keterangan pasien lewat komputer yang ada didepannya.

"Terimakasih." Ucap Evelyn sebelum berlalu menuju ruang ICU yang berada di lantai delapan.

Sesampainya disana, Evelyn langsung mencuci tangan dan menaruh tasnya pada tempat yang sudah disediakan. Ia memandang tidak percaya pada tubuh Lita yang terbaring tidak sadarkan diri dengan banyak selang yang terhubung ditubuhnya.

PAINFUL [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang