Raka diam mematung saat mendengar ucapan Lily di dalam sana. Entah apa maksud dari perkataannya.
Pertanyaannya saat mendapati biaya Rumah Sakit Lita yang sudah dibayar lunas oleh orang yang tidak ia ketahui belum terjawab.
Dan kembali mendapati Lita dipindahkan ke ruang VIP begitu melewati masa kritis tadi serta Perawat pribadi yang siap menjaga Lita menambah daftar pertanyaannya.
Lalu sekarang apa yang Lily maksud dengan bertanggungjawab dengan kontrak yang sudah Lita tanda tangani?
Kenapa itu sampai mempengaruhi masa depan Lita?
Apa itu juga ada hubungannya dengan permintaan Lita sebelum ia mengalami kecelakaan. Juga alasan kenapa wanita itu tidak bisa membalas perasannya.
"Kita perlu bicara Lily." Kata Raka begitu Lily keluar, membuat gadis itu terlonjak kaget.
"Se--sejak kapan kak Raka berdiri disini?"
"Sejak kamu membicarakan tentang kontrak."
Lily menelan ludah mendapat tatapan tajam Raka.
"Itu nggak penting, jadi---"
"Penting jika itu menyangkut Lita!" Bentakan Raka membuat airmata ingin menyeruak dari mata Lily. Namun ia tahan mati-matian.
Hari ini ia begitu lelah dengan kenyataan yang ia hadapi, jadi bisakah Raka menunda kemarahan yang akan ditunjukkan untuknya?
"Akan aku jelaskan nanti, aku--"
"Sekarang Lily, sekarang."
Lily menghembuskan nafas kasar dan duduk di kursi depan ruangan itu. Ia menatap sekeliling, memastikan jika keadaan aman untuknya bercerita.
Dalam kontrak yang Lily tanda tangani, ia dilarang untuk menceritakan hal itu pada orang lain. Tapi ia tidak bisa membiarkan Raka mendesaknya terus-menerus. Dan Lily akan berikan pengertian pada sepasang suami istri itu nanti kenapa ia sampai bercerita pada Raka.
"Berjanjilah kak Raka nggak akan memberitahukan hal itu pada siapapun."
Anggukan Raka membuat Lily mulai menceritakan semuanya, tanpa sisa.
"Lita bodoh, kamu anggap apa aku selama ini. Kenapa lebih memilih menyakiti diri sendiri dibandingkan meminta bantuanku." Gumam Raka terdengar kesal sekaligus sedih. Meremas rambutnya dengan kedua tangan yang bertumpu pada lututnya.
Rasanya menyakitkan saat Lily harus mendapati laki-laki yang ia cintai terlihat sekacau ini karena orang lain. Bukan, bukan orang lain. Tapi kakaknya sendiri.
Lily benar-benar harus menghilangkan perasaannya pada Raka. Ia tidak ingin terus menerus menjadi satu-satunya orang yang tersakiti atas perasaannya sendiri.
"Batalkan kontrak itu." Ucap Raka menatap serius Lily.
"Kak Lita sudah nggak terikat kontrak itu lagi."
"Kamu, bodoh. Aku minta kamu batalkan kontrak itu. Apa kamu nggak memikirkan perasaan Lita saat sadar nanti dan mendapati kamu tengah menjalani perjanjian yang sempat ia tanda tangani. Bisa kamu bayangkan sebesar apa rasa bersalah yang akan dia tanggung?" Marah Raka.
"Nggak bisa dan nggak akan." Balas Lily datar.
"Cih. Kamu bahkan masih bisa memikirkan dirimu sendiri saat Lita tengah berada di kondisi seperti sekarang. Kamu tergiur karena mereka menjanjikan masa depan yang cerah untukmu?"
Lily menggenggam erat rok dibagian paha yang ia kenakan.
"Iya, karena aku harus membuat kak Lita bangga. Aku nggak akan menyia-nyiakan pengorbanan dan kerja kerasnya selama ini dengan memastikan cita-citaku tercapai, apapun caranya. Dan aku nggak mau kehilangan kak Lita hanya karena aku nggak mampu membayar biaya pengobatannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
PAINFUL [ SELESAI ]
RandomLily menyadari kehidupan yang ia jalani tidak sebaik kehidupan kebanyakan orang pada umumnya. Banyak hal menyakitkan yang harus ia lalu di usia remaja. Kabur dengan kakaknya dari rumah untuk menghindari Ayah mereka yang bertempramental buruk hingga...