Lily memasang hijab instan dikepalanya saat mendengar seseorang mengucap salam sembari mengetuk pintu rumah kontrakkan yang ditempatinya.
"Walikumussalam. Tunggu sebentar." Lily berjalan cepat menuju pintu dan membukanya.
"Kak Raka?"
"Hai." Sapa Raka dengan senyum yang sudah lama menjadi favorit Lily.
"Masuk kak." Ujar Lily mempersilahkan, Raka mengangguk dan berjalan masuk. Duduk disofa kecil yang sudah terlihat usang diruang tamu rumah itu.
"Aku buatin minum dulu."
"Nggak usah Ly." Tolak Raka. "Lita ada kan?" Tanyanya kemudian.
Dan entah kenapa, setiap kali Raka mencari dan menyebut nama Lita dengan senyum merekah bahagia membuatnya merasa kecewa sekaligus sedih. Namun ia tahu, ia tidak berhak untuk menampakkan itu semua pada orang-orang tersayang dihidupnya.
"Nggak ada kak, kan lagi kerja." Beritahu Lily dengan senyum tipis.
"Loh, bukannya kamu bilang beberapa hari ini dia nggak kerja. Makanya kamu izin untuk nggak masuk kerja dulu biar nggak ketahuan." Kata Raka bingung.
"Dari pagi sampai sore kak Lita dirumah, jam lima nya baru berangkat kerja. Aku izin nggak masuk karena nggak enak kalau harus terlambat terus. Maaf."
"Nggak apa-apa Ly. Memangnya Lita udah nggak kerja di supermarket itu lagi?"
"Nggak tahu kak, setiap aku tanya kak Lita nggak pernah mau jawab." Terang Lily.
"Ck, kebiasaan sekali. Dia nggak pernah mau cerita atau minta tolong kalau nggak dalam keadaan yang benar-benar mendesak." Decak Raka terlihat tidak suka sekaligus khawatir pada sahabat baiknya itu.
Benar apa yang Raka katakan. Lily pun seringkali merasa khawatir saat Lita tiba-tiba menjadi lebih pendiam. Tidak ingin menjawab saat ditanya dan lebih memutuskan untuk mengurung diri di dalam kamar dengan alasan istirahat.
Seingat Lily dulu Lita bukanlah sosok yang pendiam. Ia cukup ceria dan sering kali membuat lelucon agar ia dan Ibu tertawa setelah Ayah membuat kekacauan dirumah mereka.
Kadang Lily berpikir jika ia tidak hanya kehilangan Ibunya, tapi juga sosok Lita ceria yang selalu menghiburnya.
"Ada yang ingin kak Raka sampaikan? Biar nanti aku yang kasih tahu kak Lita." Saran Lily agar kunjungan laki-laki itu tidak sia-sia.
"Nggak ada sih. Kamu dirumah sendirian?" Tanya Raka.
"Iya."
"Mau ikut aku jalan-jalan? Aku bawa mobil, biar nanti pulangnya kita jemput Lita ditempat kerjanya." Ajak Raka dengan senyum hangat.
Dan Lily yang tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk menghabiskan waktu berdua dengan Raka langsung mengangguk cepat.
"Aku siap-siap dulu." Ujarnya.
○○○
"Lita, bisa ikut keruang kerja saya sekarang? Ada yang ingin saya bicarakan." Ucap Evelyn yang langsung dibalas Lita dengan anggukan kecil.
Lita berjalan mengikuti Evelyn dengan raut cemas. Apa wanita itu akan membahas kejadian beberapa hari lalu yang ia ciptakan. Apa ia akan dipecat? Dia bahkan belum menemukan ganti dari pekerjaan sebelumnya yang di supermarket. Apa yang harus ia lakukan jika Evelyn benar-benar memecatnya.
"Duduklah." Kata Evelyn mempersilahkan.
"Apa Bu Evelyn ingin membahas kekacauan yang saya buat beberapa hari lalu? Saya benar-benar minta maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
PAINFUL [ SELESAI ]
RandomLily menyadari kehidupan yang ia jalani tidak sebaik kehidupan kebanyakan orang pada umumnya. Banyak hal menyakitkan yang harus ia lalu di usia remaja. Kabur dengan kakaknya dari rumah untuk menghindari Ayah mereka yang bertempramental buruk hingga...